GAZA- Lebih dari 120 serangan udara Israel di
Jalur Gaza menewaskan 11 warga Palestina dan melukai 115 orang lainnya. Pejuang
Palestina membalas dengan menembakkan 130 roket ke Israel.
Serangan roket dari Jalur Gaza menewaskan tiga
warga Israel, kemarin siang, beberapa saat setelah tiga pejuang Palestina tewas
akibat serangan udara rezim Zionis. Israel mengancam melancarkan serangan lebih
luas setelah membunuh komandan Hamas di Gaza Ahmed Jaabari. Pesawat-pesawat
Israel terus membombardir Gaza saat rezim Zionis itu hendak menggelar pemilihan
umum (pemilu) Januari mendatang.
Di Gaza, petugas medis Palestina menyatakan
tiga pejuang Hamas tewas dalam serangan Israel kemarin pagi di dekat kota Khan
Yunis. Jumlah warga Palestina yang tewas sejak Jaabari tewas, sebanyak 11
orang. “Sebelas orang meninggal dan 115 orang terluka,” katanya, dikutip AFP.
Korban tewas termasuk lima pejuang Hamas, dua
anak-anak, satu perempuan, dan seorang pria lanjut usia. Identitas dua orang
korban tewas lainnya belum diketahui.
Kematian Jaabari menyulut kemarahan pejuang
Gaza. Sayap militer Hamas memperingatkan bahwa dengan pembunuhan itu pemimpin
Israel telah membuka gerbang neraka mereka sendiri. “Serangan itu merupakan
deklarasi perang,” tegas juru bicara Hamas.
Serangan roket kemarin di Kiryat Malachi
diklaim oleh kelompok Jaabari, Brigade Izzudin al-Qassam. Mereka juga mengklaim
menembakkan rudal Fajr 5 buatan Iran di Tel Aviv. Namun tidak ada konfirmasi
dari Israel mengenai klaim tersebut.
“Setelah tewasnya Ahmed Jaabari, Israel
melancarkan lebih dari 100 serangan udara di Gaza. Pejuang Gaza membalas dengan
meluncurkan lebih dari 130 roket ke Israel hingga menewaskan tiga warga
Israel,” kata juru bicara polisi Israel Luba Samri, dikutip AFP.
Menurut Samri, empat warga Israel terluka
akibat serangan roket yang menghantam sebuah rumah di kota Kiryat Malachi yang
terletak 30 kilometer utara Jalur Gaza. Sedikitnya 130 roket ditembakkan
pejuang Gaza sejak Israel membunuh Jaabari dalam sebuah serangan ke sebuah
mobil di Kota Gaza pada Rabu (14/11) siang.
“Seluruh kota-kota besar di Israel selatan
diserang dan mayoritas mengalami kerusakan serius di Beersheva. Polisi
menaikkan level siaga di penjuru Israel untuk menghadapi kemungkinan serangan
lain,” papar juru bicara polisi Israel Micky Rosenfeld.
Rosenfeld menjelaskan, sekolah dalam radius 40
kilometer dari Gaza telah diliburkan dan warga Israel yang tinggal dalam radius
tujuh kilometer dari Gaza dihimbau agar tidak keluar rumah untuk bekerja. “Ini
situasi yang sangat serius,” ungkapnya.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu
terus menebar ancaman. “Jika diperlukan, kami telah menyiapkan untuk memperluas
operasi,” katanya pada Rabu (14/11) malam, beberapa jam setelah dimulainya
operasi yang disebut “Pilar Pertahanan.”
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak
menyatakan operasi militer itu untuk memperkuat daya tangkis Israel, merusak
kemampuan pejuang Palestina dalam menembakkan roket, dan melenyapkan serangan
ke Israel.
Akibat agresi rezim Zionis itu, Mesir langsung
menarik duta besarnya di Israel pada Rabu (14/11). Mesir merupakan negara Arab
pertama yang menandatangani traktat perdamaian dengan Israel pada 1979.
Sekretaris Jenderal (sekjen) Organisasi
Konferensi Islam (OKI) Profesor Ekmeleddin Ihsanoglu mengecam keras agresi
brutal yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Dia menganggap kekejaman Israel itu
melanggar norma internasional, konvensi, dan hukum internasional, serta
mengancam stabilitas dan keamanan regional.
“Sekjen OKI mengecam Israel atas semua
konsekuensi selanjutnya dan eskalasi akibat agresi dan kejahatan perangnya yang
dilancarkan terhadap rakyat Palestina. Sekjen OKI menyeru komunitas
internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meminta tanggung jawab
Israel dan melakukan intervensi segera untuk menghentikan agresi militer Israel
terhadap rakyat Palestina serta mendesak Israel menghormati Hukum
Internasional,” ungkap pernyataan OKI.
Di New York, Dewan Keamanan PBB segera
menggelar rapat darurat 90 menit untuk membahas eskalasi kekerasan di Gaza. Negara-negara
Arab mendorong PBB mengeluarkan kecaman keras, namun Amerika Serikat (AS)
mendukung hak Israel membela diri dalam menghadapi serangan roket Palestina.
Presiden AS Barack Obama berbicara dengan
Netanyahu dan Presiden Mesir Mohamed Mursi untuk membahas eskalasi di Gaza.
“Presiden menegaskan pada PM Netanyahu tentang dukungan AS untuk hak Israel
membela diri dari serangan roket yang diluncurkan dari Gaza terhadap warga
sipil Israel. Presiden mendesak PM Netanyahu mengupayakan segala langkahnya
agar menghindari korban sipil,” papar pernyataan Gedung Putih.
Sekretaris Jenderal (sekjen) PBB Ban Ki-moon
juga menelpon Mursi dan Netanyahu. Ban mendesak Netanyahu agar tidak
memprovokasi siklus baru pertumpahan darah di Jalur GAza.
Inggris mendesak kedua pihak menahan diri.
Adapun Rusia menyatakan sangat mengkhawatirkan situasi yang terjadi. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar