We will not go down/In the night, without a fight/You can burn up our mosques and our homes and our schools/But our spirit will never die/We will not go down/In Gaza tonight.
Semua orang di penjuru dunia tentu pernah mendengar petikan lirik lagu itu tatkala melihat klip video agresi Israel di Jalur Gaza. Itulah lagu berjudul "We will not go down" yang diciptakan dan dirilis Michael Heart pada awal Januari 2009.
Hingga kemarin, lebih dari 250.000 orang telah mengunduh MP3 lagu tersebut, lebih dari 700.000 melihatnya di YouTube, dan lebih dari 10.000 email, komentar, serta pesan diterima Michael secara langsung dari penjuru dunia.
“Saya telah mendapatkan banyak respon hangat dan bersahabat atas lagu saya untuk Gaza. Saya sangat senang dengan dukungan Anda. Saya hanya ingin memberikan yang terbaik,” ujar Michael di situsnya yang telah dikunjungi ratusan ribu orang.
Musisi berambut cepak itu sebenarnya ingin menjual MP3 lagu "We will not go down" dan mendonasikannya untuk amal. “Namun karena ada banyak masalah teknis, saya memutuskan untuk membuat lagu itu bisa diunduh secara gratis. Saya hanya meminta agar setelah mengunduh lagu itu, Anda dapat menyumbang langsung pada lembaga amal bagi rakyat Palestina,” tuturnya.
Secara khusus, Michael merekomdasikan para donatur untuk menyumbangkan ke Badan Pekerja dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Jaringan internet membuat lagunya semakin cepat menyebar ke penjuru dunia, sejak dirilis awal Januari silam. Lagu itu juga mengiringi lebih dari 100 video klip, yang di buat dalam berbagai bahasa oleh berbagai pihak, termasuk televisi dan perorangan. Ribuan website juga telah mengupload klip video dan lirik lagu tersebut.
Michael mengaku sangat tersentuh dengan kondisi warga Gaza akibat agresi Israel yang menewaskan lebih dari 1.300 warga Palestina dan melukai 5.500 orang. Apalagi, di tengah kesulitas pangan dan listrik di Gaza, Michael mendapatkan banyak email dari warga Gaza yang merasa memiliki semangat baru tatkala mendengarkan lagu "We will not go down."
Akibat lagu itu pula, penulis lagu yang tinggal di Los Angeles itu mendapatkan banyak permintaan wawancara berbagai media di penjuru dunia. Padahal sebelumnya, dia sebagai musisi, belum banyak dikenal kalangan media. Lagu itu tentu saja meningkatkan popularitas gitaris yang baru meluncurkan album perdananya "Unsolicited Material" pada Maret 2008.
Michael sebenarnya memiliki nama asli “Annas Allaf”. Nama Michael Heart digunakan sebagai nama populer di atas panggung.
Dia merupakan seorang produser dan pemilik studio musik di Los Angeles. Itulah mengapa selama ini Michael tidak terlalu terkenal, karena dia lebih banyak berperan di belakang layar dalam produksi musik. Padahal di studio musiknya, dia banyak sekali membesut karya bersama banyak musisi terkenal.
Michael mengaku tidak suka mengumbar omong kosong, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karya musiknya. Pencipta lagu beraliran Pop/Rock itu pun menggunakan pendekatan yang lugas dalam menulis atau memproduksi lagu.
Jejak karya musikal Michael itu dapat dilacak dari beberapa lagu yang didendangkan sejumlah penyanyi terkenal seperti Don Henley, Bryan Adams dan Daughtry. Ciri khasnya yang lain ialah suara serak-serak basahnya yang khas dan dapat dengan mudah dibedakan dari penyanyi lainnya.
Michael menyukai tema-tema serius. Ini dapat diamati dengan mendengarkan beberapa lagunya, misalnya lagu “Life Goes On” yang mengatakan bahwa berbagai tantangan membuat hidup lebih menarik, lagu “Damaged World” yang bercerita tentang perang, lagu “Finally Free” berkisah tentang kekerasan rumah tangga. Kendati demikian, rasa humor Michael juga muncul dalam beberapa lagu seperti “Wanna Be Bad”.
Sembari memasukkan gaya rock’n roll dalam beberapa lagu, dia tidak meninggalkan tema cinta, seperti dalam karyanya “Lost In You”. Semua itu digabungkan Michael dalam album pertamanya, menjadikannya sebagai sebuah karya kolektif yang apik.
Cita rasa bermusik Michael yang unik itu tidak dapat dilepaskan dari latar belakang kehidupannya yang juga beda dari yang lain. Dia lahir di Suriah dan tumbuh besar dengan menyerap berbagai budaya, mulai dari Eropa (di Swiss serta Austrlia), hingga Timur Tengah dan Amerika Serikat (AS). Karena hidup di lingkungan budaya yang beraneka macam itulah, dia mampu menyerap gairah musik dari berbagai latar yang beragam, meski saat ini albumnya dikategorikan dalam genre Pop/Rock.
Ketertarikannya terjun ke dunia musik diawali sejak usia 10 tahun, saat dia mulai belajar piano dan gitar dengan serius. Di usia remaja, dia telah mencipta lagu dan secara alami mulai menginjakkan kaki ke studio musik serta mengenal segala seluk beluknya.
Setelah mendapatkan gelar sarjana teknik audio dari sekolah rekaman Full Sail, dia pindah ke Los Angeles pada 1990. Dia telah tinggal di Los Angeles selama 18 tahun terakhir. Di kota itulah dia bekerja di studio musik dan bergelut dengan banyak gitaris serta para pakar rekaman.
Di studio musik itu pula dia bekerja sama dengan berbagai artis, seniman, penyanyi, dan musisi ulung seperti Brandy, Will Smith, Toto, Natalie Cole, The Temptations, Phil Collins, Patty LaBelle, The Pointer Sisters, Earth Wind & Fire, Ricky Lee Jones, Lou Rawls, Jesse McCartney, Hillary Duff, Jessica Simpson, Jennifer Paige, Al Jarreau, K-Ci & Jojo, Deborah Cox, Monica, Taylor Dayne, Keiko Matsui, Steve Nieves, Luis Miguel dan Tarkan.
Karena lancar berbahasa Prancis, Michael juga bekerja di studio bersama sejumlah seniman dan musisi asal Prancis seperti Calogero (The Charts), Marc Lavoine dan Veronique Sanson. Beberapa proyek musik digarapnya bersama sejumlah produser seperti Rodney Jerkins, Philippe Saisse dan David Foster.
Michael pernah melakukan beberapa tur sebagai gitaris Flamenco dalam trio gitar bersama Juan Manuel Canizares. Dia juga merekam dan melakukan tur bersama band jazz, Jango. Saat ini dia selalu tampil dalam acara radio live dalam Program Radia Mark & Brian di stasiun radio Los Angeles Rock, 95.5 KLOS. (syarifudin, 31 januari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar