Cari di Sini

Minggu, 03 Juni 2012

SULITNYA MENGAKHIRI KONFLIK SURIAH: Oposisi Tak Punya Kata Sepakat

Kekerasan di Suriah akan menjadi yang terlama dalam gelombang Kebangkitan Arab yang menggulingkan rezim Mesir, Tunisia, dan Libya.

Selama militer masih setia terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad,selama itu pula rezim akan bertahan, apa pun yang terjadi. Apalagi pendukung setia Assad tidak hanya dari kalangan militer.Ada banyak pendukung Assad dan Partai Baath yang berkuasa saat ini. Pendukung Assad tidak hanya darikomunitas minoritas Alawite Syiah, Kristiani, dan Druze, tapi juga kelompok borjuis Suriah dan kelas menengah.

“Saya kira ini akan menjadi perang yang sangat mengerikan dan berdarah sebelum dapat dihentikan. Apalagi, menteri luar negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton menyebut krisis itu mengerikan dan Presiden AS Barack Obama menganggapnya sangat mengerikan, tapi tetap saja perang terus terjadi,” papar Robert Fisk, koresponden The IndependentuntukTimur Tengah.

Saat ini pertempuran antara kelompok oposisi bersenjata dan tentara rezim terus terjadi, meskipun ada kesepakatan damai yang dimediasi Kofi Annan, utusan Liga Arab dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah.

Pertempuran itu tidak berlangsung imbang karena pemberontak kurang memiliki dukungan persenjataan dan tidak bersatu.Pemberontak masih kalah dengan kekuatan pasukan rezim Assad yang bersenjata lengkap,terkoordinasi, dan solid. Maka, tampaknya mustahil bagi pemberontak berhasil menggulingkan Assad yang memiliki militer kuat. “Saya sudah ke perbatasan dan mencoba bertemu pemberontak Tentara Suriah Bebas (FSA). Saya telah melihat tiga atau empat faksi berbeda,” tutur Fisk. Oposisi Suriah sangat terpecah belah dan tidak dapat dilihat sebagai satu faksi tunggal.

Hal itulah yang membuat banyak pemimpin dunia, termasuk Obama, yang mengatakan bahwa mereka tidak tahu siapakah oposisi Suriah itu. Karena tidak diketahui dengan pasti kekuatan tunggal oposisi,maka Barat tetap sulit memberikan dukungan pada oposisi.Apalagi, sangat mungkinbahwa berbagai kelompok oposisi itu termasuk anggota Al Qaeda dan mereka mungkin terlibat dalam pembantaian di Houla, Suriah, yang menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak dan perempuan.

Meski saat ini sejumlah negara-negara Teluk yang Sunni telah mempersenjatai pemberontak Suriah, langkah itu belum cukup.Yang dibutuhkan untuk menggulingkan rezim Assad adalah pasukan tank dan anti-pesawat serta personie militer yang cakap. inilah tidak dimiliki pemberontak bersenjata saat ini dan dalam waktu dekat. “Militer Suriah tetap setia pada Presiden Assad. Dan sepanjang itu terjadi, selama itu pula Damaskus tetap menjadi pusat kota. Bashar al-Assad tidak akan terguling, meski Obama atau pemimpin negara lain menginginkannya,” ungkap Risk.

Diplomasi Gagal

Dalam setahun terakhir rezim Assad menunjukkan dapat mengelola negara itu meski diterpa krisis,kemerosotan ekonomi, dan status paria.Bantuan dari Iran membuat Suriah tetap bertahan menghadapi berbagai tekanan internasional. Dan sepanjang rezim itu mampu membuat militer dan aparat keamanan senang,Assad mungkin akan tetap selamat untuk beberapa tahun ke depan. “Diplomasi telah gagal. Enam poin rencana damai Annan tidak dapat berhasil karena tidak diakui rezim dan oposisi Suriah.

Rencana Annan hanya mampu menjauhkan Rusia dari Assad, tapi ini tidak akan mudah,” papar Aaron David Miller, pengamat dari Woodrow Wilson International Center for Scholars . Selain itu, Rusia telah menyaksikan bekas-bekas aliansinya telah berguguran seperti pin-pin dalam permainan bola boling.Semua yang berada dalam tekanan AS, seperti Saddam Hussein dan Muammar Khadafi, telah tumbang. Rusia tentu tidak ingin Suriah mengikuti nasib seperti Libya. Kini Washington juga mendesak Rusia untuk menekan Iran dalam isu nuklir.

Upaya Arab dan Barat untuk mempersenjatai pemberontak Suriah juga mendapat tentangan dari Rusia. Sikap Rusia ini diikuti China. Moskow dan Beijing juga telah mengeluarkan dua kali veto untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (DK PBB) yang menyerukan langkah lebih keras terhadap Suriah.

Suriah Bukan Libya

Upaya Barat dan Arab untuk menggulingkan rezim Suriah tidak akan semudah mereka meruntuhkan Libya.Karena, Suriah bukan Libya. Suriah memiliki sistem pertahanan udara yang canggih dan cadangan senjata kimia dan biologis. Bahkan serangan udara dan rudal-rudal kendali yang dilakukan militer asing tidak akan cukup untuk menggulingkan rezim Assad. Pasukan asing yang menyerbu melalui darat juga akan diperlukan setelah itu.

“Jika Obama menganggap bahwa menggulingkan Assad merupakan kepentingan nasional utama AS, dia harus menyusun satu strategi untuk melakukannya.Menurut saya, Suriah tidak termasuk, sehingga tidak cukup untuk membenarkan intervensi militer sepihak seperti yang dilakukan AS di Afghanistan dan Irak,” ungkap Miller,dikutip CNN. Apalagi ketika AS yang memimpin intervensi militer di Suriah,Washington pun harus bertanggung jawab untuk perbaikannya.

Hal ini a k a n menguras banyak energi, sumber daya, dan dana bagi pemerintahan Obama yang sedang menghadapi pemilu presiden dan ancaman krisis ekonomi di Uni Eropa. Menteri Pertahanan AS Leon Panetta juga menegaskan bahwa setiap intervensi militer di Suriah memerlukan dukungan dari PBB. Itu artinya, mempersenjatai oposisi Suriah hanya akan dilakukan dengan dukungan internasional dan tergantung pada PBB untuk langkah praktis dan efektifnya.

Saat ditanya apakah ada skenario AS untuk mengambil langkah militer tanpa persetujuan PBB, Panetta menjawab dengan tegas, “Tidak, saya tidak dapat membayangkannya.” Menurut Panetta, saat ini Pentagon sedang melakukan rencana kontingensi di Suriah dan membiarkan pintu tetap terbuka bagi kemungkinan intervensi militer di masa depan. Namun, dia tetap menegaskan bahwa sikap Pemerintah AS adalah melakukannya hanya mendapat dukungan internasional. “Komunitas internasional dan presiden AS sedang dalam proses memutuskan apa langkah-langkah yang akan kami ambil,”tuturnya.

Tekanan terhadap pemerintahan Obama untuk mempertimbangkan langkah-langkah militer terus menguat setelah tragedi di Houla.Washington memang telah mendesak Assad mundur, tapi upaya ini hanya fokus pada tekanan diplomatik dan sanksi terhadap rezim Suriah. Namun, Rusia tetap menghalangi berbagai sanksi ekonomi yang akan diterapkan DK PBB terhadap Damaskus. Sejauh ini, AS hanya bersedia memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan non-senjata lain pada pemberontak.Namun, Washington menolak desakan untuk intervensi militer dengan alasan menghindari terlibat dalam perang sipil yang lebih besar. ● syarifudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar