PHANOM DONG RAK- Baku tembak kembali terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja, kemarin, atau memasuki hari kedelapan. Bangkok menyangkal klaim Phnom Penh tentang gencatan senjata terbaru untuk mengakhiri konflik berdarah.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengumumkan bahwa para komandan militer Thailand dan Kamboja kemarin menyepakati gencatan senjata baru, beberapa jam setelah baku tembak kembali terjadi di perbatasan.
“Para komandan militer kedua pihak sepakat menghentikan baku tembak serta menghentikan pergerakan pasukan,” papar Kementerian Pertahanan Kamboja, kemarin, beberapa jam setelah pertempuran kembali pecah.
Komandan garis depan Kamboja menjelaskan, pejabat militer dari kedua negara menggelar pertemuan kedua kemarin, meski Thailand menyatakan tidak dapat mengonfirmasi adanya tawaran baru untuk menyelamatkan gencatan senjata.
“Situasinya tenang. Kami sepakat menghentikan menembaki pihak lain,” papar komandan militer Kamboja Neak Vong, kemarin, setelah menghadiri perundingan dengan pihak Thailand.
Tapi juru bicara militer Thailand Kolonel Preeda Butraj menyangkal adanya gencatan senjata baru kemarin. “Saya telah katakan bahwa Kamboja tak dapat dipercaya. Saya tidak tahu apa pernyataan mereka tapi saya tegaskan bahwa kami tidak mempercayainya. Kami menunggu dan melihat situasinya dari hari ke hari,” tuturnya, seperti dikutip kantor berita AFP. “Thailand siap untuk perundingan gencatan senjata, jika Kamboja bersungguh-sungguh tentang itu.”
Konflik perbatasan ini telah menewaskan 16 orang dan lebih dari 85.000 warga mengungsi. Kedua pihak saling tuduh bahwa pihak lain yang memulai pertempuran kemarin, setelah gencatan senjata disepakati pada Kamis (28/4). “Kurang dari 12 jam setelah kesepakatan, militer Thailand kembali menyerang dan pertempuran berlanjut hingga pagi berikutnya,” papar pernyataan pemerintah Kamboja.
Panglima militer Thailand Jenderal Prayut Chan-O-Cha menyesalkan kembali terjadinya baku tembak kemarin. “Kami hanya membalas dengan senapan, tidak dengan menembakkan artileri,” tuturnya.
“Seorang tentara Thailand tewas dan enam tentara lainnya terluka dalam baku tembak sporadis sepanjang malam,” kata juru bicara militer Thailand Kolonel Prawit Hookaew.
Para komandan Thailand dan Kamboja kembali berunding pada Kamis (28/4) untuk membuka kembali gerbang perbatasan dan menciptakan iklim untuk mengijinkan warga sipil kembali ke rumah-rumahnya.
Kamboja kemarin mengatakan telah meminta Pengadilan Dunia untuk mengklarifikasi penetapan pada 1962 tentang kawasan sekitar candi Preah Vihear, lokasi konflik kedua negara tetangga. “Klarifikasi oleh pengadilan sangat penting untuk menetapkan masalah perbatasan dengan damai antar kedua negara di daerah itu,” paparnya.
Thailand menyatakan telah menyewa penasehat hukum dan akan berjuang dalam kasus perbatasan tersebut.
Baku tembak terbaru terjadi di sekitar dua kompleks candi yang terletak 150 kilometer barat Preah Vihear, meski pertempuran juga terjadi di Preah Vihear pada Selasa (26/4). Tujuh tentara Thailand dan delapan tentara Kamboja tewas sejak konflik pecah pada 22 April. Bangkok mengklaim seorang warga sipil Thailand tewas selama konflik.
Baku tembak memaksa 50.000 warga desa-desa perbatasan di Thailand dan 35.000 orang di Kamboja mengungsi. Mereka belum berani pulang ke desa asalnya karena baku tembak masih mengancam nyawa mereka.
Perbatasan Thailand dan Kamboja hingga saat ini belum sepenuhnya memiliki batas negara yang jelas. Ini karena di perbatasan itu tertanam banyak ranjau dari beberapa dekade perang di Kamboja.
Hubungan kedua tetangga itu memburuk sejak Preah Vihear yang dianggap sebagai simbol kekayaan arsitektur kuno Khmer selain Angkor Wat di Kamboja, diberikan status Warisan Dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Juli 2008.
Pengadilan Dunia pada 1962 menetapkan candi itu milik Kamboja, tapi kedua negara saling mengklaim kepemilikan 4,6 kilometer persegi wilayah sekitar candi. Kedua negara sepakat pada Februari silam untuk mengijinkan pengamat dari Indonesia di daerah dekat Preah Vihear, tapi militer Thailand menyatakan delegasi itu tidak disambut dan mereka belum berada di sana.
Pada Februari, Dewan Keamanan PBB menyerukan kedua negara menahan diri dan menyepakati gencana senjata permanen. Desakan itu diungkapkan pula oleh Indonesia yang menjadi ketua Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Indonesia meminta Thailand dan Kamboja segera mengakhiri kekerasan di perbatasan. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar