WASHINGTON- Amerika Serikat (AS) mengakui bahwa Pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden tidak bersenjataan saat komando AS menembak mati. AS juga menjelaskan, pemerintah Pakistan tidak diberitahu tentang operasi itu karena khawatir Pakistan menyembunyikan Osama.
Pernyataan terbuka dari kepala CIA Leon Panetta kian memperparah ketidakpercayaan antara AS dan Pakistan.
“Sudah diputuskan bahwa semua upaya bekerja asma dengan Pakistan dapat merusak misi ini. Mareka mungkin memperingatkan target,” papar Panetta pada majalah Time.
Para pejabat AS juga memperdebatkan tentang perlunya merilis foto jasad Osama untuk mencegah munculnya teori konspirasi tentang kematian pemimpin Al Qaeda. Tapi di sisi lain, mereka mengkhawatirkan jika foto-foto yang dirilis justru menyulut kemarahan di sebagian negara-negara berpenduduk Muslim.
Gedung Putih memang telah menjelaskan sebagian kejadian dramatis selama penyerbuan pasukan AS ke kompleks rumah Osama. Serangan itu pun direspon dengan berbagai pendapat, antara yang mendukung dan mengecamnya.
Setelah perburuan panjang terhadap Osama, dia ditemukan di kompleks rumah berkeamanan ketat di Abbottabad, tempat akademi militer elit West Point dan Sandhurst, yang hanya dua jam mengemudi dari ibu kota Pakistan, Islamabad.
Hingga kini para pejabat AS tidak dapat menjelaskan mengapa Osama ditembak mati dan tidak ditangkap, padahal pemimpin Al Qaeda itu tidak bersenjata. Muncul dugaan bahwa serangan AS yang dilakukan tim elit Navy SEAL itu memang dengan perintah membunuh Osama.
“Di ruangan bersama Osama, seorang perempuan—istri Osama—mendorong pasukan AS dan perempuan itu ditembak di kaki, tapi tidak terbunuh. Osama kemudian ditembak dan dibunuh. Dia tidak bersenjata,” papar juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Saat seorang wartawan menekankan, “Dia tidak bersenjata.”
Carney menjawab, “Tapi di sana banyak orang lain yang bersenjata di kompleks itu. Di sana terjadi baku tembak.”
“Tapi tidak di ruang itu,” kata wartawan itu balik menekan Carney. Carney yang terpojok pun menambahkan, “Di sana rawan terjadi baku tembak. Kami akan membawa Anda ke departemen pertahanan untuk detail lebih banyak tentang itu.”
Terkait keluarga Osama, dua keluarga lainnya tinggal di kompleks di Abbottabad tersebut, satu di lantai pertama kediaman utama tempat Osama berada dan lainnya di gedung kedua. “Dari 22 orang di ruang tersebut, 17 orang dari mereka bukan orang yang ikut baku tembak,” ujar Carney.
Pasukan SEAL dibagi menjadi dua: satu tim memasuki rumah Osama di lantai pertama dan bergerak naik ke lantai ketiga tempat Osama berada. Sedangkan tim lain membersihkan gedung kedua.
“Di lantai pertama gedung yang ditinggali Osama, dua kurir Al Qaeda dan seorang perempuan tewas dalam baku tembak,” kata Carney. “Sedangkan Osama dan keluarganya ditemukan di lantai kedua dan ketiga. Ada kekhawatiran Osama akan melawan operasi penangkapan.” Orang kelima yang tewas dalam penyerbuan itu diyakini merupakan salah satu putra Osama.
Setelah baku tembak, orang-orang yang tinggal di kompleks tersebut, termasuk anak-anak, dipindahkan ke sebuah lokasi aman, saat satu tim AS meledakkan sebuah helikopter yang rusak sebelum meninggalkan kompleks itu menuju kapal USS Carl Vinson di Laut Arab Utara.
Carney menjelaskan, Osama mendapatkan perlakuan tata cara Islam sebelum jasadnya dibuang ke laut pada Senin (2/5). “Di atas USS Carl Vinson, pemakaman Obama dilakukan sesuai cara Islam. Jasadnya dimandikan dan dibungkus kain putih. Jasadnya dimasukkan tas berbeban; seorang petugas militer membacakan pernyataan relijius yang diterjemahkan ke bahasa Arab oleh seorang yang fasih berbahasa Arab,” paparnya.
“Setelah semua prosesi selesai, jasadnya ditempatkan di papan datar yang telah disiapkan, direbahkan dan jasadnya ditenggelamkan ke dalam laut,” ujar Carney.
Para ulama mengecam tindakan AS membuang jasad Osama ke laut karena itu bukan cara pemakaman menurut ajaran Islam. Karena menurut para ulama, Islam mengajarkan pemakaman seorang Muslim dikuburkan, bukan dibuang ke laut.
Pejabat AS mengatakan, tes DNA telah membuktikan bahwa pria yang tertembak di bagian atas matanya itu benar-benar Osama. Tapi pejabat AS mengaku masih mempertimbangkan apakah perlu merilis sebuah foto sebagai bukti.
“Jujur dikatakan bahwa ini merupakan sebuah foto yang mengerikan. Ini dapat menyulut hasutan. Kami menelaah situasi,” kata Carney. “Ada kekhawatiran bahwa Osama akan melawan operasi penangkapan dan tentu saja dia melawan.”
Gedung Putih menyatakan menerima tiga album foto-foto Osama di momen-momen terakhir pada Selasa (3/5). Album pertama, dianggap yang paling dapat dikenali, menunjukkan jasadnya di sebuah gantungan setelah dia dibawa kembali ke Afghanistan. Album itu memuat sebuah foto wajahnya yang jelas, tapi mengerikan karena luka kepala Osama yang terbuka di sepanjang kedua matanya. “Foto itu sangat berlumuran darah,” papar Gedung Putih.
Album kedua, foto-foto itu diambil sebelum jasad Osama dimasukkan kain kafan hingga dibuang ke laut dari atas kapal USS Carl Vinson. Album ketiga, berisi foto-foto penyerbuan yang menunjukkan dua pria yang tewas, seorang putra Osama yang tewas dan beberapa pemandangan di kompleks rumah tersebut.
Sementara itu, salah seorang putri kandung Osama menyaksikan ayahnya ditembak pasukan AS. Dia merupakan satu dari 10 kerabat Osama yang ditahan untuk menunggu interogasi.
“Putri Osama yang berusia antara 12 atau 13 tahun itu merupakan satu dari beberapa orang yang mengonfirmasi bahwa Osama dibunuh pasukan komando AS dalam penyerbuan itu,” papar seorang pejabat intelijen Pakistan pada kantor berita Reuters.
Menurut pejabat intelijen itu, istri dan anak-anak Osama ditinggalkan setelah sebuah helikopter AS, kemungkinan MH-60 Sea Hawk, ditinggalkan karena masalah mekanik. “Tidak cukup ruang untuk orang-orang itu di helikopter lainnya yang membawa jasad Osama, tahanan pria lainnya, dan pasukan komando AS,” ujarnya.
Setelah Osama tewas, orang nomor dua di Al Qaeda Ayman al-Zawahiri dianggap banyak pengamat akan menjadi orang nomor satu di gerakan tersebut. “Siapa pun yang menggantikan Osama sebagai pemimpin Al Qaeda, dia akan menjadi musuh nomor satu di daftar kami,” papar Panetta.
Sementara itu, mantan Presiden AS George W. Bush menolak undangan untuk bergabung Presiden AS Barack Obama dalam acara peringatan di Ground Zero. Serangan 11 September terjadi di saat pemerintahan Bush. Ground Zero merupakan bekas puing gedung kembar World Trade Center di New York yang hancur akibat serangan yang didalangi Al Qaeda.
“Presiden Bush tidak akan menghadiri acara pada Kamis (5/5). Dia mengapresiasi undangan itu, tapi memilih agar di era setelah pemerintahannya tetap jauh dari sorotan. Dia terus merayakan kemenangan penting dalam perang melawan teror ini dengan seluruh rakyat Amerika,” papar juru bicara Bush.
Gedung Putih menyatakan, Obama akan menemui para keluarga korban serangan 11 September.
Sementara itu, menanggapi berita pembunuhan Osama oleh pasukan AS, meski pemimpin Al Qaeda itu tidak bersenjata, sebagian pihak mengecamnya. “Ini jelas melanggar hukum internasional. Operasi itu dapat memiliki konsekuensi di dunia Arab terakit semua kerusuhan saat ini,” papar mantan Kanselor Jerman Barat Helmut Schmidt.
Pengacara HAM di London, Geoffrey Robertson menegaskan, “Pembunuhan itu mungkin merupakan pembunuhan berdarah dingin yang dapat menjadikan Obama sebagai martir. Ini bukan keadilan. Ini melawan maknanya. Keadilan berarti membawa seseorang ke pengadilan, menemukan kesalahan mereka berdasarkan bukti dan menghukum mereka.” (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar