Cari di Sini

Senin, 06 September 2010

Ciptakan Steker Lipat yang Ramping dan Aman




Semuanya berawal dari satu benda yang sering membuat frustrasi setiap hari, steker listrik model tiga kaki di Eropa.

Tapi, Min-Kyu Choi berhasil memenangkan penghargaan desain paling bergengsi di dunia, Brit Insurance Designs of the Year Award 2010, justru karena mendesain steker lipat. Penghargaan itu dianugerahkan pada Rabu malam (17/3).

Desain steker lipat milik Choi dianggap telah mengakhiri 64 tahun bentuk steker lama yang besar, tidak praktis, dan berat. Padahal, menurut Choi, perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan peralatan elektronik (gadget) yang ramping. Berbagai peralatan elektronik yang berbentuk ramping, selama ini tetap terpaksa menggunakan bentuk steker lama yang berukuran besar.

Karena itu, temuan Choi merupakan revolusi besar yang telah ditunggu publik Eropa selama lebih dari enam dekade. Para pengguna laptop atau gadget terkecil di dunia, dapat tersenyum lega. Mereka dapat lebih mudah bepergian membawa gadget mereka tanpa harus direpotkan dengan bentuk steker listrik yang besar.

“Steker lipat ini cukup ramping hingga dapat dimasukkan dalam amplop,” papar Choi.

Kreativitas Choi untuk menciptakan steker lipat, telah dilirik beberapa perusahaan besar untuk diproduksi dalam skala luas. Choi belum mau menjelaskan perusahaan mana saja yang telah menawari untuk membeli hak patennya.

Tentu saja, perusahaan mana pun yang akan menggunakan desainnya, harus membayar royalti pada Choi. Dapat dibayangkan, Choi akan segera menjadi miliarder dari desain steker lipatnya.

Sejak penemuan steker pada 1946, menurut Choi, orang-orang tidak lagi memikirkan betapa benda tersebut cukup merepotkan banyak orang, terutama di Inggris atau negara-negara Eropa yang menggunakan model steker dengan tiga kaki di semua peralatan elektronik.

“Saat steker model lama itu menciptakan goresan pada laptop baru (Macbook) saya, saya memutuskan jangan sampai hal itu terulang lagi. Saya sangat kesal saat steker model lama itu menggores laptop saya. Saya pun mencoba merancang desain steker yang ramping sebagai alternatif,” papar Choi yang lulus dari sekolah desain tahun lalu.

Mahasiswa asal Bayswater, London Barat, itu menjelaskan, “Saya pikir, satu ide yang bagus untuk menciptakan steker yang dapat dilipat dan berbentuk datar, sehingga kaki-kaki steker itu tidak menciptakan kerusakan apa pun pada benda lain. Selain itu, steker itu pun harus ramping, sama rampingnya dengan laptop itu.”

Jika steker model standar memiliki ketebalan 4,5 centimeter, steker desain Choi memiliki ketebalan hanya 1 centimeter saat dilipat. Saat dipakai, steker itu dapat dimegarkan dua sayap pelindung di kanan dan kiri, lantas dua kaki di bagian bawah, dapat diputar tegak lurus dengan satu kaki di atasnya. Jika mau disimpan, steker itu dapat dilipat lagi hingga bentuknya kembali menjadi ramping, setebal 1 centimeter.

Karya desain yang sederhana namun luar biasa itu, berhasil mengalahkan para pesaing lain yang ikut dalam kompetisi desain dunia tersebut. Choi mampu mengalahkan 90 karya desain dari peserta lain di penjuru dunia. Bahkan, Choi berhasil mengalahkan kandidat kuat, desainer fashion tersohor Alexander McQueen yang menampilkan koleksi terakhirnya, dalam perebutan penghargaan bergensi itu.

Banyak pihak memuji karya mahasiswa Royal College of Art, London, itu. “Desain karya Choi dapat menciptakan perbedaan besar dalam kehidupan semua orang,” papar ketua tim juri Antony Gormley. Selain Gormley, tim juri terdiri atas desainer Tom Dixon, editor majalah Wired David Rowan dan tokoh penyiaran Janet Street-Porter.

Menurut Gormley, temuan Choi sama seperti karya Percy Shaw yang menciptakan “Mata Kucing” untuk jalanan. Dengan temuan “Mata Kucing” itulah Shaw menjadi multi jutawan. Mata Kucing merupakan bagian dari rambu-rambu jalan yang dapat menyala saat terkena sorotan lampu mobil. Mata Kucing ditempatkan di jalanan atau pinggir jalan sehingga pengendara dapat mengemudi lebih aman karena mengetahui batas atau bahu jalan.

“Temuan Choi hebat, dapat bekerja, terlihat bagus, dan saya yakin, temuan itu akan membuatnya menjadi pria yang kaya raya jika dipasarkan dengan tepat,” papar Deyan Sudjic, direktur Design Museum yang mengorganisir penghargaan tersebut.

Choi mulai tertarik dengan dunia desain sejak dia sering mengamati berbagai peralatan yang digunakannya sendiri. Dia kemudian merasa cocok untuk terjun lebih serius mendalami ilmu tentang desain terapan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Mahasiswa berkaca mata itu mengaku sangat senang jika karya desainnya dapat memudahkan kehidupan orang lain. Dia tidak ingin jika desainnya hanya menjadi barang pajangan, tanpa dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

Choi memilih belajar di Royal College of Art karena di sana banyak mengkaji berbagai desain terapan yang dapat diproduksi secara massal. Itu artinya, jika karya desainnya sangat fungsional dan marketable, Choi memiliki peluang besar untuk meraup pundi-pundi kekayaan dari desain yang dipatenkannya. (syarifudin, sindo 19 maret 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar