DUBAI- Putra Mahkota Bahrain Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa memperingatkan semua pihak menghindari kebuntuan dalam menghadapi desakan mayoritas Syiah yang menginginkan pemerintahan yang dipilih rakyat.
Sheikh Salman menyerukan sema pihak bersabar menjelang dialog nasional untuk mengatasi krisis di kerajaan Arab Teluk tersebut. Bahrain mengalami kerusuhan terburuk sejak 1990-an, saat bulan lalu tujuh orang tewas akibat tindakan aparat yang berlebihan dalam melumpuhkan demonstran anti pemerintah.
“Pawai ini tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain. Ini prinsip dasar. Saya mendesak semua pihak tidak memanaskan situasi atau mencari sensasi. Beberapa orang ingin ini terjadi, sehingga kami terus mengijinkan tapi harus tetap damai,” ujar Sheikh Salman.
Dia ditunjuk memimpin dialog dengan oposisi. “Saya harap semua orang berani, sabar, optimistis dan termotivasi untuk aktif dalam dialog,” katanya.
Demonstran Bahrain masih berlangsung damai. Mereka terinspirasi dengan unjuk rasa yang menggulingkan pemimpin Mesir dan Tunisia. Gelombang unjuk rasa itu meluas ke Libya dan negara-negara teluk seperti Oman dan Arab Saudi.
Bahrain yang menjadi tempat pengkalan militer Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat itu diperintah keluarga kerajaan Sunni al-Khalifa. Mayoritas Syiah di sana mengeluhkan diskriminasi dalam mendapat pekerjaan, rumah, dan layanan sosial.
Sementara itu di Mesir, warga sipil bersenjata menyerang ratusan demonstran Mesir di luar kantor pusat keamanan negara di Kairo, pada Minggu (6/3) waktu setempat. Militer melepas tembakan peringatan dan menggunakan tongkat untuk mengusir massa.
Sekitar 500 demonstran yang menyerbu kantor pusat keamanan di Lazoghly, Kairo, diserang oleh massa berpakaian sipil yang bersenjata pisau dan batu. “Mereka memiliki pisau besar dan melempar batu-batu besar secara langsung ke arah demonstran,” papar saksi mata.
Sedangkan di Yaman, gerakan oposisi bertekad mengintensifkan unjuk rasa menentang rezim Presiden Ali Abdullah Saleh. Hingga kini, Saleh masih menolak mundur. Oposisi Forum Bersama menyeru demonstran meningkatkan unjuk rasa, meski telah menewaskan 19 orang sejak 27 Januari, berdasarkan data kantor berita AFP. Amnesty International menyatakan sedikitnya 27 orang tewas.
“Kami menyeru rakyat meluaskan demonstrasi dan meningkatkan perjuangan damai di semua wilayah hingga dia (Saleh) pergi dengan satu opsi, yakni untuk pergi,” tegas Mohammed Sabri, anggota Forum Bersama.
Ultimatum itu muncul sehari setelah Saleh yang berkuasa sejak 1978, menolak desakan oposisi agar mundur pada akhir tahun ini. Saleh menegaskan untuk menyelesaikan mandatnya hingga 2013.
Di Palestina, polisi Hamas menahan beberapa demonstran yang menyerukan persatuan antara Hamas di Jalur Gaza dan Fatah di Tepi Barat. Di Aljazair, pemerintah mempelajari cara memperbaiki dialog publik, termasuk penggunaan media sosial. Di Yordania, sedikitnya 300 orang kerabat tahanan Salafy, termasuk Abu Mohammed al-Maqdessi, berunjuk rasa untuk mendesak pembebasan mereka. Abu Mohammed pernah menjadi mentor pemimpin Al-Qaeda di Irak Abu Musab al-Zarqawi. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar