TOKYO- Operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Co (TEPCO), mulai membayar uang berkabung pada sejumlah korban.
Uang berkabung itu dibayarkan TEPCO pada pemerintah lokal untuk dana evakuasi orang di sekitar PLTN atau orang yang terkena dampak krisis radiasi. TEPCO menghadapi tagihan yang besar untuk mengatasi kerugian akibat reaktor nuklirnya yang bocor. Tapi TEPCO harus terlebih dulu menghitung kerusakan sebelum membayar kompensasi sebenarnya.
“Kami tetap mendiskusikan tentang apa yang akan kami bayar sendiri dan apa yang akan mendapat bantuan dari pemerintah,” kata eksekutif wakil presiden TEPCO Takashi Fujimoto, kemarin, seperti dikutip kantor berita AFP.
TEPCO menawarkan uang berkabung sebesar USD238.000 pada kota-kota dekat reaktor yang penduduknya terpaksa dievakuasi. Pejabat TEPCO menjelaskan, mereka memberikan dana itu pada 10 kota, tapi satu kota menolak menerima uang tersebut.
Gempa bumi dan tsunami mengakibatkan sedikitnya 28.000 orang tewas atau hilang, ribuan warga kehilangan rumah, dan kehancuran di pantai timurlaut Jepang. Bencana alam dengan nilai kerugian terbesar di dunia itu juga mengakibatkan padamnya aliran listrik dan terputusnya rantai pasokan bahan baku. Kondisi ini mengancam pertumbuhan ekonomi Jepang dan operasi perusahaan-perusahaan global, mulai dari pembuat semiconductor hingga pembuat kapal.
Menurut Fujimoto, TEPCP berusaha menghindari terjadinya pemadaman listrik pada musim panas, saat permintaan listrik meningkat untuk menyalakan pengatur udara (AC). Pengamat menjelaskan, padamnya listrik dapat mengakibatkan kerugian ekonomi terbesar bagi Jepang.
Perusahaan otomotif terbesar dunia, Toyota Motor Corp yang memproduksi hampir 1,5 juta mobil dan truk di Amerika Utara tahun lalu, mengaku tidak tahu seberapa banyak dari 13 pabriknya yang akan terpengaruh bencana tersebut.
Sementara itu, para teknisi TEPCO terus berusaha menghentikan kebocoran air terkontaminasi radioaktif. Mereka menggunakan cairan kaca dengan harapan dapat menutup retakan di lubang beton yang bocor. “Kami berupaya menuangkan serbuk kayu, kertas koran, dan campuran beton ke bagian lubang yang menuju saluran-saluran luar reaktor No.1, tapi campurannya tampak tidak masuk ke retakan itu,” kata deputi direktur jenderal Badan Keamanan Industri dan Nuklir Jepang (NISA) Hidehiko Nishiyama.
Mereka tampaknya sudah mulai putus asa. “Kami juga masih tidak tahu bagaimana air yang terkontaminasi radioaktif level tinggi dapat bocor keluar dari Reaktor No.2,” ujar Nishiyama.
Para pekerja berusaha memompa kembali air yang telah didaur ulang di keempat reaktor nuklir yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami bulan lalu. Masalah mereka belum dapat terselesaikan karena mereka harus memompa air dari luar reaktor untuk mencegah terjadinya pemanasah berlebihan dan meleleh.
Selain itu, harus ada air dari dalam reaktor yang dikeluarkan dan disimpan atau dibuang ke laut. Saat ini ada 60.000 ton air terkontaminasi radioaktif level tinggi di PLTN tersebut, setelah pekerja dengan panik menyemprotkan air laut ke reaktor, saat batang bahan bakar nuklir meleleh sebagian setelah tsunami 11 Maret.
TEPCO terpaksa mulai membuang 11.500 ton air terkontaminasi radioaktif level rendah ke laut, setelah kapasitas penyimpanan penuh dengan air terkontaminasi level tinggi. Pembuangan air terkontaminasi itu akan dilakukan hingga Jumat (8/4).
Iodine radioaktif meningkat 4.800 kali lebih besar daripada batas yang diijinkan di laut dekat PLTN. Caesium ditemukan di level di atas batas aman di ikan "kounago" di perairan Ibaraki, selatan Fukushima. Iodine-131 di perairan dekat pintu air reaktor No.2 yang mencapai 7,5 juta kali di atas batas diijinkan pada 2 April. Angka itu turun 5 juta kali di atas batas legal pada Senin (5/4).
Sementara itu, Korea Selatan (Korsel) meminta penjelasan Jepang atas keputusan membuagn air radioaktif ke laut. Kedutaan Besar (kedubes) Korsel di Jepang, kemarin meminta Kementerian Luar Negeri (kemlu) Jepang memberi penjelasan tentang pembuangan air radioaktif ke laut.
“Itu merupakan air terkontaminasi. Jadi, tidak alami bagi siapa pun jika hanya sedikit khawatir? Apalagi kami tidak memiliki data ilmiah, kami mengirim sejumlah pertanyaan untuk mengonfirmasi berbagai fakta,” kata juru bicara Kemlu Korsel Cho Byung-Jae. “Jepang mengatakan pada Korsel bahwa mereka berencana membuang air terkontaminasi itu sedikit demi sedikit selama lima hari ke depan.” (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar