Cari di Sini

Senin, 26 Maret 2012

Peluncuran Roket Korut Bunyikan Alarm Bahaya di Asia


Korea Utara (Korut) mungkin memiliki bom atom. Tapi mereka tidak memiliki cara yang tepat untuk menempatkan bom nuklir itu di sebuah rudal yang dapat menyerang musuh-musuh yang lokasinya jauh, seperti Amerika Serikat (AS).

Itulah mengapa pengumuman Korut bahwa negaranya akan meluncurkan sebuah satelit dengan roket jarak jauh pada bulan depan, menarik banyak perhatian. Pengumuman itu ibarat membunyikan alarm bahaya di kawasan Asia, terutama bagi Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.

Washington mengatakan, Korut menggunakan peluncuran ini sebagai dalih untuk uji coba sistem rudal untuk persenjataan nuklir yang dapat menjangkau Alaska dan lebih jauh lagi.

Meskipun Korut tidak masuk dalam agenda resmi Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di ibu kota Korsel pekan depan, namun tampaknya rencana peluncuran roket ini menjadi isu utama saat Presiden AS Barack Obama dan pemimpin dunia lainnya hadir di Seoul.

Apalagi Korut telah menghabiskan beberapa dekade untuk menyempurnakan roket jarak jauhnya. Peluncuran roket akan dilakukan sekitar 15 April, bertepatan dengan hari kelahiran pendiri Korut Kim Il Sung. Peluncuran roket ini akan menjadi yang keempat sejak 1998, saat Pyongyang mengirim roket jarak jauh melintasi wilayah Jepang.

Uji coba roket pada 2006 dianggap gagal, tapi Korut berhasil menarik perhatian setelah uji coba peledakan nuklir pertama. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kemudian melarang Korut melakukan semua bentuk uji coba rudal balistik atau nuklir.

Peluncuran roket ketiga Korut dilakukan pada 2009. Peluncuran itu dianggap sukses sebagian, dengan dua dari tiga tahap, mengirim roket hingga di atas Pasifik. “Saat memasuki tahap ketiga, roket itu gagal. Meski demikian, Korut mengklaim berhasil melakukan uji coba roket tersebut dan tidak ada satu satelit pun yang ditempatkan di orbit,” papar pernyataan Komando Pertahanan Antariksa Amerika Utara AS (USNAADC).

Uji coba roket pada 2009 itu dikecam DK PBB. Namun Pyongyang memprotes DK PBB karena mengangGap uji coba teknoogi satelit itu untuk tujuan damai. Negara komunis itu lantas keluar dari negosiasi enam pihak untuk pelucuran nuklir. Beberapa pekan kemudian, Korut melakukan uji coba nuklir kedua.

Korut kembali dituduh berulah pada 2010. Seoul menuduh Pyongyang menewaskan 50 pelaut Korsel setelah Korut menembakkan torpedo ke kapal perang Cheonan milik Korsel. Korut menyangkal tuduhan tersebut.

Para pakar dan pemerintah di negara-negara tetangga kembali khawatir dengan peluncuran roket Korut bulan depan. Media pemerintah Korut melaporkan roket Unha-3 akan membawa sebuah satelit ke orbit. Unha-3 merupakan versi terbaru roket Unha-2 yang digunakan pada uji coba 2009.

Unha-2 mencerminkan pencapaian penting teknologi rudal yang dikuasai Korut. Menurut pakar rudal David Wright dan Theodore Postol, Unha-2 sudah lebih canggih dibandingkan roket-roket yang sebelumnya dimiliki Korut. “Roket itu memiliki panjang 30 meter dan mungkin didesain menggunakan sejumlah komponen rudal Uni Soviet,” papar Wright dan Postol.

Tim Brown, pengamat dari GlobalSecurity.org menjelaskan, lokasi peluncuran roket bulan depan akan dilakukan di pantai barat Korut. Dugaan ini berdasarkan citra satelit GeoEye dan Google Earth. Lokasi Tongchang-ri berjarak 56 kilometer dari kota Dandong, China, sepanjang Sungai Yalu dari Korut.

Posisi peluncuran hanya 70 kilometer dari kompleks nuklir Korut terbesar di Yongbyon, dan memiliki jalan dan fasilitas yang lebih baik. Menurut Wright, dengan posisi peluncuran di sana, roket itu memiliki jalur penerbangan condong ke selatan sehingga akan terbang di atas negara-negara lain.

Roket jenis baru itu diperkirakan memiliki mesin dan pendorong yang lebih baik. “Bahkan mungkin roket ini bisa berhasil membawa sebuah satelit ke antariksa jika membawanya,” tutur Sohn Young-hwan, pakar roket Korsel yang memimpin Institute of Technology and Management Analysis di Seoul.

Korut mungkin telah mengisi tahap ketiga roket dengan lebih banyak bahan bakar sehingga meningkatkan kemampuannya. Perbaikan semacam itu akan membuat roket tersebut memiliki jangkauan lebih jauh. Teknologi itu pun telah digunakan untuk membuat roket balistik jarak jauh.

Pyongyang menjelaskan bahwa peluncuran itu bertujuan untuk berkontribusi terhadap kerja sama dan kepercayaan internasional di bidang riset sains antariksa. “Namun karena rudal balistik dan roket dalam peluncuran satelit memiliki bentuk, mesin, lokasi peluncuran, dan proses pengembangan yang sama, maka negara-negara lain mengaitkannya dengan uji coba rudal,” papar Mark Fitzpatrick, pengamat di International Institute for Strategic Studies.

Setelah setengah abad penelitian, Korut diduga telah memiliki persenjataan nuklir dalam jumlah kecil. Sejauh ini Pyongyang hanya bisa mengirimkan bom nuklir dengan kapal, dengan mobil, atau dengan pesawat terbang, tidak dengan rudal.  

Meski demikian banyak pengamat mengatakan, meskipun Korut memiliki plutonium yang cukup untuk empat hingga delapan bom nuklir sederhana seperti yang dijatuhkan AS di Nagasaki pada 1945, namun Pyongyang tampaknya belum memiliki kemampuan membuat bom nuklir berukuran cukup kecil untuk dipasang di sebuah rudal.

Pembuatan hulu ledak nuklir mini memerlukan lebih banyak uji coba. Pengamat memperingatkan, jika Korut melanggar moratorium uji coba nuklir, maka Pyongyang mungkin akan melakukan uji coba desain hulu ledak mini.

Sejumlah negara dan pakar nuklir khawatir bahwa peluncuran roket bulan depan akan diikuti serangkaian even seperti pada 2009. Apalagi dengan gagalnya diplomasi, uji coba nuklir selanjutnya dan peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea, berada di ambang pintu.

AS telah memperingatkan bahwa peluncuran roket itu akan merusak kesepakatan diplomatik yang dibuat bulan depan. Saat itu AS sepakat mengirimkan bantuan pangan ke Korut dengan imbalan moratorium uji coba nuklir dan rudal, serta penghentian aktivitas di fasilitas nuklir Yongbyon.

Gedung Putih akan mendesak China agar bersedia menekan Korut yang menjadi aliansinya. Presiden AS Barack Obama diperkirakan akan membawa masalah peluncuran roket ini dalam pertemuan dengan Presiden China Hu Jintao dalam konferensi keamanan nuklir di Seoul. Selain itu juga diperkirakan ada pertemuan antara AS dan aliansinya di Asia, Jepang dan Korsel.

Jepang dan Korsel yang merupakan negara tetangga terdekat Korut sudah bersiap-siap dengan menguatkan sistem pertahanannya. Jepang sudah siapkan sistem pertahanan rudal untuk menembak jatuh roket Korut jika mengancam negaranya.

“Saya telah memerintahkan aparat untuk bersiap mengerahkan kapal-kapal perang Aegis dan PAC-3. Kami telah berbicara dengan sejumlah pemerintah lokal terkait tentang pengerahan itu,” papar Menteri Pertahanan Jepang Naoki Tanaka kemarin, dikutip AFP. PAC-3 merupakan rudal dari darat ke udara, sedangkan kapal perang Aegis memiliki kemampuan menghancurkan rudal. 

Pencegat rudal dari darat ke udara akan dikerahkan di gugus pulau Okinawa, Jepang selatan. Semua perintah untuk menembak jatuh roket Korut harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihiko Noda. Pejabat Jepang mengungkapkan, proyektil roket mungkin melintas di atas Okinawa.

Dalam surat yang dikirimkan Korut pada Organisasi Maritim Internasional (IMO), Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pyongyang menjelaskan bahwa bagian pertama roket itu akan jatuh di perairan internasional antara China dan Korsel. Bagian kedua diperkirakan jatuh 190 kilometer timur Filipina bagian utara. Filipina pun meminta bantuan AS untuk memonitor roket tersebut karena ada bagian roket itu yang diperkirakan jatuh di negara kepulauan tersebut.

“Tentu saja kami perlu bantuan AS untuk memonitor jalur roket itu karena kami tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tapi dengan aliansi kami, kami akan memiliki informasi yang diperlukan. Kita harus tahu detailnya sehingga kami tahu bagaimana menginformasikan dan memperingatkan rakyat kami siapa yang akan berada dalam jalur roket,” papar Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin.

Sementara, Korsel hendak membuat kesepakatan baru dengan AS untuk memperpanjang jangkauan rudal balistiknya agar dapat menghadapi ancaman serangan dari Korut. AS dan Korsel segera menyepakati revisi kesepakatan 2001 yang membatasi jangkauan rudal Korsel sejauh 300 kilometer.

“Rudal dengan jangkauan 300 kilometer hanya dapat menjangkau wilayah terdepan Korut sehingga ada keterbatasan kemampuan serangan kami,” kata Presiden Korsel Lee Myung-Bak dalam wawancara dengan harian Dong-A Ilbo.

Dengan adanya berbagai kekhawatiran itu, jelas, peluncuran roket ini seakan menertawakan kesepakatan nuklir AS-Korut. “Anda menggunakan teknologi yang sama di roket jarak jauh dan rudal jarak jauh. Perbedaannya hanya pada apa yang Anda letakkan di ujungnya,” tutur Hecker. (syarifudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar