Cari di Sini

Rabu, 14 Juli 2010

Janjikan Reformasi dan Kebebasan Pasar




Bentangan waktu mengasah pengalamannya. Karirnya terus melejit hingga akhirnya Bronislaw Komorowski menjadi orang nomor satu di Polandia.

Hasil resmi pemilihan umum presiden (pilpres) Polandia memang belum diumumkan. Tapi dengan 52,63% suara dari 95% suara yang terhitung, kemarin, kemenangan Komorowski tak diragukan lagi. Komorowski akan menjadi presiden Polandia yang baru.

Itulah mimpinya yang terwujud. Lawan utamanya, Jaroslaw Kaczynski, hanya meraih 47,37% suara. Jelas, Kaczynski harus mengaku kalah. Komorowski akan dilantik beberapa hari ke depan.

“Demokrasi telah menang. Demokrasi Polandia kita sendiri telah menang,” ujar Komorowski bangga menyambut kemenangannya.

Keberhasilan Komorowski meraih kursi nomor satu di Polandia merupakan buah dari perjuangan berbulan-bulan setelah tragedi kecelakaan pesawat yang menewaskan Presiden Lech Kaczynski pada April silam. Sebagai ketua parlemen, Komorowski melanjutkan tugas kepresidenan mendiang Lech Kaczynski hingga pilpres Minggu (4/7) silam digelar.

Bagai pucuk dicinta, ulam pun tiba, rakyat Polandia memberikan mandat pada Komorowski untuk menjadi presiden sesungguhnya. Janji reformasi yang diucapkannya selama kampanye, ternyata berhasil merebut hati jutaan pendukungnya.

Kemenangan Komorowski juga menjadi kebahagiaan bagi Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk. Dia merupakan pendukung utama Komorowski yang memiliki pemikiran lebih liberal dan pro-pasar, dibandingkan Kaczynski.

Selama ini, Tusk selalu kesulitan meloloskan kebijakan pemerintahannya karena diganjal hak veto yang dimiliki mendiang Presiden yang konservatif. Keberhasilan Komorowski meraih kursi nomor satu, akan memudahkan Tusk dalam meloloskan berbagai kebijakan yang dulu gagal disetujui.

Meski telah menang, Komorowski mengaku tidak bisa berleha-leha. Ada banyak masalah yang harus segera diselesaikannya, begitu dia resmi dilantik sebagai presiden.

Sesuai konstitusi, jabatan presiden Polandia hanya memiliki sedikit hak prerogatif eksekusit. Satu-satunya kewenangan terkuat presiden ialah hak veto yang hanya dapat dikalahnya dengan tiga per lima suara mayoritas majelis rendah parlemen. Hak veto inilah yang selama ini digunakan Presiden Lech Kaczynski untuk menggagalkan kebijakan pemerintahan Tusk.

Komorowski menegaskan, kemenangannya akan membuat partainya yang berkuasa, Civil Platform tidak hanya mayoritas di parlemen (the Sejm) tapi juga mengontrol istana kepresidenan. Situasi seperti ini belum pernah terjadi dalam politik Polandia setengah dekade silam. Pencapaian ini menjadi prestasi bersejarah yang ditorehkan Komorowski.

Presiden terpilih merupakan sosok yang disenangi para investor. Komorowski selalu dipuji untuk sikapnya yang moderat. Para investor menilai kemenangan Komorowski akan menciptakan kerja sama yang mulus antara parlemen dan presiden untuk menjalankan agenda reformasi ekonomi. Tentu saja, karena parlemen dan presiden kini disetir oleh orang-orang dari satu partai yang sama.

Ayah lima anak itu akan menjadi presiden Polandia keempat yang terpilih melalui pilpres sejak runtuhnya komunisme 1989. Pria kelahiran 10 April 2010 itu telah memiliki segudang pengetahuan di dunia politik Polandia.

Dia pernah menjadi Menteri Pertahanan Nasional Polandia pada 20002005. Dari 2005 hingga 2007, dia wakil ketua Sejm, majelis rendah parlemen Polandia.

Tapi jauh sebelum dia menginjakkan kaki di dunia politik Komorowski telah melewati perjuangan panjang selama hidupnya. Pria bernama lengkap Bronisław Maria Komorowski itu lahir di Oborniki Śląskie. Dia merupakan putra akuntan Zygmunt Leon Komorowski (1924-1993) dan Jadwiga Komorowska.

Keluarganya berasal dari wilayah Aukštaitija, Lithuani bagian utara. Keluarga Komorowski telah 200 tahun memerintah Żywiecczyzna di Polandia. Dengan latar belakang itu, dunia politik tampaknya tidak asing lagi baginya, sejak dia msih kecil.

Dari 1957 hingga 1959, Komorowski tinggal di Józefów, dekat Otwork. Dia menjadi anggota Tim Pramuka Mazovian ke-75 di Pruszków. Selama pendidikannya, dia menjdi instukrur Pramuka di Batalion 208 WDHiZ "Parasol". Dia lantas bertemu calon istrinya dalam kegiatan pramuka.

Pada 1977, dia menyelesaikan kuliah di fakultas sejarah di University of Warsaw. Selepas itu, dia menjadi seorang editor di "Słowo Powszechne" hingga 1980. Pengalamannya sebagai editor mendorongnya membuat penerbitan bawah tanah bersama para aktivis oposisi demokrasi selama pemerintahan Republik Rakyat Polandia (PRL).

Bersama Antoni Macierewicz, Komorowski menerbitkan media bulanan bernama Glos. Pada 1980, dia tertangkap bersama para aktivis Gerakan untuk Pertahanan Kemanusiaan dan Hak Asasi Sipil. Komorowski ditahan satu bulan penjara karena menggerakkan demonstrasi pada 11 November 1979. Saat itu, hakim yang memimpin sidang pengadilan ialah Andrzej Kryże.

Dia pun bekerja di Pusat Investigasi Sosial “Solidaritas” NSZZ pada 1980-1981. pada 27 September 1981, dia menjadi salah satu penandatangan deklarasi pendirian Kelompok Layanan Independen. Dia diasingkan saat Polandia berada di bawah undang-undang perang. Pada 1981 hingga 1989, Komorowski mengajar di Lower Seminary, Niepokalanów.

Karirnya pelan tapi pasti, terus menanjak, saat bekerja sebagai manajer kantor menteri Alexander Hall pada 1989 hingga 1990. Dia lantas menjadi warga sipil wakil menteri pertahanan nasional di pemerintahan Tadeusz Mazowiecki, Jan Krzysztof Bielecki and Hanna Suchocka.

Komorowski pun terlibat dalam partai politik pertamanya bernama Persatuan Demokratik dan Persatuan Kebebasan (Unia Wolnosci). Hingga akhirnya dia ditunju sebagai sekretaris jenderal pada 1993-1995. Sebagai kandidat Persatuan Demokratik, Komorowski terpilih sebagai anggota parlemen pada 1991 dan 1993. Sejak saat itu, karir politiknya kian melejit. (syarifudin, seputar indonesia, 6 Juli 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar