SENDAI- Jepang kemarin mempertimbangkan rencana untuk membungkus gedung-gedung reaktor nuklir yang hancur dengan pelindung khusus untuk membatasi radiasi. Selain itu, otoritas akan memompa air terkontaminasi ke sebuah tanker yang berlabuh di lepas pantai.
Hingga kemarin, pemerintah Jepang masih belum dapat menstabilkan pemanasan berlebih di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Krisis nuklir ini melengkapi musibah yang dialami Jepang berupa gempa bumi dan tsunami.
“Segala kemungkinan kami diskusikan karena Jepang berupaya mengatasi bencana nuklir terburuk di dunia setelah Chernobyl seperempat abad silam,” kata juru bicara Kabinet Jepagn Yukio Edano, kemarin, seperti dirilis kantor berita AFP.
Sejumlah rencana itu termasuk membungkus gedung-gedung reaktor terluar yang hancur, dengan penutup buatan khusus dan memasang penyaring udara untuk membatasi radiasi. “Rencana lain ialah menempatkan satu kapal tanker kosong sehingga para pekerja dapat memompa beberapa kolam yang tercemar radioaktif tingkat tinggi dari reaktor dua ke tanker tersebut,” papar pejabat pemerintah Jepang, seperti dikutip harian Asahi Shimbun.
“Kita berada dalam situasi luar biasa, sehingga kita perlu memikirkan strategi lain, di luar yang biasanya kita pikirkan,” papar seorang pejabat badan keamanan nuklir Jepang, tanpa menjelaskan lebih rinci.
Pemerintah Jepang kemarin memerintahkan pemeriksaan terhadap seluruh reaktor nuklir di negara tersebut untuk memastikan tidak terulanginya krisis seperti di PLTN Fukushima. Menteri Industri dan Perdagangan Jepang Banri Kaieda mengeluarkan perintah itu melalui surat yang dikirimkan pada semua CEO di sembilan perusahaan refionar dan dua lembaga lain yang mengoperasikan lebih dari 50 reaktor nuklir di Jepang.
“Seluruh reaktor harus diperiksa tanpa penundaan. Tidak ada fasilitas yang boleh beroperasi, baik yang terkena gempa bumi atau masih dalam konstruksi, kecuali telah melalui standar pemeriksaan yang sama,” kata Kaieda.
Amerika Serikat (AS) meminjami Jepang beberapa robot yang pernah dioperasikan di Irak dan Afghanistan, yang dapat dimanfaatkan untuk membersihkan puing dan memfilmkan kondisi gedung-gedung reaktor nuklir. Gedung reaktor itu tidak dapat dimasuki manusia karena mengandung tingkat radiasi yang sangat tinggi.
Presiden AS Barack Obama berjanji terus membantu saat berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan untuk ketiga kali sejak bencana terjadi. Musibah gempa bumi dan tsunami di Jepang sejauh ini menewaskan 11.000 jiwa dan 17.000 orang hilang.
“Presiden mengulangi bahwa AS terus mendukung rakayt Jepang dalam upayanya mengatasi dampak bencana ini, baik dalam waktu dekat atau pun jangka panjang,” papar pernyataan Gedung Putih.
Prancis telah mengirimkan satu tim pakar dari Areva, perusahaan negara pembuat reaktor, untuk membantu operator PLTN Jepang, Tokyo Electric Power Company (TEPCO). Beratnya tekanan dalam krisis nuklir membuat Presiden TEPCO Masataka Shimizu, 66, masuk rumah sakit pada Selasa malam (29/3) karena tekanan darah tinggi dan kepala pusing. Dia tidak muncul ke publik dalam dua pekan terakhir.
Harga saham TEPCO merosot drastis hingga tiga perempat dan mendapat kritik keras. TEPCO dianggap mengabaikan peringatan pakar tentang ancaman tsunami sebelum gelombang laut menghantam PLTN pada 11 Maret silam.
Sementara itu, level radiasi di laut dekat PLTN. “Tingkat radioaktif iodine-131 sebesar 3.355 kali dari batas yang diijinkan di laut dekat PLTN, berdasarkan data yang diperoleh pada Selasa (29/3),” papar juru bicara TEPCO, kemarin. TEPCO mengaku tidak tahu penyebab naiknya tingkat radiasi tersebut.
“Angka tersebut terus naik. Kita perlu mencari tahu secepat mungkin penyebabnya dan menghentikannya agar tidak bertambah tinggi,” papar Hidehiko Nishiyama, juru bicara badan keamanan nuklir.
Sampel yang diambil berada dalam jarak 330 meter sebelah selatan dari empat reaktor nuklir yang bermasalah. Pejabat Jepang mengatakan, adanya pasang surut air laut berarti di sana tidak ada ancaman kesehatan dalam waktu dekat dan tingkat iodine menurut relatif cepat.
Sementara itu, pemerintah China mengatakan, tingkat radioaktif “sangat rendah” terdeteksi di beberapa wilayah Negeri Tirai Bambu. Sumber radioaktif itu diduga dari PLTN Jepang yang rusak. Tapi level radioaktif belum membahayakan kesehatan warga.
“Radioaktif iodine terdeteksi di wilayah timur dan tenggara, serta meluas ke wilayah lain di utara dan selatan. Wilayah baru yang terkena dampak termasuk ibu kota Beijing dan Provinsi Hebei, Henan, Shanxi dan Shandong. Kadar radioaktif sekitar seperseribu dari yang diterima setiap orang jika naik 2.000 kilometer penerbangan udara,” kata Kementerian Perlindungan Lingkungan China, kemarin. “Ini berarti radioaktif itu tidak akan berdampak pada lingkungan atau kesehatan publik serta tidak ada tindakan pencegahan yang harus dilakukan.” (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar