NEW YORK- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan kekerasan yang dilakukan aparat Bahrain dalam melumpuhkan demonstran anti pemerintah Sunni. Saat ini Bahrain mengerahkan pasukannya untuk menghentikan unjuk rasa yang digerakkan Syiah.
Tindakan itu membuat Amerika Serikat (AS) khawatir. Muncul juga kecaman dari pemerintah Iran, petinggi Syiah di Irak, dan pejuang Hezbollah di Lebanon.
“Meluasnya laporan korban tewas dan terluka di pihak demonstran, serta dihalanginya para korban dibawa ke berbagai rumah sakit atau diusir dari fasilitas medis, pendudukan fasilitas medis oleh pasukan keamanan, dan penyerangan terhadap paramedis, menjadi alarm bahaya,” ujar Valerie Amos, deputi sekretaris jenderal untuk masalah kemanusiaan.
Amos yang menyatakan tidak dapat mengonfirmasi infromasi yang datang dari Bahrain, meminta aparat keamanan mengendalikan diri dari penggunaan kekuatan berlebihan. “Aparat harus menghormati fasilitas medis dan memastikan perawatan bagi semua yang terluka,” katanya.
Awalnya, kepala HAM PBB Navi Pillay menyatakan, semua pengambilalihan rumah sakit dan fasilitas medis oleh pasukan keamanan sangat melanggar hukum internasional. “Ini tindakan mengejutkan dan ilegal,” paparnya.
Kemarin oposisi Syiah Bahrain kembali menggelar unjuk rasa setelah salat Jumat. Mereka mengabaikan undang-undang perang dan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan.
Ratusan orang berkumpul di desa Sitra, di pinggir Manama, untuk menguburkan dua korban kekerasan yang sedikitnya menewaskan delapan orang, termasuk demonstran dan polisi. Namun mereka harus menunggu karena pemerintah menolak memberikan jasad korban dari rumah sakit utama Manama yang sudah diambil alih aparat keamanan.
“Salah satu korban, Ahmed Farhan, 28, tidak memiliki pekerjaan dan meninggal seketika saat tertembak di bagian kepala oleh aparat yang naik helikopter pada Selasa (15/3),” papar kerabat korban.
Foto-foto yang ditunjukkan pada kantor berita AFP oleh tim dokter, menunjukkan kepala Farhan hancur sebagian. “Tembakan berasal dari sebuah helikopter yang terbang di atas,” papar salah satu saksi mata kejadian tersebut.
Keluarga korban mengecam pemerintah yang menolak memberikan jasadnya untuk dikuburkan. “Ini upaya untuk menutupi bukti. Mereka mungkin menguburkannya di tempat yang tidak diketahui,” kata Jaafar, salah seorang pelayat.
Kelompok Syiah tetap akan terus menggelar unjuk rasa menggulingkan kerajaan Sunni Bahrain. “Kami tidak akan menyerah menghadapi tentara,” tegas ulama Syiah Sheikh Ali Salman, kepala asosiasi Al-Wefaq yang menolak semua dialog dengan pemerintah jika kekerasan terus terjadi.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menghubungi Raja Hamad untuk memperingatkan bahwa upaya melumpuhkan demonstran mungkin melanggar hukum internasional. “Ban mengekspresikan keprihatinan mendalam atas berbagai laporan penggunaan pasukan secara berlebihan terhadap warga sipil tidak bersenjata, termasuk adanya tuduhan kekerasan terhadap personil medis,” papar pernyataan PBB. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar