Cari di Sini

Senin, 06 September 2010

Kenalkan Kungfu Shaolin ke Penjuru Dunia




Shi Yongxin berperan besar mengenalkan Biara Shaolin ke penjuru dunia. Sebagai Kepala Biara Shaolin yang dikukuhkan sejak 1999, dia telah membuat biara yang berdiri sejak tahun 495 Sebelum Masehi itu mengeruk banyak pundi-pundi uang.

Biksu itulah yang mendorong berbagai pentas kungfu Shaolin ke penjuru dunia. Shi membuat kungfu dan berbagai penjualan cindera mata khas Shaolin itu mendatangkan keuntungan jutaan dolar.

Karena sepak terjangnya yang sangat aktif, banyak pihak memuji dan ada juga yang mencurigainya. Tapi dia tetap yakin bahwa apa yang dilakukannya hanyalah untuk membuat dunia lebih mengenal Biara Shaolin dan ajaran Zen Buddha.

“Saya bukan seorang pengusaha, saya tidak memiliki saham-saham,” ujar Shi yang mengenakan jubah warna kuning sambil duduk di salah satu ruangan yang ada di dalam Biara Shaolin.

Shi menegaskan bahwa Biara Shaolin telah menjadi keluarga besarnya. “Di sini ada orang-orang tua, ada para pemuda, ini layaknya keluarga besar,” paparnya dengan tenang.

Besarnya keuntungan yang diciptakannya dengan membuka Biara Shaolin untuk kunjungan wisawatan memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Tahun lalu saja, 1,6 juta orang bersedia membayar 100 yuan (Rp142 ribu) untuk masuk ke Provinsi Henan demi menyaksikan pertunjukan kungfu selama setengah jam. Wisatawan harus membayar lagi sebesar 20 yuan (Rp28 ribu) untuk berfoto dengan para biksu Shaolin.

Dari tarif masuk dan foto bersama, diperkirakan Biara Shaolin meraih pemasukan USD28,8 juta (Rp273,6 miliar). Pemasukan itu belum termasuk dari berbagai produksi film berlatar Biara Shaolin, dan penjualan berbagai cendera mata seperti kaos, topi, gantungan kunci, yang dibeli para wisatawan.

Shi tetap yakin bahwa langkahnya membuka Biara Shaolin untuk para wisawatan itu bukanlah demi ambisi bisnis. “Para pengikut Zen atau pengunjung memiliki kebutuhan, dan kami harus memuaskan serta melayani mereka sebaik yang kami mampu, termasuk menyediakan berbagai produk terkait biara ini,” papar Shi.

Kepala Biara Shaolin itu menjelaskan, saat Revolusi Budaya di China pada 1966-1976, banyak biara yang dihancurkan pemerintah. Namun beberapa dekade terakhir, China mengijinkan perkembangan berbagai agama dan keyakinan, termasuk Buddha.

Karena itu, Shi memanfaatkan kelonggaran ini untuk mengenalkan Biara Shaolin yang masih bertahan, ke penjuru dunia. Dia juga mendorong perbaikan, rekonstruksi, dan pengembangan berbagai struktur bangunan Biara Shaolin.

Seiring bertambahnya minat publik, Shi mengijinkan berdirinya berbagai sekolah kungfu di sekitar Biara Shaolin dan di berbagai penjuru China. Tercatat, ada lebih 80 sekolah kungfu dan 60.000 orang yang mencoba gaya hidup seperti biksu petarung.

Di tahun baru 2010 ini, Shi tetap mendorong pertukaran budaya itu. Namun, kini dia lebih berhati-hati dalam menanggapi cibiran miring tentang berbagai langkah yang telah dilakukannya.

Dia menegaskan bahwa Biara Shaolin tidak akan pernah dijadikan perusahaan baru dengan saham-saham yang dijual ke publik. “Berbagai fungsi inti biara ialah untuk menjalankan aktivitas relijius demi memenuhi kebutuhan para pengikutnya,” tutur Shi di Provinsi Henan pekan ini.

“Kepentingan dan hak asasi Biara Shaolin tetap dilindungi hukum. Itu tidak akan dipengaruhi oleh pembentukan perusahaan pariwisata baru,” tegas Shi.

Pernyataan Shi itu muncul demi menanggapi langkah pemerintah kota Dengfeng dan perusahaan subsidi pemerintah China National Travel Service (HK) Group Corp yang meluncurkan perseroan terbatas menggunakan nama Shaolin.

Perusahaan baru itu konon akan mengelola penjualan tiket dan bus-bus pariwisata yang menuju ke Biara Shaolin. Perusahaan itu pula yang akan mengelola perjalanan wisata Biara Shaolin dari Hong Kong atau berbagai wilayah lain di China.

Sebagai pemimpin Biara Shaolin, Shi masih menjalankan rutinitas sebagai biksu. Pada dini hari sebelum matahari terbit, Shi telah menyalakan sebuah lilin dan memimpin 200 biksu Zen Budha melakukan doa pagi hari. Setelah itu, pria berusia 45 tahun itu menyantap sarapan pagi sederhana yang terbuat dari sayuran dan roti, dengan semangkuk bubur buncis.

Tapi ada rutinitas lain yang unik. Saat para biksu muda lain sedang melakukan meditasi dengan tenang, Shi meraih laptop, menggunakan telepon seluler dan mengendarai sebuah mobil SUV mengkilat untuk menghadiri berbagai pertemuan bisnis.

Rutinitas unik Shi itulah yang akhirnya membuat biara berusia 1.500 tahun itu terkenal di penjuru dunia. Salah satu pentas kungfu Shaolin yang paling sukses pernah digelar di West End, London, dan dia pun sempat bertemu tokoh Afrika Selatan Nelson Mandela.

Dia juga menjadi penasehat dalam berbagai film yang dibuat Jackie Chan. “Kami bertindak sebagai konsultan untuk memberi nasehat pada tim pembuat film,” kata Shi. (syarifudin, sindo 3 januari 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar