Presiden Mesir Muhammad Mursi menyulut kontroversi
baru di tengah proses transisi politik yang belum berakhir dengan dekrit yang
tampaknya bertujuan memberikan tameng hukum terhadap majelis penulis konstitusi
baru Mesir.
Mursi memberikan
perlindungan pada majelis tinggi parlemen yang didominasi partai-partai Islam
yang beraliansi dengan Mursi. Dekrit itu juga memberikan kekuasaan baru pada
presiden sehingga dia dapat memecat jaksa agung era rezim Husni Mubarak dan
memilih jaksa agung baru.
Dekrit itu
menegaskan bahwa semua keputusan yang diambil Mursi hingga pemilu parlemen baru
mendatang, dibebaskan dari semua gugatan hukum. Mursi menegaskan bahwa langkah
tersebut untuk melindungi revolusi. “Deklarasi ini bertujuan membersihkan
institusi-institusi negara dan menghancurkan infrastruktur rezim lama,” ungkap
juru bicara kepresidenan.
Pejabat senior
Partai Keadilan dan Kebebasan, sayap politik Ikhawanul Muslimin, Gehad Haddad
menyatakan bahwa keputusan Mursi diperlukan untuk menjamin revolusi mencapai
tujuannya. Dia mengaku pemerintah tidak dapat mencari landasan hukum apapun,
selain dekrit presiden, untuk mengadili para pejabat di kementerian dalam
negeri yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang terjadi selama revolusi.
Gehad Haddad
mengakui bahwa investigasi sangat lemah dan banyak yang tidak dapat diseret ke
pengadilan terkait kasus tewasnya ratusan orang saat revolusi menggulingkan
Mubarak. Dia menganggap kubu sekuler seharusnya setuju pada keputusan tersebut.
“Keputusan itu lahir dari kebutuhan, bukan pilihan,” tegasnya pada AFP.
Namun alasan ini
tidak dapat diterima oleh oposisi Mesir yang masih kecewa akibat kekalahan
mereka pada pemilu pertama pascarevolusi. Kelompok oposisi yang terdiri atas
kubu sekuler dan liberal marah besar dengan dekrit presiden tersebut.
Sejumlah pengamat
memperingatkan potensi konflik baru di negeri tersebut akibat dekrit itu. “Keputusan
ini akan menciptakan perselisihan dalam politik Mesir dan lebih jauh lagi tidak
akan menciptakan iklim yang baik bagi pemulihan pertumbuhan ekonomi,” ujar
Mustapha Kamal Al-Sayyid, profesor ilmu politik di Universitas Kairo, dikutip
kantor berita Reuters.
Momentum ini
jelas tidak akan dibiarkan begitu saja berlalu oleh kubu oposisi yang
tercerai-berai pasca pemilu lalu yang memenangkan partai-partai Islam, terutama
kubu Ikhwanul Muslimin (IM). Oposisi segera menggalang dukungan dengan
menyerukan demonstrasi yang akan diikuti jutaan orang.
Politisi liberal
Mohamed ElBaradei menulis di akun Twitter-nya menyatakan, “Mursi telah merebut
semua kekuasaan negara dan menunjukkan dirinya sebagai firaun baru Mesir.”
Ikhwanul Muslimin
menegaskan bahwa langkah Mursi itu sesuai cita-cita revolusi dan didukung
rakyat banyak. IM berupaya menetralisir seruan oposisi yang menentang dekrit
presiden tersebut.
Dekrit itu
dikeluarkan Mursi untuk membuang semua ketidakpastian yang terus membayangi
proses penyusunan konstitusi baru. Apalagi sebelum dekrit itu muncul, badan
penyusun konstitusi terus menghadapi tuntutan hukum yang mempertanyakan
legalitasnya. Dengan kondisi itu, badan konstitusi tidak bisa bekerja maksimal.
Karena itulah dekrit itu muncul untuk menegaskan kekuatan hukum bagi badan
penyusun konstitusi.
Para pengkritik
mengatakan, legitimasi badan penyusun konstitusi kian dipertanyakan dengan
banyaknya anggota non-kubu Islam yang mengundurkan diri. Mereka komplain suara
mereka tidak didengarkan.
Konstitusi
merupakan elemen penting dalam transisi Mesir menuju demokrasi. Pemilu parlemen
yang baru tidak akan digelar hingga konstitusi itu selesai disusun dan disahkan
melalui referendum.
Dekrit itu juga
memberikan tambahan waktu dua bulan pada badan penyusun konstitusi untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Artinya, proses penyusunan konstitusi akan
diperpanjang hingga Februari.
Sulut Konflik
Keluarnya dekrit
tersebut dikecam kelompok sekuler dan liberal di Mesir. Mereka menganggap
dekrit itu menunjukkan bahwa presiden merampok kekuasaan rakyat dan wewenang
seluruh institusi di negara tersebut.
Adapun langkah
untuk mengadili kembali para pejabat era Mubarak, akan sangat didukung oleh
publik yang merasa keadilan belum tercipta hingga saat ini. Mubarak, 84,
divonis penjara seumur hidup pada Juni lalu atas dakwaan gagal mencegah
pembunuhan yang terjadi selama revolusi yang menggulingkannya pada 11 Februari
2011. Mubarak ditahan di rumah sakit penjara sejak vonisnya dibacakan
pengadilan.
Para pengkritik
mengatakan ada kesalahan proses dalam pengadilan Mubarak dan para pejabat
pemerintahannya. Salah satu masalah itu adalah jaksa agung di era Mubarak tidak
diganti.
Menanggapi
tekanan publik ini, Mursi berupaya mengganti jaksa agung era Mubarak, Abdel
Maguid Mahmoud, pada Oktober. Namun langkah itu gagal karena menuai protes dari
para hakim yang menganggap presiden melampaui kekuasaannya dan mengancam
independensi mereka.
Namun tekad Mursi
memecat Abdel Maguid Mahmoud tidak pudar, hingga akhirnya keluarkan keputusan
pemecatan itu pada Kamis (22/11). Mahmoud dan kelompok hakim-hakim berpengaruh
menganggap pemecatan itu melanggar independensi yudisial karena undang-undang
Mesir melindungi para pejabat yudisial seperti jaksa agung dari pemecatan oleh
presiden.
Untuk meredam
ketegangan atas pemecatan Mahmoud, Mursi meminta Mahmoud menjadi Duta Besar
Mesir untuk Vatikan. Namun Mahmoud menolak. Mursi lantas memberi dirinya
kekuasaan untuk memilih jaksa agung yang baru yakni Talat Abdullah. Acara
pelantikannya disiarkan langsung televisi pemerintah Mesir.
Seusai
pelantikan, Talat Abdullah berjanji bekerja sama dengan para koleganya di
kantor kejaksaan untuk menegakkan keadilan dan memberantas penindasan. Pemerintah
menyatakan, kantor kejaksaan baru akan didirikan untuk melindungi revolusi dan
diisi oleh hakim-hakim yang akan mendapat kekuasaan untuk memerintahkan
investigasi dan mengumpulkan bukti-bukti.
Direktur Human
Rights Watch Mesir Heba Morayef memperingatkan bahwa negeri itu memerlukan
reformasi yudisial dan kejaksaan merupakan peninggalan Mubarak. “Namun
memberikan presiden kekuasaan mutlak dan kekebalan, bukan cara untuk
melakukannya,” katanya.
Hassan Nafaa,
dosen ilmu politik di Universitas Kairo menilai Mursi membangun dirinya sebagai
monarkhi absolut. “Dia tidak berkonsultasi dengan lembaga apapun dari oposisi,
sehingga dia mengambil semua keputusan ini sendiri, tanpa konsultasi apapun. Masalahnya
bukan pada isi keputusan itu sendiri, tapi tentang cara itu dibuat,” ungkapnya
pada Al Jazeera.
Nafaa menganggap
keputusan Mursi menciptakan banyak masalah hukum yang secara total mengabaikan
kekuasaan yudisial. “Ini situasi berbahaya bagi seluruh negeri. Ini sangat
membingungkan karena kita tidak tahu apakah kita berada dalam deklarasi
konstitusional, atau undang-undang, atau hanya level administratif. Kita
memiliki semuanya dalam pernyataan sama,” paparnya.
Yang lebih
berbahaya lagi, oposisi bisa menggunakan momen ini untuk menggalang upaya
menggulingkan kekuasaan Mursi. Jika ini terjadi, maka bisa terbayang konflik
horisontal antara pendukung dan penentang Mursi. Apabila konflik horisontal ini
terjadi, akan bergelimpangan korban-korban baru setelah revolusi sebelumnya
yang menewaskan 800 orang dan melukai 11.000 orang.
Bibit konflik
horisontal ini tampak sejak Jumat (23/11) lalu, saat para pendukung Mursi
berkumpul di depan istana kepresidenan di Kairo utara untuk menunjukkan
dukungan mereka terhadap dekrit tersebut. “Rakyat mendukung keputusan
presiden,” teriak para pendukung Mursi.
Sementara, kubu
liberal menuju Lapangan Tahrir setelah setelah Salat Jumat (23/11). Unjuk rasa
kelompok liberal ini dipimpin langsung oleh politisi sekuler Mohamed ElBaradei,
mantan kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Amr Mussa, mantan
menteri luar negeri dan kepala Liga Arab.
Harian independen,
Al-Masry Youm menulis berita di halaman depan berjudul “Mursi seorang diktator
sementara.”
Juru bicara
Komisioner Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Navi Pillay, Rupert
Colville, menyatakan kekhawatirannya jika dekrit ini menyulut konflik baru di
Mesir. “Kami sangat mengkhawatirkan kemungkinan dampak deklarasi ini terhadap
HAM dan supremasi hukum di Mesir. Kami juga khawatir ini dapat memicu situasi
yang sangat labil dalam beberapa hari mendatang, dimulai hari ini faktanya,”
ungkapnya.
Colville tidak
menjelaskan dengan rinci bagian mana saja yang harus dikhawatirkan dari dekrit
ini. Namun dia mengungkapkan banyak aspek yang harus dipahami sehingga
memerlukan waktu untuk menganalisanya secara penuh. (syarifudin)
KABAR BAIK!
BalasHapusUntuk mengenalkan diri dengan benar,
Nama saya NADIRA MUHAMMAD dari [PERUSAHAAN PIHAK NADIRA MUHAMMAD]
Saya adalah pemberi pinjaman pribadi, perusahaan saya memberikan pinjaman segala jenis dengan suku bunga 2% saja. Ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda, terapkan hari ini dan dapatkan pinjaman cepat Anda.
Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa melewatkan kesempatan ini.
Anda disarankan untuk melengkapi dan mengembalikan rinciannya di bawah ini ..
Namamu: ______________________
Alamat Anda: ____________________
Negara: ____________________
Tugas Anda: __________________
Jumlah pinjaman yang dibutuhkan: ______________
Jangka waktu pinjaman: ____________________
Pendapatan bulanan: __________________
Nomor ponsel: ________________
Apakah Anda mengajukan pinjaman sebelum: ________________
Jika Anda telah melakukan pinjaman sebelumnya, di mana Anda diperlakukan dengan jujur
Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi lebih lanjut hubungi kami melalui email:
Nadiramuhammadloancompany@gmail.com