TOKYO- Polisi Jepang menyelidiki kecelakaan
runtuhnya terowongan Sasago akhir pekan lalu dengan menggerebek perusahaan
jalan raya Central Nippon Expressway (NEXCO), kemarin.
Perusahaan itu diduga mengabaikan standar
keamanan infrastruktur tua di Jepang. Penggerebekan dilakukan saat sejumlah tim
pengawas disebar ke penjuru negeri untuk memeriksa puluhan terowongan tua yang
memiliki desain sama dengan terowongan Sasago. Terowongan-terowongan tua itu
dibangun pada 1970-an saat boom ekonomi di Jepang.
Tayangan televisi menunjukkan lebih dari
sepuluh polisi memasuki kantor pusat NEXCO di Nagoya, Jepang tengah, mencari
dokumen perawatan dan keamanan di perusahaan itu.
“Para karyawan NEXCO akan diperiksa terkait
dugaan melakukan kelalaian profesional yang berakibat tewas dan terlukanya
beberapa orang. Meski demikian polisi tidak menahan seorang pun,” ungkap
laporan media lokal, dikutip AFP.
“Polisi juga menggerebek kantor-kantor NEXCO
di Tokyo dan wilayah timur Yamanashi, terkait kecelakaan di terowongan Sasago
yang melintasi perbukitan dekat Gunung Fuji,” kata juru bicara NEXCO. “Kami
bekerja sama penuh dengan otoritas terkait kecelakaan itu.”
Secara terpisah, para petugas melakukan
investigasi lapangan di terowongan Sasago yang berada 80 kilometer barat Tokyo.
Tayangan televisi menunjukkan kendaraan polisi dan truk derek masuk ke dalam
terowongan.
“Anggota komisi investigasi kecelakaan
pemerintah Jepang juga akan mengunjungi terowongan sepanjang lima kilometer itu
untuk memulai penyelidikan,” tutur pejabat pemerintah Jepang.
Lusa lalu, pemerintah Jepang memerintahkan
inspeksi 49 terowongan jalan raya saat fokus penyelidikan di Sasago ditujukan
pada penopang langit-langit terowongan yang sudah lapuk.
NEXCO menjelaskan inspeksi keamanan dilakukan
secara visual dan survei akustik, dengan para pekerja mengamati retakan dan
ketidaknormalan di beton dan struktur logam.
Otoritas Jepang mengatakan selama pemeriksaan
lima tahunan terhadap langit-langit terowongan pada September, hanya dilakukan
pemeriksaan visual dan tidak dilakukan survei akustik pada struktur logam yang
menopang langit-langit terowongan. Setiap struktur logam itu masing-masing
memiliki berat hingga 1,5 ton.
Saat terowongan Sasago runtuh, terdapat sebuah
truk, satu mobil, dan satu mobil angkutan yang terkubur ketika panel beton
roboh di dalam terowongan. Kecelakaan itu mengakibatkan sedikitnya satu mobil
terbakar dan seluruh terowongan penuh dengan asap serta debu.
Petugas darurat berhasil menemukan sembilan
jasad korban yang sudah terbakar. Jasad itu termasuk jenasah seorang sopir truk
yang sempat menelpon temannya untuk minta tolong beberapa saat setelah
kecelakaan.
NEXCO menyatakan pihaknya masih tidak tahu
kapan dapat membuka lagi terowongan Sasago di jalan raya Chuo tersebut. Padahal
terowongan itu termasuk jalur utama yang dilintasi 47.000 kendaraan sehari.
Akibat robohnya terowongan Sasago, lalu lintas
dialihkan ke jalur alternatif, kemarin. Tampak kepadatan lalu lintas di jalur
alternatif tersebut. Kecelakaan itu juga mempengaruhi aliran barang antara
Tokyo dan bagian barat Jepang.
“Jaringan lalu lintas di Jepang memiliki lebih
dari 1.500 terowongan. Seperempat terowongan tiu berusia lebih dari 30 tahun,”
papar Kementerian Transportasi Jepang, dikutip AFP.
Negara itu juga sering diguncang gempa bumi.
Meskipun standar keamanan diperketat dalam 20 tahun terakhir, struktur-struktur
tua tetap rentan terhadap gerakan seismik.
Booming ekonomi Jepang pada 1960-an dan
1970-an mendorong pemerintah saat itu membangun ribuan jembatan, terowongan,
dan proyek infrastruktur sipil lainnya. Meskipun kini lebih lambat,
proyek-proyek besar masih terus dibangun.
Masami Taguchi, profesor sosiologi perkotaan
di Universitas Rissho, Tokyo, mengatakan negaranya memerlukan perubahan pola
pikir dari perluasan infrastruktur menjadi perawatan infrastruktur. “Tentu saja
itu termasuk tindakan pencegahan terhadap kasus serupa di berbagai terowongan.
Khususnya kualitas struktur bangunan pada 1960-an harus diperiksa karena Jepang
berada di puncak pembangunan pasca perang. Selama periode itu, kuantitas
diprioritasnya tanpa merisaukan kualitas,” katanya. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar