KAIRO– Perdamaian antara demonstran dan polisi antihuru-hara berhasil meredam kekerasan yang menewaskan 39 orang dalam lima hari terakhir. Suasana di Kairo kemarin tenang untuk pertama kalinya, setelah diwarnai bentrok berdarah selama berhari-hari.
Perdamaian disepakati sejak dini hari kemarin.Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) menyesalkan korban tewas dalam kekerasan tersebut. “Kami menyesalkan meninggalnya para martir dari putra-putra yang setia pada Mesir,” papar pernyataan SCAF kemarin,dikutip BBC. Dewan Militer berjanji mengusut pihak yang bertanggung jawab atas tewasnya para demonstran.
“Hati kita berdarah atas apa yang terjadi.Kami berharap krisis ini akan berakhir. Dengan izin Tuhan,ini tidak akan terulang lagi,” papar Mayor Jenderal Muhammad al- Assar,salah satu anggota SCAF. Suasana tenang tampak di jalanan Kairo kemarin.“Sejak dini hari atau pukul 1.00 tidak terjadi bentrok lagi. Kami tetap bertahan di sini untuk memastikan tidak ada seorang pun yang masuk dalam lingkaran penjagaan,” ujar Mohamed Mustafa, 50, kepada Reuters.
Dia bersama demonstran lainnya berada di sebuah jalan menuju gedung Kementerian Dalam Negeri Mesir. Mereka menjaga barikade dari pagar besi yang sudah rusak, gardu telepon yang tergeletak di sampingnya, dan bagian dari tiang lampu jalan. Di ujung jalan berserakan pecahan kaca,serpihan beton jalan, dan sampah. Sedikitnya dua personel militer memblokade jalan tersebut.
Mustafa menjelaskan, polisi berada di garis depan, dan di belakang mereka tentara. Demonstran di Lapangan Tahrir juga membentuk barikade untuk menutup akses menuju Jalan Mohamed Mahmoud, lokasi bentrok paling sering. “Kami telah membentuk ruang yang memisahkan dari polisi.Kami berjaga di sini untuk memastikan tidak seorang pun yang melanggar kesepakatan damai,” ujar Mahmoud Adly, 42, yang ikut membentuk blokade manusia empat lapis.
Suasana di daerah garis depan dekat gedung Kementerian Dalam Negeri sangat tenang. Gedung tersebut merupakan simbol polisi keamanan era Mubarak yang dibenci demonstran. “Kami ingin menghentikan bentrok ini, orangorang mati,” ujar demonstran Osama Abu Seree,30. Sementara itu, sekitar 40 juta pemilih akan memberikan suaranya dalam pemilu parlemen pertama di Mesir, sejak tergulingnya Hosni Mubarak pada Februari silam.
Pemilik hak suara akan memilih 498 anggota Majelis Rakyat, majelis rendah parlemen. Sebanyak 10 anggota majelis rendah akan dipilih langsung oleh kepala negara, Marsekal Hussein Tantawi. Sepertiga anggota parlemen akan dipilih berdasarkan kandidat individual, sedangkan dua pertiga anggota dipilih berdasarkan sistem proporsional tertutup.
Sebanyak 27 provinsi di Mesir akan dibagi menjadi tiga putaran pemungutan suara, yang masing-masing putaran berselang satu pekan. Pemungutan suara akan dimulai pada Senin depan (28/11) di Provinsi Kairo,Alexandria, Fayum,Luxor,Pelabuhan Said, Damietta, Kafr el-Sheikh, dan Laut Merah. Untuk provinsi itu, pemungutan suara berakhir pada 5 Desember. Putaran kedua akan digelar mulai 14 Desember di Giza,Beni Sueif, Menufia, Sharqiya, Beheira, Suez, Ismailiya,Sohag dan Aswan, hingga 21 Desember.
Putaran ketiga dan terakhir akan digelar pada 3 Januari hingga 10 Januari di Minya, Qaliubiya, Gharbia, Daqahliya, Sinai Utara, Sinai Selatan,New Valley,Matrouh,dan Qena. Hasil akhir pemilu parlemen akan diumumkan pada 13 Januari.Pemilih akan kembali memberikan suaranya pada 29 Januari untuk memilih Dewan Syura,majelis tinggi parlemen yang memiliki peran konsultatif utama.
Gerakan Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin/ IM) yang dilarang di era rezim Mubarak, kini mengajukan para kandidatnya melalui Partai Kebebasan dan Keadilan. IM merupakan gerakan politik paling terorganisir di Mesir dan diperkirakan mendapatkan banyak kursi di parlemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar