Awalnya, Samsung Electronics hanya menguasai
10% pasar telepon seluler di Korea Selatan (Korsel). Saat itu Motorola
menguasai 60% pasar Korsel. Namun dengan strategi jitu, Samsung bangkit sebagai
penguasa pasar smartphone, tidak
hanya Korsel tapi di dunia.
April ini pun menjadi bulan yang
menggembirakan bagi Samsung Electronics. Pasalnya, produsen smartphone asal Korea Selatan (Korsel)
bulan ini mengumumkan perkiraan laba hingga USD7,7 miliar, naik 52,9% dari
kuartal pertama 2012.
Para penggemar smartphone juga ikut tersenyum karena Samsung pada Jumat (11/4)
meluncurkan telepon pintar terbesar yang pernah ada di dunia. Smartphone yang disebut Galaxy Mega itu
dilengkapi layar 6,3 inchi atau 16 cm. Samsung menyebut ukuran sebesar itu
ideal untuk menonton video atau menjalankan dua aplikasi secara berdampingan.
Perusahaan itu sebelumnya berhasil
mempopulerkan kategori yang disebut “phablet” yakni telepon yang mendekati
dimensi tablet. Phablet itu sukses dengan keluarnya Galaxy Note pada 2011 yang
memiliki layar 5,3 inchi. Sejak peluncurannya, phablet itu semakin populer,
melebihi perkiraan banyak pengamat. Namun analis menilai seri terbaru Samsung
mungkin menjadi langkah yang terlalu jauh.
Analis teknologi Chris Green mengatakan bahwa
sebagian besar pengguna smartphone mungkin enggan mengganti miliknya dengan
yang lebih besar. “Ada permintaan untuk smartphone yang lebih besar. Masalahnya
ialah apa untungnya smartphone berubah jadi tablet. Tapi tanpa melihat
fungsinya sebagai telepon, semua peralatan smart itu terlihat sangat
fenomenal,” ujarnya.
Samsung merupakan pembuat smartphone paling populer pada 2012, mencakup 30,3% dari total
pengiriman produk telepon pintar di dunia. Adapun Apple yang produk terbesarnya
hanya memiliki layar selebar 4 inchi, saat ini berada di peringkat kedua dengan
menguasai 19,1% pasar global.
“Perusahaan Korsel itu juga memperkirakan
menjual 25 juta smartphones tiap
bulan pada 2013. Itu artinya, penjualan tiap kuartal mencapai lebih dari 70
juta unit,” papar firma riset pasar Counterpoint Research.
Perjalanan
Panjang
Semua keberhasilan itu tentu tidak tercapai semudah
membalik telapak tangan. Ada proses yang panjang dan penuh tantangan hingga
Samsung begitu diperhitungkan di dunia saat ini. Samsung Electronics merupakan
bagian dari Samsung Group yang didirikan Lee Byung-chull pada 1938 sebagai
perusahaan perdagangan. Tiga dekade kemudian, grup itu melakukan diversifikasi
ke berbagai bidang, termasuk pembuatan makanan, tekstil, asuransi, sekuritas,
dan ritel.
Perusahaan itu memasuki industri elektronik
pada 1969 dengan mendirikan Samsung Electric Industries. Grup itu juga memasuki
industri konstruksi dan pembuatan kapal pada pertengahan 1970-an. Berbagai
pengembangan itu mendorong pertumbuhan perusahaan itu selanjutnya.
Setelah Lee meninggal dunia pada 1987, Samsung
dipisah menjadi empat grup bisnis yakni Samsung Group, Shinsegae Group, CJ
Group dan Hansol Group. Pada 1960-an, Samsung Group memasuki industri
elektronik dan membentuk sejumlah divisi terkait elektronik antara lain Samsung
Electronics Devices Co., Samsung Electro-Mechanics Co., Samsung Corning Co.,
dan Samsung Semiconductor & Telecommunications Co., serta membuat pabriknya
di Suwon, Korsel. Produk pertamanya ialah televisi hitam putih, kalkulator,
lemari pendingin, mesin cuci, pengatur suhu udara (air conditioners).
Tantangan
dan Strategi
Samsung Electric Industries lantas merjer
dengan Samsung Semiconductor & Communications untuk membentuk Samsung
Electronics. Samsung Electronics meluncurkan produk pertama berupa telepon
seluler pada 1988 di pasar Korsel. Penjualan awalnya sangat buruk dan masih
kalah dengan Motorola yang menguasai 60% pasar Korsel. Pada 1990-an, Samsung
hanya menguasai 10% pasar telepon seluler.
Tidak hanya harus mengalahkan Motorola, produk
Samsung harus memperbaiki kualitas produk yang kurang diminati pasar pada
pertengahan 1990-an. Masalah ini kerap menjadi bahan diskusi dalam perusahaan
itu.
Salah satu hasil diskusi itu ialah Samsung
Electronics pada 1980-an menyadari pentingnya riset dan pengembangan (research
and development/R&D). Mereka lantas berinvestasi besar-besaran di bidang
itu untuk menjadikan perusahaan tersebut menjadi yang terdepan dalam industri
elektronik global. Samsung Electronics lantas mengakuisisi 40% saham AST
Research, perusahaan pembuat komputer pribadi asal Amerika Serikat (AS). Untuk
akuisisi itu, Samsung harus mengucurkan dana hingga USD378 juta pada Februari
1995. Akuisisi ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan riset dan pengembangan
Samsung.
Keseriusan untuk riset dan pengembangan ini
juga diwujudkan dengan membangun 24 pusat R&D di penjuru dunia. Menurut
data dari Booz & Co dalam laporan bertajuk the 2012 Global Innovation
1.000, belanja riset dan pengembangan Samsung pada tahun lalu mencapai USD9
miliar. Jumlah tersebut mengalahkan Apple yang hanya USD2,4 miliar. Besarnya
dana riset Samsung itu sama dengan yang dikucurkan Microsoft.
Dari semua pusat riset itulah, Samsung menciptakan
produk-produk yang terdepan dan diminati konsumen dunia. Wajar jika kemudian
perusahaan itu berhasil menawarkan smartphone yang sulit ditolak konsumen.
Strategi lain yang dilakukan Samsung ialah
dengan menjadi sponsor berbagai event olahraga. Puncaknya, Samsung Electronics
menjadi sponsor resmi Olimpiade Musim Dingin 1998 di Nagano, Jepang.
Samsung juga berupaya fokus pada bisnis inti.
Karena itu, mereka menjual divisi peralatan listrik ke Fairchild Semiconductor
Corporation senilai USD455 juta pada Desember 1998.
Strategi ekspansi juga dilakukan Samsung.
Perusahaan itu membangun pabrik di Portugal pada 1982. Ekspansi ini terus
digenjot dengan membangun pabrik di New York, Amerika Serikat (AS) pada 1984;
sebuah pabrik di Tokyo, Jepang pada 1985; di Inggris pada 1987; dan di Austin
pada 1996. Samsung tidak main-main dalam berinvestasi di Austin, Texas, AS.
Perusahaan itu bahkan menginvestasikan lebih
dari USD13 miliar di Austin pada 2012. Besarnya investasi itu menjadikan Austin
menjadikan Samsung sebagai investor asing terbesar di Texas dan salah satu
investor asing tunggal terbesar di AS. Fasilitas di Austin itu beroperasi
dengan nama Samsung Austin Semiconductor LLC.
Buah
Sukses
Berbagai strategi dan ekspansi besar-besaran
yang dilakukan Samsung sejak 1980-an itu menjadikan perusahaan itu semakin
mendunia. Samsung Electronics pun mulai meraih buah kesuksesan strategi mereka
pada 2000. Sejak 2000 hingga 2003, Samsung mencatatkan laba lebih tinggi 5% per
tahun. Ini merupakan awal kebangkitan Samsung karena saat itu 16 dari 30
perusahaan besar di Korsel harus mengurangi produksi akibat krisis.
Prestasi Samsung semaking mencengangkan. Pada
2005, Samsung Electronics berhasil mengalahkan pesaing utamanya asal Jepang,
Sony. Untuk pertama kali, Samsung menjadi brand paling populer dan terbesar
ke-20 di dunia. Samsung Electronics pun meraih gelar sebagai perusahaan
teknologi investasi dengan pendapatan terbesar di dunia pada 2009 sebesar
USD117,4 miliar. Jumlah tersebut mengalahkan Hewlett-Packard saat itu.
Dengan kemajuan pesat itu, kini perusahaan itu
memiliki pabrik perakitan dan jaringan penjualan di 61 negara dengan karyawan
mencapai 221.000 orang. Samsung Electronics menjadi pembuat telepon seluler
terbesar di dunia berdasarkan unit penjualan pada 2011. Perusahaan ini
merupakan pembuat chip semikonduktor terbesar kedua di dunia berdasarkan
pendapatannya pada 2011, setelah Intel Corporation.
Tidak hanya itu, Samsung menjadi pembuat
televisi terbesar di dunia sejak 2006 dan pembuat panel LCD terbesar di dunia
selama delapan tahun berurutan. Samsung menjadi penguasa utama pasar chip
memori dan menjadi vendor terbesar smartphone sejak 2011. Samsung juga
memperkuat posisinya di pasar komputer tablet dengan meluncurkan Samsung Galaxy
Tab berteknologi Android.
Pada kuartal pertama 2012, Samsung menjadi
perusahaan penjual telepon seluler terbesar dunia, mengalahkan Nokia. Samsung
berhasil menjual 93,5 juta unit, sedangakn Nokia hanya 82,7 juta unit. Samsung
menjadi vendor smartphone terbesar dunia dengan kuatnya penjualan Galaxy SII
dan Galaxy Note.
Wajar jika saat ini Samsung memiliki pengaruh
kuat dalam pembangunan ekonomi, politik, media, dan budaya Korsel. Perusahaan
itu pun dianggap sebagai kekuatan penggerak utama di balik “Keajaiban Sungai
Han.” Tentu saja, karena ekspor seluruh grup perusahaan itu mencakup seperlima
total eksport Korsel. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar