TRIPOLI- Pemimpin Libya Muammar Khadafi kemarin memperingatkan, dia akan menghancurkan pemberontakan terhadapnya. Militer Khadafi juga mengumumkan segera bergerak melawan pemberontak di basis pertahanan Benghazi.
Saat ini persenjataan baterai anti-pesawat dan artileri berat dipasang pemberontak di Benghazi. Pertempuran antara dua kekuatan itu diperkirakan berlangsung sengit.
“Jika ini rencana asing, kami akan menghancurkannya. Jika ini rencana domestik, kami akan menghancurkannya,” tegas Khadafi yang berulang kali mengecam Al Qaeda dan Barat sebagai dalang pemberontakan terhadap empat dekade pemerintahannya.
Militer Khadafi menegaskan akan bergerak secepat mungkin menuju Benghazi, 1.000 kilometer timur Tripoli. “Pasukan militer tiba untuk memastikan keamanan Anda, melawan ketidakadilan terhadapmu, melindungimu, memulihkan keamanan dan mengembalikan kehidupan normal,” papar militer Libya, seperti dilansir kantor berita AFP.
“Ini operasi kemanusiaan yang dilakukan sesuai kepentingan Anda dan tidak bertujuan melakukan balas dendam terhadap siapa pun,” ungkap pernyataan militer Libya.
Terjadi beragam laporan berbeda tentang kebenaran klaim bahwa pasukan Khadafi menguasai kota Ajdabiya, pintu masuk menuju Benghazi, 160 kilometer ke selatan. Awalnya televisi pemerintah menyatakan, “Ajdabiya dikontrol penuh dan dibersihkan dari geng-geng bersenjata.”
Seorang fotografer Prancis menjelaskan, pasukan Khadafi telah mengepung pasukan pemberontak, memutus jalan utara menuju Benghazi, di tengah kekacauan di kota. Tapi juru bicara pemberontak Khaled al-Sayeh kemudian menyangkal laporan bahwa Ajdabiya sudah jatuh ke tangan Khadafi.
“Kota ini masih dalam kendali revolusioner. Unit-unit militer berupaya mengambil alih kota, tapi pasukan kami menghalangi mereka,” ujar juru bicara pemberontak Khaled al-Sayeh.
Namun di Tripoli, deputi menteri luar negeri (menlu) Libya Khaled Kaaim menyatakan, pasukan Khadafi sudah mengambil alih Ajdabiya. “Ada beberapa elemen bersenjata dan pasukan kami sedang memburu mereka. Kami sekarang menguasai Ajdabiya dan pasukan kami menuju ke Benghazi,” katanya.
Sementara itu, para menlu Grup Delapan (G8) yang bertemu di Paris gagal mendukung ide intervensi militer dan menyerahkan keputusan itu pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Kami sepakat bahwa Dewan Keamanan PBB harus meningkatkan tekanan, termasuk melalui langkah-langkah ekonomi, agar Muammar Khadafi mundur,” ujar tuan rumah Menlu Prancis Alain Juppe.
Prancis dan Inggris yang mengusulkan memberlakukan zona larangan terbang di Libya gagal meyakinkan negara Uni Eropa di blok G8, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Gedung Putih membela sikap Presiden AS Barack Obama yang enggan memerintahkan pasukannya memimpin pemberlakuan zona larangan terbang di Libya. “Saya tidak yakin rakyat Amerika ingin Presiden AS bertindak unilateral secara militer tanpa mempertimbangkan secara hati-hati apa konsekuensi yang akan terjadi,” papar juru bicara Gedung Putih Jay Carney. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar