Cari di Sini

Rabu, 14 Juli 2010

Ciptakan Robot Telekonferensi Rp138 Juta




Pernahkah Anda di pagi hari malas pergi ke kantor, padahal harus mengikuti rapat yang sangat penting? Semua tentu pernah mengalaminya dan mau tidak mau harus tetap berangkat ke kantor.

Tapi kini Anda dapat bernapas lega. Anda bisa tetap berada di rumah dan mengikuti rapat dari jarak jauh karena Bob Christopher telah menciptakan robot bernama Anybots QB. Robot itu dapat mewakili pemiliknya dalam rapat-rapat penting dengan sistem telekonferensi yang canggih.

“QB merupakan perpanjangan tangan Anda. Robot ini mampu menghilangkan dinding penghalang antara manusia dan pekerjaan sehingga orang-orang dapat tetap hadir di ruang kantor tanpa harus berada di tempat tersebut,” tutur Christopher yang menjabat sebagai chief operating officer Anybots, perusahaan pembuat robot.

Christopher merupakan mantan chief executive officer (CEO) Ugobe yang memproduksi robot-robot dinosaurus bernama Pleo. Ugobe tutup tahun lalu karena mainan robot yang mirip makhluk hidup sebenarnya, kurang diminati konsumen. Christopher lantas berinovasi dengan menciptakan robot-robot yang memudahkan orang-orang dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari, termasuk QB.

“QB tidak menggantikan fungsi video konferensi, tapi robot ini mampu memberikan lebih. Misalnya, robot ini mampu melihat sekeliling orang yang mengikuti rapat dan keliling kantor untuk mengawasi pekerjaan karyawan,” tutur Christopher.

Memang, QB memiliki mobilitas yang tinggi karena robot ini memiliki dua roda di kanan dan kiri sehingga dapat berjalan mengelilingi suatu tempat. “Robot ini juga dapat menggantikan pemiliknya yang berada di rumah atau lokasi lain, hanya dengan menggunakan website internet. Robot ini juga mampu mengirimkan suara dan video penggunanya,” papar Christopher.

Christopher yakin, kecanggihan dan kemudahan yang ditawarkan QB mampu menarik minat para pebisnis yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak selalu hadir di kantor. Di mana pun pemiliknya berada, dia tetap mampu mengikuti rapat-rapat di kantornya dan mengawasi pegawainya, bahkan jika pemiliknya berada di benua atau negara lain.

“QB memiliki dua mata yang berbentuk seperti robot lucu bernama Pixar di film Wall-E. Kamera dan layar dipasang di dahi kepala robot, sehingga bisa sejajar dengan tinggi mata orang-orang yang mengikuti rapat atau karyawan di kantor,” kata Christopher.

Robot ciptaan Christopher itu menggunakan baterai yang mampu bertahan selama delapan jam. QB dilengkapi dengan Wi-Fi, kamera video 5 megapixel, dan roda yang mampu bergerak hingga kecepatan 3,5 mil per jam. Layar LCD selebar 320 x 240 yang dipasang di QB berfungsi sebagai panel kontrol dan dapat menampilkan video dan foto.

Christopher mematok harga USD15.000 (Rp138 juta) untuk satu robot. QB akan dilepas pada musim gugur tahun ini.

Keberanian Christopher berekperimen menciptakan QB karena dia yakin bahwa pasar untuk mempermudah telekomunikasi antar manusia masih sangat besar. Apalagi menurut perusahaan riset Gartner, pasar video konferensi di penjuru dunia dapat tumbuh 17,8% antara kurun 2008 dan 2013. Itu artinya, terjadi peningkatan daya serap pasar dari USD3,8 miliar (Rp35 triliun) menjadi USD8,6 miliar (Rp791 triliun). Jumlah tersebut, menurut Christopher, tentu bukan nilai yang sangat kecil.

Dengan besarnya pasar tersebut, Christopher mengakui memiliki banyak pesaing berat. Beberapa perusahaan pesaing itu antara lain iRobot dan WowWee yang berusaha memperebutkan pasar potensial tersebut.

Christopher sangat waspada dengan inovasi yang dimiliki para pesaingnya. Misalnya saja, iRobot telah mengeluarkan robot bernama ConnectR dan WowWee mengeluarkan robot Rovio. Kedua robot itu memiliki teknologi kamera video juga.

Tapi Christopher dapat bernapas agak lega karena produk pesaingnya, ConnectR, tidak terlalu laku saat pameran Consumer Electronics Show tahun lalu. Tapi Christopher tetap harus bersaing dengan Rovio yang masih diminati pasar hingga saat ini. Selain itu, Christopher terus mengawasi pesaing-pesaing baru seperti perusahaan robot Palo Alto yang mengeluarkan robot telekonferensi Texai. Untungnya, Texai belum dijual ke pasar tahun ini.

“QB menawarkan pengalaman serupa, tapi membuatnya lebih menarik dan tidak terlalu dekat dengan lantai. Robot berbobot 35 pon dan ketinggian kepala robot bisa diatur mulai dari 3 kaki hingga 5 kaki atau 9 inchi. Robot ini juga mudah digunakan,” kata Christopher.

Pria enerjik itu berani menjamin, para pengguna QB akan merasakan kemudahan dalam mengoperasikan robot luar biasa tersebut. Hanya dengan membuka web, log in, dan menaikkan kontrol ke atas, bawah, kiri dan kanan, di keyboard komputer, QB sudah bisa bergerak keliling ruangan.

Untuk melengkapi kehebatan fungsinya, Christopher memakai processor Intel Core 2 Duo dan akan segera menggunakan jaringan 3G. Bahkan, hebatnya lagi, robot ini bisa digunakan oleh lebih dari satu orang. Pengguna lain cukup hanya log in dari lokasi lain dan QB siap beraksi.

“Letakkan satu robot QB di kantor dan siapa pun yang tidak berada di sana dapat menggunakan robot tersebut serta bergerak ke semua orang yang ada. Setelah beberapa menit pertama, orang-orang lupa bahwa mereka berbicara pada sebuah robot,” ujar Christopher. (syarifudin, seputar indonesia 21 Mei 2010)

Perempuan Arab Pertama Penakhluk Kutub Utara



Suhu di bawah titik beku dan kondisi alam yang mematikan di Kutub Utara tak membuat Elham Al Qasimi gentar. Melalui perjalanan selama delapan hari pada April silam, dia berhasil menjadi perempuan Arab pertama yang menginjakkan kaki di titik 90 derajat Lintang Utara.

Al Qasimi sanggup menembus batas penghalang dan batas kekuatan seorang wanita melalui tekad dan keyakinan yang kuat. Sebagai perempuan yang belum berpengalaman dalam menakhlukkan medan berat, Al Qasimi berhasil menyelesaikan ekspedisi tanpa bantuan itu bersama timnya yang terdiri atas enam orang.

“Saya tidak memiliki persiapan untuk cuaca dingin. Ini merupakan pertama kali saya merasakan suhu membeku seperti itu,” kata Al Qasimi.

Menurut Al Qasimi, latihan berpekan-pekan dan diet ketat untuk membangun stamina serta kekuatan otot, serasa tidak berpengaruh saat berada di lokasi sebenarnya. Perempuan 27 tahun itu mengakui, beratnya tantangan yang harus dihadapi saat berjalan sejauh 100 mil laut di lingkungan bersuhu di bawah nol derajat Celsius. Ekspedisi itu pun menjadi batu uji untuk mengetahui batas kekuatannya dan pencarian jati diri.

“Saya tidak menjadikan ini untuk membuat satu pencapaian, tapi untuk menguji apa yang dapat saya lakukan,” tutur dara berhidung mancung tersebut.

Sejak kecil Al Qasimi memang sudah berhasrat untuk melakukan petualangan ke Kutub Utara. Hasrat yang kian menggebu itu membuatnya terus mencari informasi untuk melaksanakan rencana besarnya tersebut.

Perempuan asal Uni Emirat Arab ini sangat berterima kasih pada keluarga, teman-teman, dan semua orang yang mendukung niatnya. “Orang-orang yang saya cintai menulis kata-kata pemberi semangat dalam satu buku kecil yang saya bawa,” ujar alumnus Business and Marketing di American University di Dubai pada 2004 dan London School of Economics di Inggris untuk meraih gelar MSc.



Buku itu selalu dibawanya sepanjang perjalanan saat dia berpikir tidak akan sanggup lagi melanjutkan ekspedisi tersebut. “Saat saya mendekati dua mil terakhir, saya mendengar apa yang mereka tulis dalam suara mereka sendiri. Saya dapat merasakan bangsa saya ingin saya terus melangkah maju. Ini merupakan dua mil terakhir yang sangat magis,” katanya.

Dara beralis tebal ini sebenarnya memiliki profesi sebagai manajer investasi. Al Qasimi menganggap, keberhasilannya mencapai ujung dunia itu akan menambah pengalamannya dalam menghadapi tantangan di dunia bisnis.

“Saya ingin menguji skill yang saya pelajari di dunia korporasi di lingkungan yang lebih menantang, untuk melihat, apakah skill itu akan berguna di sana. Selain itu juga mencari tahu jika saya telah memahami skill itu dengan baik dan tumbuh sebagai seseorang,” tutur Al Qasimi yang mengenakan kerudung hitam.

Al Qasimi menjelaskan, berbagai skill yang dia pelajari dalam dunia korporasi antara lain untuk pembuatan keputusan, terorganisir, pemain tim, disiplin dan proaktif. “Saat saya berada di Arktik, saya menyadari bahwa itu semua merupakan skill yang sangat berguna untuk dapat selamat di lingkungan yang sangat ekstrim,” ujarnya dengan wajah yang selalu dihinggapi senyum.

Dengan mencapai ujung dunia di Kutub Utara, Al Qasimi mengaku dapat pelajaran yang sangat banyak dari alam. Baginya, berada di kondisi yang sangat dingin dan mematikan dapat membuat seseorang belajar membuat keputusan yang tepat dalam waktu cepat untuk bertahan hidup.

“Kita jadi lebih terorganisir sehingga dapat melakukan berbagai hal dengan cepat tanpa membuang waktu. Dapat menambah disiplin untuk tetap berjalan meski sangat letih. Serta belajar bekerja sama walaupun dengan orang paling sulit, sebagai satu tim,” kata perempuan yang menjadi manajer investasi di Impetus Trust tersebut.

Saat Al Qasimi mencapai Longyearbyen di Lingkar Arktik, dia bersama tim menumpang satu pesawat Rusia menuju stasiun es mengambang di Rusia. Stasiun itu sebenarnya merupakan gumpalan gunung es yang mengapung di atas samudera. Di stasiun itu mereka membangun tenda yang hangat dan klinik medis sementara. Stasiun es bernama Borneo itu mendukung aktivitas para ilmuwan, peneliti, wartawan, dan tim ekspedisi untuk menuju ke Kutub Utara.

“Semua hal di sana sangat di luar imajinasi. Karena Kutub Utara terletak di tengah perairan Samudera Arktik yang sebagian besar membeku secara permanen dan es tetap mengambang. Saat kami berada di stasiun es tersebut selama beberapa jam, lokasi stasiun es itu telah bergerak sejauh 32 kilometer menuju 89,2 derajat lintang Utara,” ungkap Al Qasimi.



Padahal Al Qasimi harus menuju 89,0 dejarat Lintang Utara untuk memulai perjalanan menuju Kutub Utara. Karena itulah Al Qasimi harus mengendarai satu helikopter untuk menuju lokasi awal perjalanannnya.

“Pemandangan yang saya lihat dari helikopter benar-benar membuat nafas saya tertahan. Di bawah saya seperti padang pasir yang terbuat dari es. Pemandangan yang sangat indah, senyap dan tanpa kehidupan. Saat kami melihat ke bawah, saya dan tim saya terdiam semua. Kami hanya menikmati keindahannya, keterisolasiannya, dan resikonya dan tantangan yang segera kami hadapi,” papar Al Qasimi.

Tantangan mulai menyapanya saat dia turun di tengah gurun es. Dia harus mulai berjalan sejauh 100 mil laut selama dua pekan untuk mencapai Kutub Utara. Itu berarti, Al Qasimi harus berjalan di atas hamparan es selama 10 jam per hari, dan hanya beristirahat dua hingga tiga menit setelah berjalan selama dua atau tiga jam.

“Jika Anda berjalan 10 kilometer per hari, Anda akan kehilangan 3 kilometer saat tidur di malam hari. Karena itu, Anda harus berjalan 35% lebih lama agar dapat mencapai tujuan, karena gerakan es yang mengapung di samudera,” paparnya.

Selain itu, Al Qasimi harus menyusuri potongan es yang sangat jauh sehingga dapat melintasi potongan es itu di lokasi yang aman. Hamparan es di kutub bisa tiba-tiba terbelah karena gerakan air dan lempengan es yang sangat aktif. Padahal selama perjalanan dia harus menarik beban berisi makanan, baju, tenda, dan peralatan survival seberat 35 kilogram.

Setelah melintasi berbagai tantangan, timnya berhasil mencapai 90 derajat Lintang Utara pada 23 April pukul 1.15 siang, dua hari lebih awal dari rencana semula.

Petualangan di Kutub Utara ini tampaknya semakin membuat dara manis itu ingin menorehkan keberhasilan baru di masa depan. Tapi Al Qasimi belum bersedia mengungkapkan rencana petualangannya berikutnya. (syarifudin, seputar indonesia, 4 Juni 2010)

Ciptakan Mobil Hidrogen Pertama di Inggris



Jika di dunia ini ada mobil yang ramah lingkungan karena hanya mengeluarkan air melalui pipa knalpotnya, itulah kendaraan ciptaan Hugo Spowers.

Spowers menciptakan mobil berbahan bakar hidrogen yang untuk pertama kali diuji di jalanan Inggris secara terbuka kemarin. Mobil itu mampu mencapai kecepatan 50 mil per jam dan dapat menempuh jarak 200 mil untuk satu tangki hidrogen.

“Era bagi mobil berbahan bakar fosil mungkin belum berakhir, tapi secara pasti mulai sekarat. Berbeda dengan apa yang selalu kita dengar, transportasi bebas polusi dan berkelanjutan itu mungkin, di sini dan sekarang, menggunakan teknologi yang ada,” tutur Spowers.

Jika uji coba sukses, mobil itu akan segera diproduksi massal dan disewakan untuk publik di Leicester pada musim semi 2012. Saat ini Spowers baru membuat 30 mobil dua kursi tersebut melalui perusahaan yang didirikannya, Riversimple Urban Car.

Perusahaan kecil asal Inggris yang berkantor pusat di Ludlow, Shropshire, itu awalnya mengembangkan prototip di Silverstone, Northamptonshire. Spowers sangat yakin, setelah sukses uji coba, dia akan membangun perusahaan di Leicester yang akan mempekerjakan 250 orang dan memproduksi 5.000 mobil per tahun.

Spowers menjelaskan, untuk tahap awal, mobil-mobil yang diproduksinya tidak akan dijual ke publik, tapi disewakan pada para pengendara. Tarif sewa yang dikenakannya sebesar 200 poundsterling (Rp2,7 juta) per bulan, ditambah tarif per mil yang ditempuh mobil tersebut.

Hingga sekarang, Riversimple telah mengeluarkan dana sebesar 3 juta poundsterling untuk pengembangan teknologi mobil tersebut. Spowers cukup bangga dengan hasil ciptaannya karena mobil itu mampu melaju dari 0-30 mil per jam dalam 5,5 detik dan tingkat efisiensi bahan bakar 300 mil per gallon nitrogen.

Saat ini Spowers membuat kesepakatan dengan Dewan Kota Leicester untuk 12 bulan pilot project untuk melihat keberhasilan penyewaan 30 mobilnya pada konsumen pribadi, swasta, penyewaan mobil, dan pejabat pemerintah lokal di kota tersebut.

“Kami senang dengan yang kami temukan di Leicester. Kota ini mewujudkan tujuan-tujuan dalam transportasi ramah lingkungan. Itu artinya, kata telah berubah menjadi tindakan. Dengan penandatanganan kesepakatan ini, kita akan menjadi pioner,” tutur Spowers.

Termasuk bagian dari proyek itu ialah mengidentifikasi tempat-tempat yang bagus untuk mendirikan pompa pengisian bahan bakar hidrogen sehingga para pengendara mobilnya dapat mengisi bahan bakar dengan nyaman.

Kanselor Leicester Abdul Osman turut bergembira dengan terobosan baru Spowers di dunia otomotif Inggris. “Ini merupakan berita hebat untuk Leicester. Memberikan kota ini status sebagai pemimpin dalam proyek ramah lingkungan,” paparnya.

“Ini merupakan langkah baru yang menjadikan Leicester tempat yang lebih baik untuk hidup. Gagasan untuk membangun mobil secara lokal, jika terbukti sukses, dapat memberikan banyak lapangan kerja bagi kota ini,” tutur Osman.

Spowers yang lahir pada 1960 itu merupakan ahli mesin sekaligus entrepreneur Inggris yang turut mengembangkan proyek mobil sports Morgan LIFEcar yang diluncurkan di Geneva Motor Show pada maret 2008. Dia mendirikan Riversimple yang merupakan salah satu koordinator desain LIFECar. Alumnus University of Oxford dan Cranfield University itu merupakan anggota aktif masyarakat olahraga ekstrim the Dangerous Sports Club.

Dia telah mendirikan dan menjalankan bisnisnya selama lebih dari 15 tahun. Bisnisnya terutama bergerak dalam bidang desain dan pengembangan mobil-mobil balap dan perbaikan mobil-mobil klasik.

Semangatnya untuk mengembangkan mobil ramah lingkungan membawanya terus mengembangkan mobil berbahan bakar hidrogen. Mobil yang kemarin diluncurkan itu dikembangkan Spowers selama lebih dari 11 tahun, mulai dari desain hingga perakitannya.

Mobil itu mampu mengubah sel bahan bakar hidrogen menjadi listrik. Menurut Spowers, mobil ciptaannya lebih unggul daripada beberapa pesaing yang juga memproduksi mobil berbahan bakar hidrogen, termasuk Ford Focus.

Mobil ciptaan Spowers hanya berbobot 350 kilogram, sedangkan mobil milik Ford Focus berbobot 1.400 kilogram. Karena memiliki bobot lebih ringan, dengan jumlah bahan bakar yang sama, Riversimple dapat menempuh jarak lebih jauh daripada ford Focus.

Untuk pengisian bahan bakar pun lebih cepat. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk mengisi bahan bakar, dari kosong hingga penuh. Selain itu, emisi yang dihasilkan sepertiga lebih sedikit daripada Ford Focus.

Untuk masalah pendanaan, Spowers mendapatkan dukungan dari investor Sebastian Piech, salah satu anggota dinasti bisnis Jerman yang mendirikan Porsche. Piech merupakan salah satu orang yang duduk dalam dewan pengawas distributor mobil Porsche Holding yang sahamnya dimiliki keluarga Piech.

Keluarga Piech telah menyediakan seperempat dari modal awal 2 juta poundsterling (Rp27,2 miliar) yang dimiliki Riversimple. Diperkirakan, Piech akan terlibat dapat skema pendanaan baru sebesar 20 juta poundsterling (Rp272 miliar).

Spowers yang mantan pembalap mobil dan pengusaha motorsport itu yakin, industri otomotif mainstream tidak banyak mempedulikan faktor lingkungan dan konsumen. Karena itu, dia ingin menghasilkan produk yang berbeda, unik, dan ramah lingkungan. (syarifudin, seputar indonesia, 11 Juni 2010)

Bintang Pop Bertenaga Surya



Profesi apa pun tidak menghalangi seseorang untuk berperan aktif menyelamatkan lingkungan dari kerusakan. Itu pula yang dilakukan penyanyi pop Jack Johnson dalam aktivitasnya sebagai musisi.

Johnson pun memprakarsai Kokua Festival di Hawaii, Amerika Serikat (AS), untuk menyampaikan pesan penyelamatan lingkungan hidup. Bahkan, berbagai pesan peduli lingkungan dipasang sebelum para pengunjung tiba di pintu gerbang menuju pagelaran festival pekan lalu.

Pesan itu antara lain “kendarai sepeda, hemat listrik” di parkir sepeda yang terletak di luar Waikiki Shell, auditorium terbuka di dekat Honolulu, Hawaii. Sebuah mobil van yang digambari logo dan bendera-bendera styrophobic.com, berisi peralatan makan yang dapat didaur ulang, ditempatkan selama festival tahunan tersebut.

Johnson dan istrinya menciptakan festival itu pada 2004. Sejak saat itu, setiap tahun selalu digelar festival serupa yang ditonton puluhan ribu penggemarnya. Semua penggemar Johnson juga didorong untuk membeli kredit pengganti karbon dengan tiket yang mereka beli.

Dalam festival itu, berbagai band tampil. Tentu saja, Johnson dan band-nya itu menjadi daya tarik utama 20.000 orang yang menonton dua malam festival tersebut. Menurut Johnson, seluruh pendapatan festival digunakan untuk mendanai kegiatan Kokua Hawaii Foundation (KHF) yang didirikannya.

KHF merupakan organisasi non-profit yang mendukung pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas di Hawaii. Melalui KHF, Johnson dapat memberikan pengetahuan baru bagi para pelajar dan masyarakat di sana.

“Sebanyak 85% makanan di kepulauan ini diimport. Itu gila,” papar Johnson saat memaparkan data statistik.

Khusus untuk penyebaran kesadaran peduli lingkungan di sekolah-sekolah, Johnson mendirikan Aina In Schools. Aina berarti tanah di Hawaii, dan akronim bagi Integrasi Nutrisi dan Pertanian secara Aktif. Melalui Aina, Johnson mengajari murid-murid tentang bagaimana menanam makanan sendiri serta mendorong para petani terus melaksanakan aktivitas di wilayahnya. Karena itu sangat penting.

Kepekaan Johnson, 35, terhadap isu lingkungan berakar sejak masa kecilnya. Dia dan dua kakak kandung laki-lakinya tumbuh besar di wilayah pedesaan dan hutan Hawaii. Karena itu sejak kecil dia sudah terbiasa dengan berbagai perjalanan dengan perahu, mendaki gunung, camping, ekpedisi alam dan bertahan hidup bersama alam. Johnson pun tidak asing lagi dengan menombak ikan, membuat perahu rakit dari pohon hao yang banyak terdapat di Hawaii.

“Ini tentang mencoba memberikan pengalaman anak-anak yang sama dengan yang saya peroleh. Mencoba memberi mereka sikap hormat kepada alam,” tutur Johnson yang tangannya tak pernah lepas dari dawai gitar.

Sebagai penggemar selancar, dia memulai kehidupan profesionalnya sebagai pembuat film selancar. Johnson pun kian menunjukkan kepeduliannya terhadap bahaya polusi. “Pulau utama Hawai di bagian timur, Oahu, merupakan penyaring Samudera Pasifik dan di sana terdapat plastik yang di sepanjang pantai. Ini sangat membuat hati saya miris karena saya sering berselancar di sana,” ungkap penyanyi yang lagu-lagunya sering mengisi beberapa film Hollywood.



Johnson sengaja menghiasi ruangan festival dengan poster-poster himbauan penyelamatan lingkungan. Misalnya, sebuah poster ditempel di atas pintu gerbang auditorium yang mengambil tema utama “penghijauan.”

Menurut Johnson, yayasan Kokua (artinya bantu) itu memiliki berbagai program dan seruan antara lain melarang botol minum dari plastik, gunakan biodiesel, raih tujuan zero (nol) sampah, dan kumpulkan dana untuk organisasi non-profit. Dekorasi ala pedesaan terlihat di auditorium.

Sejumlah elemen dan organisasi juga dilibatkan Johnson, antara lain Hawaii Farmers’ Union, Surfrider Foundation, dan Liquid Aloha Brewery. Bahkan, salah satu program terbaru yang muncul ialah bir tenaga surya. Bagaimana bentuknya? Seperti bir lainnya, Cuma dalam proses pengolahannya, seluruhnya menggunakan bantuan energi surya.

Sebagai musisi, Johnson tetap produktif dengan karya kreatifnya. Kini Johnson mengeluarkan album terbaru, atau keenam, berjudul “To the Sea”. Album itu direkam di studio rumahnya di Oahu, North Shore, menggunakan listrik yang diperoleh dari panel-panel surya yang dipasang di atap rumahnya.

Bahkan, listrik tenaga surya itu tidak hanya dinikmati keluarga Johnson. Para tetangganya turut menggunakan kelebihan listrik yang dihasilkan panel-panel surya miliknya.

Johnson juga aktif melakukan tur ke berbagai wilayah. Hebatnya, seluruh pendapatan selama tur akan disumbangkan ke berbagai proyek amal di setiap kota yang disinggahinya. Bagi Johnson, uang yang dia hasilkan dari penjualan CD-CD miliknya sudah lebih dari cukup untuk menghidupi dia dan keluarganya.

“Hal terpenting ialah memastikan yayasan Kokua tidak seperti festival lainnya yang hanya untuk bersenang-senang,” tegas Johnson saat ditemui Telegraph di kebun belakang studionya setelah festival.

Johnson mengaku, banyak komentar miring dari pengamat yang mengatakan, upaya hijaunya ini terlalu bagus untuk terwujud menjadi kenyataan. Tapi apa pun pendapat miring yang muncul, Johnson dengan gayanya yang cool, gitar akustik, lagu-lagu yang bersahabat, atau komitmennya pada gaya hidup Hawaii yang terisolasi, dia tulus dalam segala yang dilakukannya.

Meski konsernya telah menjangkau berbagai negara di dunia, dia tetap setia dengan gaya hidup sederhana. Tidak tampak kemewahan yang ditunjukkan dari jutaan dolar penghasilan yang ia peroleh sejak merilis debut albumnya pada 2001. (syarifudin, seputar indonesia, 15 Juni 2010)

Sukses dengan Wine dalam Gelas Plastik



Inovasi membuat sesuatu yang terlihat sederhana menjadi produk yang bernilai tinggi di pasar. Prinsip itu membawa James Nash sukses dengan produk ciptaannya, wine di dalam gelas yang disebut Tulipak.

Selama ini, semua orang yang ingin menikmati wine harus membuka sumbat botol. Mereka harus memiliki alat pembuka sumbat botol dan menggunakan gelas kaca untuk menikmatinya.

Tapi, James Nash seakan membuat cara konvensional itu menjadi kuno karena dia memiliki inovasi baru bagi para penggemar wine. Jika air minum mineral sudah banyak yang dikemas dalam plastik gelas, dia menciptakan wine yang juga dikemas di dalam gelas plastik.

Inspirasinya itu dimulai pada dua tahun silam. “Saya mengamati di bar-bar untuk acara outdoor (luar ruangan) dan cara mereka bekerja. Wine selalu disajikan dari botol kaca ke gelas-gelas plastik yang kecil. Ini tidak praktis, repot, dan tidak bisa rata dalam membagikannya,” tuturnya.

Karena itulah James, 52, memutuskan untuk mengemas wine dengan cara yang lebih aman, lebih praktis, dan tidak perlu alat untuk membuka sumbat botol. Kendati demikian, cara pengemasan itu harus tetap mempertahankan cita rasa dan kelas wine yang bagus.

James pun merancang tutup plastik yang mudah dibuka tapi juga tahan bocor. Ruang udara di antara cairan wine dan plastik penutup dia isi dengan gas nitrogen sehingga wine tetap terjaga kesegarannya saat dibuka konsumen.

Saking praktisnya, pembeli cukup membuka tutup gelas dengan menarik plastik tipis yang menempel di mulut gelas dengan tangan. Tidak perlu alat pembuka sumbat botol. Mereka dapat sudah langsung menikmati wine yang dingin dan segar kapan pun, di mana pun.

Menurut James, Tulipak sangat cocok untuk dibawa saat kegiatan outdoor, baik itu konser musik di lapangan terbuka, atau kegiatan alam lainnya. “Saya yakin produk ini sangat sempurna untuk berbagai kegiatan seperti piknik, makan bersama di taman, liburan di pantai, konser musik, atau hanya menikmati siang hari di serambi rumah,” paparnya.

Hebatnya, Tulipak menggunakan gelas plastik yang dapat didaur ulang sehingga lebih ramah lingkungan. Walau terbuat dari plastik, James menjamin, gelas Tulipak tahan lama dan tahan banting. James berani menjamin, dalam kondisi normal, jika terjatuh, gelas itu tidak akan retak, pecah, atau bocor isinya.

James mengisi Tulipak dengan wine sebanyak 187 mililiter. Wine yang dipilih James pun tidak sembarangan. Dia khusus memilih wine terbaik dari Selena Valley di Australia Selatan. selain itu, dia juga menggunakan jenis wine Shiraz, Chardonnay yang lezat dan Rose.

Sepak terjang James dalam industri wine membuatnya mampu mencium keinginan pasar untuk wine-wine yang populer. Setelah melakukan riset di industri minuman beralkohol, James menemukan bahwa wine sangat diminati di pasar, terutama mereka yang ingin menciptakan citra high class dan memasuki budaya mainstream.

Setelah melakukan perjalanan ke Hong Kong dan China untuk mencari cara termurah dalam memproduksi Tulipak, James akhirnya menemukan sebuah perusahaan yang menawarkan biaya produksi yang paling realistis di Yorkshire.



James lalu meminta bantuan dari saudara kembarnya Reg yang berpengalaman dalam bidang catering outdoor untuk melengkapi inovasinya dan menyempurnakan pengembangan produk.

Keyakinan James atas peluang pasar untuk produknya, membuatnya mengumpulkan modal usaha sebesar 500.000 poundsterling (Rp6,8 miliar). Modal itu berasal dari uang pribadi, teman-teman, mitra, atau pun penyedia dana swasta. Setengah dana tersebut digunakannya untuk mengembangkan teknologi pembuatan gelas wine yang “tahan banting”.

Desain produknya terlahir dari proses yang mahal dan rumit, walau sekilas terlihat sangat sederhana. Teknologi tinggi yang digunakan James membuat gelas Tulipak tak tergores sedikit pun, mulai dari proses produksi hingga di tangan konsumen.

Selain itu, James juga melakukan modifikasi penggunaan mekanisme pemanasan untuk merekatkan plastik penutup dan mulut gelas. Teknologi ini membuat proses penutupan gelas tanpa bekas lem di mulus gelas. Metode ini terinspirasi dari teknologi pembuatan yoghurt.

Untuk pemasarannya, James menggunakan berbagai event outdoor, terutama konser-konser musik. Salah satunya saat Hari Tahun Baru silam. “Kami mendapat respon luar biasa. Banyak pegawai bar dan pengunjung konser menyukainya. Sangat besar respon yang mereka berikan. Dari sanalah saya tahu bahwa kamilah pemenangnya,” tuturnya.

Metode produksinya memungkinkan untuk menghasilkan 6.000 gelas Tulipak berisi 18,75 cl dalam satu jam. Tulipak secara resmi diluncurkan di pasar pada bulan Juli 2007 saat dipasarkan dalam konser Rod Stewart di Glasglow. Saat itu terjual 25.000 unit dalam waktu kurang dari satu hari.

Saat ini, James terus menggalang kerja sama baru dengan berbagai perusahaan wine terbesar di dunia, serta jaringan supermarket dan maskapai penerbangan. “Produk kami benar-benar terus mengalami penguatan. Ini ide sederhana dan pertama kali di dunia,” paparnya.

Dalam upaya lobinya untuk mendapatkan tambahan dana, James tidak jarang menghadapi penolakan. Salah satunya saat semua anggota panel Dragons Den menganggap Tulipak itu sampah. Dragons Den merupakan program BBC TV untuk menyeleksi para entrepreneur dan pemenangnya akan mendapat dana segar untuk pengembangan bisnis.

Saat itu anggota panel Dragon mencemooh idenya. “Orang-orang tidak ingin membeli wine di gelas plastik yang ditutup dengan plastik. Untuk alasan itu, saya menolaknya,” kata Duncan Bannatyne, salah satu anggota panel Dragons Den.

Tapi James tidak menyerah dengan penolakan Dragons Den. Dia bangkit. James berhasil menggandeng Marks & Spencer (M&S) untuk menjadi mitranya. Pekan lalu, M&S meluncurkan wine dalam gelas untuk wine Shiraz, Rose dan Chardonnay. Setiap gelas berisi 187 mililiter seharga 2,25 poundsterling (Rp30 ribu). Saat peluncuran, produk itu segera ludes dibeli banyak orang. (syarifudin, seputar indonesia, 18 Juni 2010)

Wanita Pertama di Kursi Nomor Satu Australia




Julia Gillard menorehkan sejarah baru sebagai Perdana Menteri (PM) Australia wanita pertama. Dia menggantikan PM Kevin Rudd melalui voting Partai Buruh di parlemen, kemarin.

Perempuan berambut coklat kemerahan itu akan membawa warna baru dalam pemerintahan Australia dengan kepemimpinan gaya lamanya. Berbeda dengan Rudd yang terkesan modern, Gillard mengingatkan publik pada para PM dari Partai Buruh di era 1980-an dan 1990-an. Gillard memiliki gaya kepemimpinan dan pemikiran seperti PM sebelumnya dari Partai Buruh, Bob Hawke dan Paul Keating.

Kemunculan Gillard menjadi orang nomor satu di Australia memang mengejutkan bagi sebagian pihak. Apalagi dia menggantikan Rudd yang memenangkan pemilihan umum (pemilu) pada 2007, menggeser pemimpin konservatif John Howard yang pamornya kian meredup.

Tapi karena Rudd dianggap menjalankan kebijakan yang tidak sesuai, dia mulai kehilangan kepercayaan pemilih. Dan situasi itu menjadi momen menguntungkan bagi Gillard hingga dia terpilih melalui voting di parlemen.

Gillard merupakan politisi yang mengukir karir sebagai kelas pekerja. “Saya tumbuh besar di sebuah rumah dengan orangtua pekerja keras. Saya meyakini pemerintahan yang memberikan penghargaan pada siapa yang bekerja keras, bukan pada siapa yang komplain paling keras,” ujarnya di parlemen, saat Rudd mengatakan berbagai “kebijakan berdasar bukti” dan menjelaskan kompleksitas kebijakan perubahan iklim atau pajak yang diterapkannya.

“Saya percaya pada pemerintahan yang memberi imbalan pada siapa yang bekerja sepanjang hari, bekerja di pabrik-pabrik kita atau peternakan-peternakan kita, di tambang-tambang kita, atau di penggilingan-penggilingan, di ruang kelas-ruang kelas kita, di rumah sakit-rumah sakit kita, mendapat reward atas kerja keras, kesopanan, dan usahanya,” ungkap Gillard.

Gillard tiba di Australia pada usia empat tahun, pada 1960-an dari south Wales, tempat kelahiran gerakan Buruh di Inggris. Ayahnya harus bekerja sebelum sekolahnya selesai karena keluarganya terlalu miskin untuk membiayainya meraih pendidikan tinggi.

Wanita yang suka berterus terang itu awalnya tinggal di sebuah asrama migran di kota pedesaan Adelaide, Australia, sebelum ayahnya sanggup membeli sebuah rumah. Gillard mengambil studi di fakultas hukum dan terlibat dalam politik. Dia lantas menjadi mitra di sebuah perusahaan pengacara sebelum bekerja sebagai seorang penasehat politik.

Gillard pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada 1998 dan karirnya melejit menjadi pemimpin sayap kiri Buruh. Dia menjadi tangan kanan kementerian kesehatan pada 2003 dan mendukung Rudd untuk merebut jabatan pemimpin Buruh. Sebagai imbalannya, Gillard ditunjuk sebagai deputi ketua Partai Buruh.

Kecemerlangan karir politik Gillard di parlemen tidak diragukan lagi. Dia terkenal dengan kemampuannya meloloskan kebijakan dan membelokkan serangan-serangan politik.

Gillard terus memback-up Rudd hingga tahun ini, saat jajak pendapat menundukkan merosotnya popularitas PM Rudd. Melihat situasi yang menguntungkan itu, Gillard melakukan manuver di parlemen untuk mendepak Rudd, beberapa bulan sebelum pemilihan umum (pemilu).

Gillard berjanji untuk menggunakan konsensus dalam setiap pembuatan kebijakan pemerintah. Cara ini sangat berbeda dengan Rudd yang cenderung bergaya otokratik. Selain itu, Gillard diperkirakan mampu menarik suara pemilih, baik pria dan wanita, pada pemilu mendatang.

Keberhasilan Gillard mendapatkan dukungan parlemen ini sama seperti yang pernah dilakukan Bob Hawke untuk mendapatkan kursi PM Australia pada malam menjelang pemilu pada 1980-an. Gillard pun memandang model kepemimpinannya seperti di era Hawke, saat kabinet membentuk kebijakan melalui konsensus.

Banyak politisi yang memuji kemampuan Gillard. “Kemampuan berundingnya sangat fantastis. Dia memang bagus,” ujar salah satu tokoh industri di Australia.

Industri pertambangan global tampaknya menyambut terpilihnya Gillard. Apalagi saat ini para investor pertambangan dunia mengancam menarik lebih dari USD20 miliar investasi mereka hingga pemerintah Australia mengkaji usulan pajak pendapatan tambang 40%. Gillard menolak menurunkan pajak itu sehingga dia harus menegosiasikan solusinya secara cepat.

Meskipun Gillard memiliki kemampuan negosiasi seperti Hawke dan kecerdikan Keating, dia juga menghadapi tantangan untuk mendobrak tradisi lama, karena belum pernah tercatat dalam sejarah Australia, ada seorang wanita yang berkuasa.

Gillard telah lama menjadi perhatian media massa terkait gaya rambutnya yang ditata ulang. Rambutnya dicat dengan warna coklat kemerahan, tidak seperti aslinya yang berwarna kekuningan.

Pilihan gaya hidup Gillard juga tergolong unik. Dia memilih tidak menikah dan hanya menjalin hubungan tidak resmi dengan seorang penata rambut. Gillard pun memutuskan tidak memiliki anak sepanjang hidupnya.

Seorang anggota parlemen dari kubu konservatif pernah mengkritik Gillard karena berstatus tidak menikah. Anggota parlemen itu lantas meminta maaf atas komentarnya, tapi di kalangan masyarakat konservatif di kelas menengah Australia, status tidak menikah itu bisa menjadi isu panas. (syarifudin, seputar indonesia, 25 Juni 2010)

Janjikan Reformasi dan Kebebasan Pasar




Bentangan waktu mengasah pengalamannya. Karirnya terus melejit hingga akhirnya Bronislaw Komorowski menjadi orang nomor satu di Polandia.

Hasil resmi pemilihan umum presiden (pilpres) Polandia memang belum diumumkan. Tapi dengan 52,63% suara dari 95% suara yang terhitung, kemarin, kemenangan Komorowski tak diragukan lagi. Komorowski akan menjadi presiden Polandia yang baru.

Itulah mimpinya yang terwujud. Lawan utamanya, Jaroslaw Kaczynski, hanya meraih 47,37% suara. Jelas, Kaczynski harus mengaku kalah. Komorowski akan dilantik beberapa hari ke depan.

“Demokrasi telah menang. Demokrasi Polandia kita sendiri telah menang,” ujar Komorowski bangga menyambut kemenangannya.

Keberhasilan Komorowski meraih kursi nomor satu di Polandia merupakan buah dari perjuangan berbulan-bulan setelah tragedi kecelakaan pesawat yang menewaskan Presiden Lech Kaczynski pada April silam. Sebagai ketua parlemen, Komorowski melanjutkan tugas kepresidenan mendiang Lech Kaczynski hingga pilpres Minggu (4/7) silam digelar.

Bagai pucuk dicinta, ulam pun tiba, rakyat Polandia memberikan mandat pada Komorowski untuk menjadi presiden sesungguhnya. Janji reformasi yang diucapkannya selama kampanye, ternyata berhasil merebut hati jutaan pendukungnya.

Kemenangan Komorowski juga menjadi kebahagiaan bagi Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk. Dia merupakan pendukung utama Komorowski yang memiliki pemikiran lebih liberal dan pro-pasar, dibandingkan Kaczynski.

Selama ini, Tusk selalu kesulitan meloloskan kebijakan pemerintahannya karena diganjal hak veto yang dimiliki mendiang Presiden yang konservatif. Keberhasilan Komorowski meraih kursi nomor satu, akan memudahkan Tusk dalam meloloskan berbagai kebijakan yang dulu gagal disetujui.

Meski telah menang, Komorowski mengaku tidak bisa berleha-leha. Ada banyak masalah yang harus segera diselesaikannya, begitu dia resmi dilantik sebagai presiden.

Sesuai konstitusi, jabatan presiden Polandia hanya memiliki sedikit hak prerogatif eksekusit. Satu-satunya kewenangan terkuat presiden ialah hak veto yang hanya dapat dikalahnya dengan tiga per lima suara mayoritas majelis rendah parlemen. Hak veto inilah yang selama ini digunakan Presiden Lech Kaczynski untuk menggagalkan kebijakan pemerintahan Tusk.

Komorowski menegaskan, kemenangannya akan membuat partainya yang berkuasa, Civil Platform tidak hanya mayoritas di parlemen (the Sejm) tapi juga mengontrol istana kepresidenan. Situasi seperti ini belum pernah terjadi dalam politik Polandia setengah dekade silam. Pencapaian ini menjadi prestasi bersejarah yang ditorehkan Komorowski.

Presiden terpilih merupakan sosok yang disenangi para investor. Komorowski selalu dipuji untuk sikapnya yang moderat. Para investor menilai kemenangan Komorowski akan menciptakan kerja sama yang mulus antara parlemen dan presiden untuk menjalankan agenda reformasi ekonomi. Tentu saja, karena parlemen dan presiden kini disetir oleh orang-orang dari satu partai yang sama.

Ayah lima anak itu akan menjadi presiden Polandia keempat yang terpilih melalui pilpres sejak runtuhnya komunisme 1989. Pria kelahiran 10 April 2010 itu telah memiliki segudang pengetahuan di dunia politik Polandia.

Dia pernah menjadi Menteri Pertahanan Nasional Polandia pada 20002005. Dari 2005 hingga 2007, dia wakil ketua Sejm, majelis rendah parlemen Polandia.

Tapi jauh sebelum dia menginjakkan kaki di dunia politik Komorowski telah melewati perjuangan panjang selama hidupnya. Pria bernama lengkap Bronisław Maria Komorowski itu lahir di Oborniki Śląskie. Dia merupakan putra akuntan Zygmunt Leon Komorowski (1924-1993) dan Jadwiga Komorowska.

Keluarganya berasal dari wilayah Aukštaitija, Lithuani bagian utara. Keluarga Komorowski telah 200 tahun memerintah Żywiecczyzna di Polandia. Dengan latar belakang itu, dunia politik tampaknya tidak asing lagi baginya, sejak dia msih kecil.

Dari 1957 hingga 1959, Komorowski tinggal di Józefów, dekat Otwork. Dia menjadi anggota Tim Pramuka Mazovian ke-75 di Pruszków. Selama pendidikannya, dia menjdi instukrur Pramuka di Batalion 208 WDHiZ "Parasol". Dia lantas bertemu calon istrinya dalam kegiatan pramuka.

Pada 1977, dia menyelesaikan kuliah di fakultas sejarah di University of Warsaw. Selepas itu, dia menjadi seorang editor di "SÅ‚owo Powszechne" hingga 1980. Pengalamannya sebagai editor mendorongnya membuat penerbitan bawah tanah bersama para aktivis oposisi demokrasi selama pemerintahan Republik Rakyat Polandia (PRL).

Bersama Antoni Macierewicz, Komorowski menerbitkan media bulanan bernama Glos. Pada 1980, dia tertangkap bersama para aktivis Gerakan untuk Pertahanan Kemanusiaan dan Hak Asasi Sipil. Komorowski ditahan satu bulan penjara karena menggerakkan demonstrasi pada 11 November 1979. Saat itu, hakim yang memimpin sidang pengadilan ialah Andrzej Kryże.

Dia pun bekerja di Pusat Investigasi Sosial “Solidaritas” NSZZ pada 1980-1981. pada 27 September 1981, dia menjadi salah satu penandatangan deklarasi pendirian Kelompok Layanan Independen. Dia diasingkan saat Polandia berada di bawah undang-undang perang. Pada 1981 hingga 1989, Komorowski mengajar di Lower Seminary, Niepokalanów.

Karirnya pelan tapi pasti, terus menanjak, saat bekerja sebagai manajer kantor menteri Alexander Hall pada 1989 hingga 1990. Dia lantas menjadi warga sipil wakil menteri pertahanan nasional di pemerintahan Tadeusz Mazowiecki, Jan Krzysztof Bielecki and Hanna Suchocka.

Komorowski pun terlibat dalam partai politik pertamanya bernama Persatuan Demokratik dan Persatuan Kebebasan (Unia Wolnosci). Hingga akhirnya dia ditunju sebagai sekretaris jenderal pada 1993-1995. Sebagai kandidat Persatuan Demokratik, Komorowski terpilih sebagai anggota parlemen pada 1991 dan 1993. Sejak saat itu, karir politiknya kian melejit. (syarifudin, seputar indonesia, 6 Juli 2010)

Dorong Transparansi Informasi Demi Akuntabilitas




Ketika seseorang memiliki suatu informasi rahasia dan harus diungkapkan ke publik, mereka biasanya menyerahkan informasi itu ke surat kabar atau televisi. Tapi saat ini, ada cara baru yang lebih efektif dan kontroversial dalam mengungkapkannya, melalui website WikiLeaks.org.

WikiLeaks.org diciptakan oleh seorang pakar teknologi informasi Julian Assange. Website nonprofit itu sekarang menjadi salah satu tujuan utama pengguna internet untuk mengakses berbagai informasi rahasia yang selama ini ditutup-tutupi pihak-pihak tertentu.

“Kami memiliki misi mempromosikan reformasi politik dengan merilis informasi yang diberangus,” papar Assange.

Keberadaan WikiLeaks dapat membuat para koruptor dan pelanggar hak asasi manusia (HAM) berpikir ulang karena aksi mereka dapat terungkap melalui situs tersebut. Assange beberapa kali muncul dalam video YouTube dan wawancara media dan menjelaskan bahwa tujuan WikiLeaks ialah mempromosikan keterbukaan demokrasi di mana pejabat pemerintah dan birokrat tidak dapat menyimpan rahasia buruk dari publik.

“Kami yakin bahwa transparansi dalam aktivitas pemerintahan dapat mengurangi korupsi, menjadikan pemerintahan lebih baik, dan menguatkan demokrasi. Seluruh dapat diuntungkan dengan adanya pengawasan komunitas dunia, serta rakyat mereka sendiri,” paparnya.

Popularitas Assange meningkat saat pengguna internet di penjuru dunia melihat tayangan video yang dirilis WikiLeaks.org. Video yang dirilis pada April 2007 itu menunjukkan sebuah helikopter militer Amerika Serikat (AS) menyerang dan menewaskan puluhan warga sipil Irak, termasuk dua wartawan Reuters yang tidak bersenjata.

Assange menjelaskan, WikiLeaks mendorong era baru dalam transparansi pemerintahan. Karena walau suatu informasi penting hendak dirahasiakan, seseorang dapat membocorkan dokumen, video, atau foto-foto itu ke situsnya.

“Semua artikel yang dimasukkan dan diubah, dikaji lagi oleh tim editorial kami yang merupakan wartawan profesional dan pengamat anti korupsi. Artikel-artikel yang tidak memiliki standar tinggi akan ditolak dan artikel non-editorial juga dihubungkan seluruhnya,” ungkap Assange.

Keberanian Assange menciptakan situs tersebut membuat Majalah Time menjuluki WikiLeaks dengan kalimat “dapat menjadi alat jurnalistik penting seperti dijamin Akta Kebebasan Informasi (FIA).”

Assange mengakui mendapat banyak tantangan setelah situs itu berdiri, baik dari para hacker yang ingin merusak situs itu atau dari pihak lain. Karena itu, berbagai cara dilakukannya untuk melindungi data dan dokumen dalam situs tersebut. Salah satunya dengan mem-back up seluruh data dan dokumen dalam server komputer di beberapa negara.

“Dalam peran saya sebagai editor WikiLeaks, saya telah terlibat dalam melawan berbagai serangan hukum yang sangat banyak. Untuk melakukannya dan menjaga sumber kami aman, kami telah menyebar aset, melintasi batas semuanya dan menggerakkan telekomunikasi serta publik di penjuru dunia untuk mengaktifkan undang-undang perlindungan di berbagai yurisdiksi negara berbeda,” katanya pada BBC News.

Assange juga harus memelihara beberapa alamat Web untuk mempersulit pihak-pihak tertentu merusak dan menghapus dokumen-dokumen rahasia dari internet saat mereka diposting di WikiLeaks.

Untuk mendanai website tersebut, pria berambut putih kekuning-kuningan itu mendirikan sebuah organisasi bernama Sunshine Press yang menerima sumbangan publik. Time.com melaporkan, saat ini WikiLeaks memiliki anggaran tahunan USD600.000 (Rp5,5 miliar).

Beberapa pengamat memuji diciptakannya situs tersebut sebagai tempat untuk berbicara secara bebas. “Jika saya ingin membocorkan dokumen rahasia lagi, saya akan mengirimkannya ke WikiLeaks.org. Publik harus memilih WikiLeaks saat metode lain untuk membocorkan informasi gagal,” ujar Daniel Ellsberg, mantan analis militer pemerintah Amerika Serikat (AS).

Ellsberg pernah membocorkan Pentagon Papers tentang Perang Vietnam pada 1970-an dan kini menjadi salah satu donatur WikiLeaks. Dia memuji situs itu dapat membuat para pemimpin pemerintahan lebih akuntabel terhadap publik.

Meski mendapat pujian, Assange juga mendapat kritik beberapa pihak yang menilai caranya mengancam keamanan nasional. Mereka yang mengkritik umumnya merupakan pihak-pihak yang merasa terganggu jika publik mengetahui sebuah kebenaran.

Pria warga negara Australia itu menyebut dirinya sebagai seorang eksentrik pengembara dunia. Dia membawa semua barang yang dimiliki dan tetap mempertahankan status “semi-penduduk” di Kenya, Islandia, dan Swedia. Di negara-negara itulah servernya berada. Posisi terbaru Assange dilaporkan berada di Islandia, negara yang saat ini mengesahkan undang-undang untuk melindungi sumber anonim seperti yang dipromosikan WikiLeaks.

Kontroversi memang tidak dapat dilepaskan dari sosok Assange dan WikiLeaks karena berbagai informasi yang dirilisnya. Saat ini, WikiLeaks telah mempublikasikan berbagai informasi, mulai dari email pribadi kandidat Wakil Presiden AS Sarah palin; manual dari pangkalan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba; email yang menimbulkan kontroversi terkait isu pemanasan global tahun lalu; dan dokumen yang menyebutkan adanya perubahan hasil pemilu presiden di Kenya pada 2007.

Berbagai informasi rahasia akan terus dirilis Assange melalui WikiLeaks. Publik pun turut berpartisipasi dalam mengirim dan menyebarkan berbagai dokumen rahasia. Era baru transparansi informasi sedang dimulai. (syarifudin, seputar indonesia, 9 Juli 2010)

Mengajak Orang Lain Mencintai Ikan





Di mana pun dia berada, Guy Harvey selalu dikelilingi ikan-ikan. Saat di tempat pengamatan samudera di Karibia, ikan-ikan sesungguhnya bergerak mengitarinya. Sedangkan saat berada di studio lukisnya, ikan-ikan itu hidup dalam torehan kanvasnya.

Kecintaannya pada laut dan ekologi membuat Harvey selalu memikirkan cara bagaimana melindungi ikan dan keanekaragaman hayati di lautan. Pria yang dibesarkan di Jamaika itu merupakan salah satu tokoh konservasionis dunia yang memiliki gelar sarjana di bidang biologi laut dan gelar PhD di bidang manajemen perikanan.

Obsesinya untuk menjaga kelestarian hayati di samudera mendorongnya mendirikan Guy Harvey Research Institute (GHRI) pada 1999. Dengan lembaga tersebut, lelaki yang mengambil pendidikan di Scotlandia itu menyediakan berbagai informasi ilmiah tentang perlindungan ikan dan biodiversity.

Tapi yang perlu diingat, kiprahnya dalam lembaga itu hanyalah sebagian kecil dari cerita luar biasa yang telah ditorehkan Harvey sepanjang hidupnya. Dia merupakan pengusaha yang sangat sukses dengan jaringan restauran seafood serta pelukis otodidak yang membuat ikan-ikan menari-nari di atas kanvasnya.

“Saya tidak belajar di sekolah seni atau kursus melukis. Saya tidak pernah mengambil kuliah melukis sepanjang hidup saya. Saya mempelajari semuanya dari mencoba dan kesalahan, serta ketekunan, yang saya kira membawa saya ke tempat saya berada,” tutur Harvey.

Dia mengaku terinspirasi dari novel karya Ernest Hemmingway berjudul The Old Man and the Sea untuk menghasilkan lukisan-lukisan bertema ikan-ikan yang sedang bermain. Imajinasi dalam novel itu kemudian menggerakkannya untuk membuat cerita nelayan terkenal itu mewujud di atas kanvasnya, seperempat abad silam.

Harvey melukis setiap hari dan 10% dari karya lukisannya dijual untuk mendanai organisasi lingkungan yang dipimpinnya. Dia juga menciptakan serial TV berjudul Portraits of the Deep untuk menunjukkan pada penonton tentang ikan-ikan yang bermain dan pentingnya ikan bagi kelestarian lingkungan.

“Untuk melihat warna ikan-ikan yang menyala, bergerak, dan agresif, mungkin merupakan salah satu yang paling menakjubkan bagi penyelam,” ujarnya.

Video-video penyelaman yang menampilkan ikan-ikan di lautan lepas itu ditayangkan di toko-toko dan restoran-restorannya, tempat Harvey juga memasang lukisan-lukisannya di dinding. Di jaringan restoran seafood miliknya, Harvey hanya menyajikan jenis ikan yang tersedia dalam jumlah berkelanjutan di alam. Harvey melarang jaringan restorannya menyajikan menu yang berbahan sirip ikan hiu atau paus.



Melalui GHRI, Harvey membantu mempelopori teknik-teknik baru dalam merekam perilaku ikan di bawah air serta menciptakan sistem untuk mengamati mereka dari jarak jauh.

Saat ini pakar lautan itu turut membantu upaya melindungi hiu dari perburuan. Hiu-hiu diburu secara ilegal untuk diambil siripnya yang berharga mahal di pasar. Harvey memperingatkan, jika jumlah hiu berkurang, keseimbangan samudera yang rentan dapat terancam.

Harvey juga menekankan bahwa hiu-hiu terancam bahaya di Teluk Meksiko karena tumpahan minyak BP. Dia khawatir, ikan-ikan lain juga turut menanggung resiko dari tumpahan minyak tersebut. Tidak menunggu lama, Harvey telah melakukan penggalangan dana melalui penjualan kaus untuk mendanai riset tentang dampak tumpahan minyak terhadap ikan-ikan di laut.

“Kita belum tahu kapan tragedi tumpahan minyak ini berhenti atau sejauh apa dampaknya serta bagaimana ini mempengaruhi kehidupan di samudera,” kata Harvey.

Dari berbagai sepak terjangnya sebagai penyelam, pelukis, ilmuwan, dan pengusaha, Harvey ingin mengajak publik semakin peduli dengan ikan dan kelestarian ekologi maritim. “Ikan hanyalah binatang berbau amis bagi sebagian besar orang. Mereka memiliki daging yang empuk yang bisa dinikmati di piring atau Anda membelinya dalam bungkus plastik dan ikan itu mati, dingin, serta berbau. Mereka merupakan predator lautan yang perlu kita hormati,” ujarnya.

“Saya ingin membuat orang sadar dengan itu, Anda tahu, kita benar-benar perlu berpikir lebih serius tentang bagaimana kita mengelola samudera dan segala yang ada di dalamnya. Jika kita bisa melakukannya, itu akan membahagiakan dan berguna bagi kita,” papar pemilik hari ulang tahun 16 September 1955 itu.

Kecintaan pria kelahiran Lippspringe, Jerman itu pada ikan muncul sejak masih kecil. Dia sering diajak memancing dan menyelam oleh ayahnya di sepanjang pantai. Harvey selalu terobsesi dengan makluk-mahkluk hidup di laut dan mulai melukis berbagai jenis ikan yang dia amati.

Dalam lukisannya, Harvey menuangkan detail dan pilihan warna yang luar biasa. Lukisan Harvey lantas dijual di berbagai pameran seni, toko-toko, galeri-galeri, restoran-restoran, dan di turnamen memancing.

Harvey merupakan generasi Jamaika Inggris ke-10 saat keluarganya berimigrasi ke Jamika pada 1664. Dia mengambil gelar sarjana Biologi Maritim di Aberdeen University, Scotlandia pada 1977. Lantas melanjutkan ke University of West Indies hingga meraih PhD dalam Manajemen Perikanan.

Pada 1985, dia melukis 44 serial dari novel The Old Man & the Sea. Lukisan itu kemudian ditampilkan di sebuah acara di Jamaika. Karena mendapat respon positif selama pameran, dia mulai melukis setiap hari dan pada 1988 menggunakan lukisan-lukisannya untuk berbagai produk lainnya. (Syarifudin, Seputar Indonesia, 13 Juli 2010)