Starbucks Corporation bulan ini membeberkan
rencananya membuka 200 kedai baru di Asia Tenggara. Secara lebih rinci,
perusahaan itu menjelaskan bahwa 100 kedai baru di Indonesia akan dibuka dalam
tiga tahun mendatang dan 100 kedai baru di Filipina dalam empat tahun ke depan.
Rencana ini tentu dibuat bukan tanpa
pertimbangan. Asia Tenggara merupakan kawasan yang saat ini sedang tumbuh
pesat, di tengah melambatnya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Dengan populasi lebih dari 600 juta orang,
kelas menengah yang sedang bangkit itu mendorong konsumsi yang kuat dan
meningkatkan ketangguhan ekonomi. Asia Tenggara mewakili peluang pertumbuhan
untuk Starbucks,” ungkap Howard Schultz, CEO Starbucks dalam pernyataannya,
dikutip foodbev.com.
Starbucks menjelaskan bahwa perusahaan itu
sekarang mengoperasikan lebih dari 700 kedai di Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Thailand dan Vietnam. Perusahaan jaringan kedai kopi terbesar di
dunia itu pertama kali memasuki pasar Asia Tenggara pada 1996 saat membuka
kedai di Singapura.
“Tidak pernah sebelumnya prospek Starbucks di
kawasan ini sangat luar biasa. Seiring peningkatan ambisi kami, disiplin, dan
momentum pertumbuhan di Asia Tenggara, kami akan terus membangun brand
Starbucks melalui lensa kemanusiaan, mendukung petani kopi lokal dan
sekitarnya, sambil berinvestasi dalam pertumbuhan dan pengembangan mitra-mitra
kami,” tutur Schultz.
Pertumbuhan kedai yang sangat pesat di Asia
Tenggara itu merupakan bagian dari agenda global perusahaan itu di penjuru
negara. Saat ini, Starbucks juga berencana membuka 1.500 kedai baru di AS dalam
lima tahun mendatang. Di China, Starbucks akan membuka 1.500 kedai lagi hingga
2015. Seluruh rencana agresif itu akan berada di puncak mantan eksekutif Walt
Disney Matthew Ryan yang kini menjadi Global Strategy Officer Starbucks yang
baru.
Rencana Starbucks membuka ratusan kedai baru
di Asia Tenggara itu muncul karena kawasan ini memang telah menjadi tujuan
banyak perusahaan Barat. Pertumbuhan ekonomi Filipina sekarang juga berada di
atas ekspektasi para pengamat. Faktanya, pada 2012, tingkat pertumbuhan produk
domestik bruto (PDB) Filipina mencapai 6,6%, melampau ekspektasi pemerintah
yang hanya 5-6%. Pada 2013, ada beragam ekspektasi dari para analis. S&P's
memproyeksikan pertumbuhan GDP Filipina sekitar 5,9%, adapun Fitch’s lebih
konservatif sebesar 5,5%.
Adapun di Indonesia, meskipun membuka peluang
investasi asing, pemerintah juga mempertimbangkan kemampuan usaha kecil lokal
menghadapi persaingan global. Karena itu, Starbucks juga berupaya menyesuaikan
dengan regulasi yang ada di Indonesia.
Di pasar Asia lainnya, seperti di Jepang,
Starbucks terus berinovasi dengan produk-produk yang sesuai dengan lidah lokal.
Salah satunya, Starbucks Jepang merilis menu baru yakni Tiramisu Frappuccino.
Menu baru ini dianggap lebih sesuai dengan selera konsumen setia Starbucks di
negara tersebut.
Di China, Starbucks melihat dengan jeli
populasi perkotaan yang akan tumbuh hingga lebih dari 390 juta jiwa dalam dua
dekade pertama abad ini. Jumlah ini jelas menjadi pasar menggiurkan bagi
perusahaan manapun yang menargetkan kalangan menengah di sebuah negara yang
banyak tinggal di perkotaan. Jumlah warga perkotaan China itu bahkan melebihi
populasi saat ini di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia digabungkan.
Pada abad lalu, China meningkatkan dua kali
lipat PDB per kapita hanya dalam 12 tahun. Adapun India masih tertinggal,
karena melakukannya dalam 16 tahun. Populasi di Asia pun menjadi semakin lekat
dengan perkotaan. Di berbagai kota, terjadi pertumbuhan konsumen.
Kondisi ini juga menciptakan pengaruh budaya
dan simbol-simbol yang dipilih warga perkotaan. Mereka lebih mempertimbangkan
status yang muncul saat mengonsumsi produk tertentu. Misalnya, minum kopi di
Shanghai, China saat ini semakin populer. Gejala inilah yang dimanfaatkan
Starbucks untuk memperluas pasar di China. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar