Cari di Sini

Jumat, 20 Juni 2014

Israel Bombardir Gaza




GAZA- Lebih dari 120 serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan 11 warga Palestina dan melukai 115 orang lainnya. Pejuang Palestina membalas dengan menembakkan 130 roket ke Israel.
Serangan roket dari Jalur Gaza menewaskan tiga warga Israel, kemarin siang, beberapa saat setelah tiga pejuang Palestina tewas akibat serangan udara rezim Zionis. Israel mengancam melancarkan serangan lebih luas setelah membunuh komandan Hamas di Gaza Ahmed Jaabari. Pesawat-pesawat Israel terus membombardir Gaza saat rezim Zionis itu hendak menggelar pemilihan umum (pemilu) Januari mendatang.

Di Gaza, petugas medis Palestina menyatakan tiga pejuang Hamas tewas dalam serangan Israel kemarin pagi di dekat kota Khan Yunis. Jumlah warga Palestina yang tewas sejak Jaabari tewas, sebanyak 11 orang. “Sebelas orang meninggal dan 115 orang terluka,” katanya, dikutip AFP.

Korban tewas termasuk lima pejuang Hamas, dua anak-anak, satu perempuan, dan seorang pria lanjut usia. Identitas dua orang korban tewas lainnya belum diketahui. 

Kematian Jaabari menyulut kemarahan pejuang Gaza. Sayap militer Hamas memperingatkan bahwa dengan pembunuhan itu pemimpin Israel telah membuka gerbang neraka mereka sendiri. “Serangan itu merupakan deklarasi perang,” tegas juru bicara Hamas.

Serangan roket kemarin di Kiryat Malachi diklaim oleh kelompok Jaabari, Brigade Izzudin al-Qassam. Mereka juga mengklaim menembakkan rudal Fajr 5 buatan Iran di Tel Aviv. Namun tidak ada konfirmasi dari Israel mengenai klaim tersebut.

“Setelah tewasnya Ahmed Jaabari, Israel melancarkan lebih dari 100 serangan udara di Gaza. Pejuang Gaza membalas dengan meluncurkan lebih dari 130 roket ke Israel hingga menewaskan tiga warga Israel,” kata juru bicara polisi Israel Luba Samri, dikutip AFP.

Menurut Samri, empat warga Israel terluka akibat serangan roket yang menghantam sebuah rumah di kota Kiryat Malachi yang terletak 30 kilometer utara Jalur Gaza. Sedikitnya 130 roket ditembakkan pejuang Gaza sejak Israel membunuh Jaabari dalam sebuah serangan ke sebuah mobil di Kota Gaza pada Rabu (14/11) siang.

“Seluruh kota-kota besar di Israel selatan diserang dan mayoritas mengalami kerusakan serius di Beersheva. Polisi menaikkan level siaga di penjuru Israel untuk menghadapi kemungkinan serangan lain,” papar juru bicara polisi Israel Micky Rosenfeld.

Rosenfeld menjelaskan, sekolah dalam radius 40 kilometer dari Gaza telah diliburkan dan warga Israel yang tinggal dalam radius tujuh kilometer dari Gaza dihimbau agar tidak keluar rumah untuk bekerja. “Ini situasi yang sangat serius,” ungkapnya.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terus menebar ancaman. “Jika diperlukan, kami telah menyiapkan untuk memperluas operasi,” katanya pada Rabu (14/11) malam, beberapa jam setelah dimulainya operasi yang disebut “Pilar Pertahanan.”

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menyatakan operasi militer itu untuk memperkuat daya tangkis Israel, merusak kemampuan pejuang Palestina dalam menembakkan roket, dan melenyapkan serangan ke Israel.

Akibat agresi rezim Zionis itu, Mesir langsung menarik duta besarnya di Israel pada Rabu (14/11). Mesir merupakan negara Arab pertama yang menandatangani traktat perdamaian dengan Israel pada 1979.

Sekretaris Jenderal (sekjen) Organisasi Konferensi Islam (OKI) Profesor Ekmeleddin Ihsanoglu mengecam keras agresi brutal yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Dia menganggap kekejaman Israel itu melanggar norma internasional, konvensi, dan hukum internasional, serta mengancam stabilitas dan keamanan regional.

“Sekjen OKI mengecam Israel atas semua konsekuensi selanjutnya dan eskalasi akibat agresi dan kejahatan perangnya yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina. Sekjen OKI menyeru komunitas internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meminta tanggung jawab Israel dan melakukan intervensi segera untuk menghentikan agresi militer Israel terhadap rakyat Palestina serta mendesak Israel menghormati Hukum Internasional,” ungkap pernyataan OKI.

Di New York, Dewan Keamanan PBB segera menggelar rapat darurat 90 menit untuk membahas eskalasi kekerasan di Gaza. Negara-negara Arab mendorong PBB mengeluarkan kecaman keras, namun Amerika Serikat (AS) mendukung hak Israel membela diri dalam menghadapi serangan roket Palestina.

Presiden AS Barack Obama berbicara dengan Netanyahu dan Presiden Mesir Mohamed Mursi untuk membahas eskalasi di Gaza. “Presiden menegaskan pada PM Netanyahu tentang dukungan AS untuk hak Israel membela diri dari serangan roket yang diluncurkan dari Gaza terhadap warga sipil Israel. Presiden mendesak PM Netanyahu mengupayakan segala langkahnya agar menghindari korban sipil,” papar pernyataan Gedung Putih.

Sekretaris Jenderal (sekjen) PBB Ban Ki-moon juga menelpon Mursi dan Netanyahu. Ban mendesak Netanyahu agar tidak memprovokasi siklus baru pertumpahan darah di Jalur GAza.

Inggris mendesak kedua pihak menahan diri. Adapun Rusia menyatakan sangat mengkhawatirkan situasi yang terjadi. (syarifudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar