Cari di Sini

Selasa, 23 April 2013

Asia Menjadi Target Pertumbuhan Starbucks



Starbucks Corporation bulan ini membeberkan rencananya membuka 200 kedai baru di Asia Tenggara. Secara lebih rinci, perusahaan itu menjelaskan bahwa 100 kedai baru di Indonesia akan dibuka dalam tiga tahun mendatang dan 100 kedai baru di Filipina dalam empat tahun ke depan.
Rencana ini tentu dibuat bukan tanpa pertimbangan. Asia Tenggara merupakan kawasan yang saat ini sedang tumbuh pesat, di tengah melambatnya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

“Dengan populasi lebih dari 600 juta orang, kelas menengah yang sedang bangkit itu mendorong konsumsi yang kuat dan meningkatkan ketangguhan ekonomi. Asia Tenggara mewakili peluang pertumbuhan untuk Starbucks,” ungkap Howard Schultz, CEO Starbucks dalam pernyataannya, dikutip foodbev.com.

Starbucks menjelaskan bahwa perusahaan itu sekarang mengoperasikan lebih dari 700 kedai di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Perusahaan jaringan kedai kopi terbesar di dunia itu pertama kali memasuki pasar Asia Tenggara pada 1996 saat membuka kedai di Singapura.

“Tidak pernah sebelumnya prospek Starbucks di kawasan ini sangat luar biasa. Seiring peningkatan ambisi kami, disiplin, dan momentum pertumbuhan di Asia Tenggara, kami akan terus membangun brand Starbucks melalui lensa kemanusiaan, mendukung petani kopi lokal dan sekitarnya, sambil berinvestasi dalam pertumbuhan dan pengembangan mitra-mitra kami,” tutur Schultz.

Pertumbuhan kedai yang sangat pesat di Asia Tenggara itu merupakan bagian dari agenda global perusahaan itu di penjuru negara. Saat ini, Starbucks juga berencana membuka 1.500 kedai baru di AS dalam lima tahun mendatang. Di China, Starbucks akan membuka 1.500 kedai lagi hingga 2015. Seluruh rencana agresif itu akan berada di puncak mantan eksekutif Walt Disney Matthew Ryan yang kini menjadi Global Strategy Officer Starbucks yang baru.

Rencana Starbucks membuka ratusan kedai baru di Asia Tenggara itu muncul karena kawasan ini memang telah menjadi tujuan banyak perusahaan Barat. Pertumbuhan ekonomi Filipina sekarang juga berada di atas ekspektasi para pengamat. Faktanya, pada 2012, tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Filipina mencapai 6,6%, melampau ekspektasi pemerintah yang hanya 5-6%. Pada 2013, ada beragam ekspektasi dari para analis. S&P's memproyeksikan pertumbuhan GDP Filipina sekitar 5,9%, adapun Fitch’s lebih konservatif sebesar 5,5%.

Adapun di Indonesia, meskipun membuka peluang investasi asing, pemerintah juga mempertimbangkan kemampuan usaha kecil lokal menghadapi persaingan global. Karena itu, Starbucks juga berupaya menyesuaikan dengan regulasi yang ada di Indonesia.

Di pasar Asia lainnya, seperti di Jepang, Starbucks terus berinovasi dengan produk-produk yang sesuai dengan lidah lokal. Salah satunya, Starbucks Jepang merilis menu baru yakni Tiramisu Frappuccino. Menu baru ini dianggap lebih sesuai dengan selera konsumen setia Starbucks di negara tersebut.

Di China, Starbucks melihat dengan jeli populasi perkotaan yang akan tumbuh hingga lebih dari 390 juta jiwa dalam dua dekade pertama abad ini. Jumlah ini jelas menjadi pasar menggiurkan bagi perusahaan manapun yang menargetkan kalangan menengah di sebuah negara yang banyak tinggal di perkotaan. Jumlah warga perkotaan China itu bahkan melebihi populasi saat ini di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia digabungkan.

Pada abad lalu, China meningkatkan dua kali lipat PDB per kapita hanya dalam 12 tahun. Adapun India masih tertinggal, karena melakukannya dalam 16 tahun. Populasi di Asia pun menjadi semakin lekat dengan perkotaan. Di berbagai kota, terjadi pertumbuhan konsumen.

Kondisi ini juga menciptakan pengaruh budaya dan simbol-simbol yang dipilih warga perkotaan. Mereka lebih mempertimbangkan status yang muncul saat mengonsumsi produk tertentu. Misalnya, minum kopi di Shanghai, China saat ini semakin populer. Gejala inilah yang dimanfaatkan Starbucks untuk memperluas pasar di China. (syarifudin) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar