MANAMA (SINDO)- Ribuan warga Bahrain kemarin turun ke jalan untuk mengikuti pemakaman seorang demonstran yang tewas. Bersamaan dengan itu, Raja Hamad memerintahkan pembebasan para tahanan politik, sebagai tawaran baru untuk mengakhiri kebuntuan mengadapi pengunjuk rasa anti pemerintah.
Selama prosesi pemakaman, mereka meneriakkan slogan-slogan anti-rezim di jalanan Manama. Sedangkan demonstran di Lapangan Pearl terus bertahan untuk menggulingkan rezim, meski salah satu permintaan mereka berupa pembebasan para tahanan politik, telah terpenuhi.
Teriakan “Duduki, duduki, hingga rezim jatuh,” terus bergema di penjuru Lapangan Pearl, yang menjadi pusat protes anti rezim sejak 14 Februari. Lapangan itu pun berubah menjadi sebuah kota tenda.
Kubu oposisi Syiah juga menyerukan demonstrasi pada Selasa siang (22/2) di Manama. Ini merupakan pertama kali seruan resmi dari partai politik, sejak protes dimulai pekan lalu sebagai respon dari seruan para aktivis cyber.
“Demonstrasi Selasa (22/2) kami sebut ‘pawai kesetiaan untuk para martir’. Kami perkirakan ini menjadi gerakan terbesar untuk oposisi,” tegas Ibrahim al-Sharif, sekuler Sunni yang memimpin aktivis oposisi.
Protes digelar sehari setelah Raja Hamad bin Isaa al-Khalifa menjawab permintaan penting dari oposisi dengan memerintahkan pembebasan para tahanan politik serta menghentikan proses pengadilan terhadap yang lainnya.
Kubu oposisi Syiah, Islamic National Accord Association (INAA), yang memiliki 18 kursi di parlemen dengan 40 anggota, mendesak pembebasan para tahanan politik sebelum mempertimbangkan seruan untuk dialog. INAA mundur dari parlemen pekan lalu, untuk memprotes tindakan brutal aparat keamanan yang menembakkan senjata tajam pada demonstran hingga tujuh orang tewas dan banyak yang luka-luka.
Demonstran yang dikubur kemarin ialah Redha Mohammed, yang tewas akibat lukanya pada Senin (21/2) akibat ditembak polisi tiga hari sebelumnya.
Unjuk rasa kembali terjadi kemarin, setelah kelompok Sunni pro-pemerintah mengerahkan ribuan orang di sebuah masjid di manama pada Senin malam (21/2) untuk menyatakan kesetiaan pada keluarga kerajaan al-Khalifa. Mereka juga menyeru demonstran anti rezim untuk menjawab undangan Putra Mahkota Salman bin Hamad agar melakukan dialog.
Sementara di Yaman, pendukung Presiden Ali Abdullah Saleh yang bersenjata pisau dan tongkat, bentrok melawan mahasiswa di ibu kota Sanaa, kemarin. Sedikitnya lima orang terluka sebelum polisi akhirnya intervensi.
Sekitar 1.000 mahasiswa menginap di malam kedua di sebuah lapangan yang disebutnya Lapangan Al-Huriya (Kebebasan), dekat Universitas Sanaa. Mereka tetap pada tuntutan agar Saleh yang sudah berkuasa 32 tahun untuk segera mundur.
Jumlah demonstran itu bertambah menjadi 4.000 orang dan saat kelompok itu bergerak mendekati lokasi pendukung Saleh, terjadi penyerangan. “Lima mahasiswa terluka sebelum polisi membubarkan massa,” papar seorang wartawan dan saksi mata.
Ribuan demonstran juga turun di kota Aden untuk mendesak Saleh melepas jabatan. “Pasukan keamanan sempat melepas tembakan peringatan untuk membubarkan massa di Sheikh Osman, Al-Tawahi dan Mualla, tapi tak ada laporan jumlah korban,” kata saksi mata.
Sementara itu, Presiden Sudan Omar al-Bashir menegaskan tidak akan mencalonkan lagi pada pemilu mendatang. Bashir menyatakan, sikap ini bukan akibat tekanan dari gelombang protes yang mengguncang dunia Arab.
“Saya dapat mengonfirmasi, 100%, bahwa Bashir tidak akan maju untuk presiden pada pemilu nanti. Dia akan benar-benar memberi peluang pada tokoh lain untuk berkompetisi memperebutkan posisi itu,” tutur pejabat Partai Kongres Nasional yang berkuasa, Rabie Abdul Ati.
Sedangkan di Irak, pemerintah mengusulkan undang-undang baru yang akan memotong gaji politisi dan pejabat tinggi. Langkah ini ditempuh beberapa hari setelah anggota parlemen mengesahkan pemotongan gaji untuk meredam unjuk rasa.
Langkah pemerintah Irak itu diharapkan dapat menjawab tuntutan pengunjuk rasa di penjuru kota, baik itu oleh Sunni, Syiah, atau Kurdi. Demonstran mengecam korupsi, buruknya pelayanan publik, dan tingginya jumlah pengangguran.
“Kabinet telah memutuskan mengesahkan draf undang-undang tentang gaji dan alokasinya. Ini sudah dikirimkan ke parlemen,” papar juru biacra pemerintah Irak Ali al-Dabbagh.
Sementara di Morokko, lima jasad ditemukan di sebuah bank yang dibakar dalam kerusuhan yang pecah pada akhir pekan silam. Saat itu ribuan orang berdemonstrasi di beberapa kota untuk menuntut perubahan.
“Sebanyak 128 orang, termasuk 115 pasukan keamanan, terluka dalam kekerasan setelah demonstrasi damai pada Minggu (20/2) untuk menuntut reformasi politik,” papar Menteri Dalam Negeri Morokko Taib Cherkaoui.
Menurut Cherkaoui, sebanyak 120 orang ditahan setelah kerusuhan di enam kota. Tapi sebagian kecil dari mereka sudah dibebaskan. (AFP/Rtr/syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar