Cari di Sini

Jumat, 11 November 2011

Rusia dan China Tolak Sanksi Iran

MOSKOW– Rusia dan China menolak sanksi baru terhadap Iran, meskipun laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menuduh Teheran berupaya mengembangkan persenjataan nuklir. Deputi Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Gennady Gatilov menegaskan bahwa sanksi tambahan akan dianggap komunitas internasional sebagai instrumen untuk perubahan rezim di Iran. “Pendekatan itu tidak dapat diterima oleh kami,dan Rusia tidak berminat untuk mempertimbangkan proposal semacam itu,” papar Gatilov pada kantor berita Interfax kemarin. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia mengeluarkan pernyataan yang menganggap laporan IAEA tidak mengandung informasi baru yang fundamental. IAEA menyatakan memiliki informasi yang mengindikasikan Iran melakukan berbagai tes yang relevan dengan pengembangan peralatan peledak nuklir. Laporan yang dipublikasikan di laman Institute for Science and International Security menjelaskan,riset yang dilakukan Iran termasuk beberapa model komputer yang hanya bisa digunakan untuk pengembangan pemicu bom nuklir. Adapun Kemenlu China kemarin menyatakan sanksisanksi tidak dapat menjadi penyelesaian mendasar bagi program nuklir Iran. Beijing menyerukan dialog untuk mengatasi masalah yang terjadi. “Sanksi-sanksi tidak dapat secara mendasar menyelesaikan isu Iran. Dialog dan negosiasi merupakan jalan tepat bagi isu nuklir Iran,” ungkap juru bicara Kemenlu China Hong Lei pada AFP.“IAEA harus mengklarifikasi laporan itu dengan cara yang objektif melalui kerja sama kuat dengan Iran. ” Amerika Serikat (AS) mengusulkan tekanan tambahan terhadap Iran setelah kemunculan laporan IAEA. Sedangkan Prancis dan Inggris mendukung AS untuk menyerukan sanksi lebih keras. “Tugas mendesak sekarang ialah semua pihak meningkatkan upaya diplomatik dan mendorong dialog P5+1 dengan Iran,” kata Hong. P5+1 terdiri atas lima anggota tetap Dewan KeamananPerserikatanBangsa- Bangsa (DK PBB) plus Jerman. Pernyataan Hong tersebut menunjukkan beratnya upaya Barat mendapat dukungan China untuk menerapkan sanksi lebih keras terhadap Iran.Namun,Hong memang tidak secara langsung menegaskan “tidak” untuk sanksi baru DK PBB pada Teheran. Iran sudah menerima empat paket sanksi melalui resolusi Dewan Keamanan PBB terkait program nuklirnya.Sanksi terbaru pada Juni 2010 berupa perluasan embargo persenjataan dan larangan Iran melakukan aktivitas sensitif seperti penambangan uranium. China dan Rusia memiliki sikap lebih lunak terhadap Iran. Dalam beberapa tahun terakhir,China dan Iran menjadi mitra ekonomi utama setelah penarikan sejumlah perusahaan Barat terkait sanksi terhadap Teheran. Pada Juli, Iran dan China menandatangani sejumlah kesepakatan senilai USD4 miliar untuk proyek-proyek infrastruktur di sektor perairan, pertambangan, energi, dan industri. China saat ini membeli sekitar 20% minyak mentah Iran.Teheran merupakan penyuplai minyak mentah ketiga terbesar bagi China, yang mengirimkan 20,3 juta ton dalam sembilan bulan pertama tahun ini,naik hampir sepertiga dari periode yang sama tahun lalu. China berulang kali menolak proposal Barat untuk sanksi terhadap Iran karena dapat merusak hubungan energi dan ekonomi dengan Iran. Sebagai salah satu anggota tetap DK PBB,Beijing memiliki hak veto untuk semua resolusi. China juga menolak AS dan Uni Eropa (UE) yang menerapkan sanksi sepihak terhadap Iran. Menurut Beijing,AS dan UE seharusnya tidak mengambil langkah melampaui resolusi PBB. Adapun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan AS dan Israel untuk tidak melancarkan aksi militer apa pun terhadap fasilitas nuklirnya, karena akan dibalas dengan “kepalan besi”. “Musuh-musuh kami, khususnya rezim Zionis (Israel), AS,dan aliansinya,harus tahu bahwa segala bentuk ancaman dan serangan atau bahkan pikiran untuk aksi militer apa pun akan direspons keras,” ucapnya. “Garda Revolusi, angkatan bersenjata, dan bangsa kami akan menjawab semua serangan dengan tamparan keras dan kepalan besi,” ujar Khamenei, dikutip Reuters.Pernyataan tegas ini untuk menjawab ancaman Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Sementara itu,pakar Soviet menolak tuduhan media AS bahwa dia menjadi otak di balik program nuklir Iran.Menurut media AS, dia yang membantu Teheran hingga batas membuat bom atom. Laporan IAEA menyatakan ada indikasi seorang pakar asing membantu Iran mengembangkan sistem detonasi bahan peledak tinggi. Namun, IAEA tidak menyebut nama pakar tersebut. The Washington Postmenyebut nama pakar asing itu ialah Vyacheslav Danilenko dan menyatakan dia membantu Iran selama lima tahun terakhir. Surat kabar Rusia, Kommersant, melacak keberadaan Danilenko,76. Menurut Kommersant, Danilenko selama beberapa dekade bekerja di salah satu pusat riset persenjataan nuklir rahasia Rusia yang di era Uni Soviet disebut Chelyabinsk-70.“Saya bukan pakar nuklir dan saya bukan pendiri program nuklir Iran,” kata Danilenko pada Kommersant. Dia menolak berkomentar lebih banyak. Kommersant menyatakan, Danilenko merupakan satu dari beberapa pakar terhebat dunia untuk bidang detonasi nanoberlian,menciptakan berlian ukuran nano dari ledakan konvensional untuk berbagai fungsi, mulai dari pelumas hingga medis. syarifudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar