Cari di Sini

Rabu, 29 Agustus 2012

Israel Dianggap Tak Bersalah

TEL AVIV – Pengadilan Israel menetapkan bahwa rezim Israel tidak bersalah atas kematian aktivis Amerika Serikat (AS) Rachel Corrie yang tewas di Jalur Gaza akibat ditabrak buldoser militer Israel pada 2003.

Keluarga Corrie telah mengajukan tuntutan atas kelalaian Kementerian Pertahanan Israel dalam insiden tersebut. Namun, keputusan hakim dalam pengadilan di Israel berbeda dari harapan keluarga korban. “Kematian Corrie merupakan kecelakaan yang disesalkan dan negara (Israel) tidak bertanggung jawab atas itu,” ungkap keputusan hakim Oded Gershon di pengadilan Kota Haifa,dikutip BBC.

Gershon menganggap Corrie melindungi teroris dalam zona pertempuran. Menurut Gershon, pengemudi buldoser tidak melihat Corrie dan para tentara hanya melaksanakan tugas mereka untuk menjauhkan orang-orang dari lokasi tersebut.“ Dia (Corrie) tidak menjauhkan dirinya sendiri dari lokasi itu, seperti yang dilakukan semua orang,”tuturnya. Hakim memutuskan bahwa rezim Israel tidak perlu membayar ganti rugi apa pun.

Namun, keluarga Corrie diminta membayar USD1 secara simbolis untuk kerusakan dan biaya pengadilan. Keluarga Corrie menuduh Israel secara sengaja dan melanggar hukum membunuh putri mereka dan gagal melaksanakan investigasi penuh yang kredibel. Investigasi militer Israel dilakukan pada 2003 dan menyimpulkan bahwa tentaranya tidak bersalah atas kematian Corrie.

Cindy dan Craig Corrie menuju Israel dari AS untuk mendengar keputusan pengadilan bersama sekelompok temanteman dan para aktivis.Setelah putusan hakim itu, ibunda Corrie mengatakan pada konferensi pers bahwa mereka ingin melihat tanggung jawab Israel.“Kami sangat menyesalkan yang kami dengar hari ini,” tegasnya.

“Sejak awal sudah jelas bagi kami bahwa proses investigasi, pelaksanaan investigasi, investigasi polisi militer, dan ini menegaskan pada kami hari ini bahwa seluruh sistem pengadilan di Israel, termasuk sistem untuk melindungi militer Israel,tentara yang melaksanakan aksinya dalam militer itu, memberikan mereka kekebalan hukum atas semua akibat pada warga sipil yang terkena dampak atas apa yang mereka lakukan,”papar Ibu Corrie.

Dia yakin bahwa sedikitnya satu orang yang mengendarai buldoser itu melihat putri mereka dan kematian Rachel seharusnya dapat dihindari. “Saya yakin ini satu hari buruk, tidak hanya bagi keluarga kami,tapi juga hari buruk bagi hak asasi manusia, bagi kemanusiaan, bagi supremasi hukum, dan juga bagi negara Israel,”tuturnya.

Pengacara keluarga Corrie menyatakan mereka akan mengajukan banding atas putusan pengadilan itu ke Mahkamah Agung (MA) Israel. Corrie merupakan aktivis perdamaian sejak sebelum dia tiba di Jalur Gaza pada 2002. Dia kerap menggelar berbagai kegiatan perdamaian di kota kediamannya di Washington dan menjadi sukarelawan untuk Gerakan Solidaritas Internasional pro-Palestina (ISM).

Pada 2003 Corrie berada di Kota Rafah di selatan Jalur Gaza sebagai bagian dari kelompok demonstran ISM. Mereka membentuk rantai manusia untuk mencoba menghentikan militer Israel yang menghancurkan rumah-rumah rakyat Palestina dan membersihkan lahan di sekitar Rafah. Militer Israel berargumen wilayah itu digunakan oleh para militan dan demonstran seharusnya tidak berada di zona militer yang tertutup.

Investigasi militer menemukan bahwa Corrie tidak terlihat dan dia tewas akibat puing yang menimpanya. Namun, para pendukung Corrie menegaskan bahwa mustahil jika pengemudi buldoser itu tidak melihatnya. Foto-foto yang diambil saat Corrie tewas menunjukkan dia mengenakan jaket berwarna jingga yang mencolok, membawa satu megafon dan menghalangi jalur buldoser militer Israel.

Satu kumpulan tulisan Corrie yang diberi judul My Name Is Rachel Corrie menunjukkan bahwa dia telah berkeliling ke penjuru dunia,termasuk Israel dan wilayah Palestina. Sebuah kapal bantuan yang dicegat militer Israel pada 2010 saat berupaya menembus blokade Gaza pun dinamakan Corrie setelah aktivis itu meninggal dunia. H

ingga saat ini rezim Zionis masih melakukan blokade di Jalur Gaza. Blokade ini menutup seluruh akses kebutuhan pokok rakyat Palestina. Blokade itu mengakibatkan krisis pangan, listrik, dan bahan bangunan. syarifudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar