WASHINGTON- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama hari ini memberikan pidato untuk memenangkan dukungan rakyat Amerika atas intervensi militer Paman Sam di Libya.
Pidato itu dilakukannya pada Senin (28/3) saat jam tayang utama pukul 7.30 sore waktu AS atau hari ini pukul 6.30 pagi waktu Indonesia barat (WIB). Dengan pidatonya di National Defense University, Washington, Obama harus berhasil mengalahkan sikap skeptis rakyat Amerika terkait masalah ekonomi dalam negeri dan ketidakjelasan akhir perang Libya.
“Obama akan memberikan kesempatan wawancara dengan tiga jaringan televisi AS,” papar Gedung Putih kemarin.
Obama terus mendapat kritik sejak mengerahkan militer ke Libya, sembilan hari silam, tanpa memberi penjelasan lengkap pada rakyat Amerika. Banyak anggota parlemen AS, termasuk dari Partai Demokrat, yang marah karena Obama tidak mengajak Kongres berkonsultasi sebelum pengerahan militer ke Libya. Selain itu, banyak yang mempertanyakan bahwa misi ke Libya kurang memiliki tujuan dan strategi keluar yang tidak jelas.
Pada malam menjelang salah satu pidato kebijakan luar negeri Obama paling penting itu, Menteri Pertahanan (menhan) AS Robert Gates dan Menteri Luar Negeri (menlu) Hillary Clinton menghadiri talk show pada Minggu (27/3) untuk menjawab berbagai kritik.
Gates dan Hillary berargumen, AS melakukan intervensi cepat di Libya atas alasan kemanusiaan dan kelambanan bertindak akan mengakibatkan bencana bagi kawasan. “Ini bukan kepentingan nasional vital bagi AS, tapi ini satu kepentingan,” papar Gates pada program "This Week" ABC, menyoroti kemungkinan eksodus pengungsi besar-besaran yang akan memenuhi Tunisia dan Mesir.
“Jadi Anda memiliki potensi kejadian kacau yang signifikan terjadi di Libya yang beresiko bagi proses revolusi di Tunisia dan Mesir. Mesir merupakan pusat bagi masa depan Timur Tengah,” ujar Gates.
Berbicara di samping Gates, Hillary meminta para pengkritik untuk memikirkan apa yang akan terjadi sekarang jika AS tidak mengintervensi Libya. “Bayangkan kita duduk di sini dan Benghazi telah diserbu, sebuah kota dengan 700.000 jiwa, serta ribuan orang dibantai, ratusan ribu melarikan diri, tidak tahu ke mana harus pergi atau membanjiri Mesir yang sedang mengalami transisi sulit saat ini,” kata Hillary.
“Tangisan akan menjadi, ‘Mengapa AS tidak melakukan apapun? Bagaimana Anda dapat tetap diam saat, Anda tahu, Prancis dan Inggris, serta negara Eropa lainnya, dan Liga Arab, sekaligus mitra Arab anda mengatakan, “Anda sudah melakukan sesuatu?” ungkap Hillary.
Dalam wawancara terpisah dengan The Wall Street Journal, Gates menyangkal bahwa misi Libya tentang perubahan rezim Muammar Khadafi. “Tentu saja itu bukan salah satu tujuan militer,” katanya, mengutip resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menetapkan zona larangan terbang dan melindungi warga sipil Libya. “Saya pikir kita kian mendekati mencapai tujuan-tujuan itu.”
Posisi Obama dalam konflik Libya menjadi lebih mudah, kemarin, saat para delegasi NATO menyepakati mengambil alih komando seluruh operasi militer di Libya. Tapi AS masih memegang tanggung jawab militer terberat.
Saat ini pasukan pemberontak Libya terus memukul mundur tentara Khadafi. Pemberontak dibantu serangan udara militer koalisi sehingga mampu menguasai kota-kota yang ditinggalkan tentara Khadafi. Pemberontak berhasil mendesak tentara Khadafi kian mendekati Tripoli.
Hillary mengatakan, aliansi akan mendorong pembelotan di Libya melalui utusan khusus PBB, mantan menlu Yordania Abdul Ilah Khatib yang akan mengunjungi Tripoli dan bertanya pada Khadafi, “Anda benar-benar ingin menjadi sampah masyarakat? Anda benar-benar ingin berakhir di pengadilan kriminal internasional?”
Hillary bersama menlu dari 35 negara lainnya di London hari ini mendiskusikan konflik Libya. Dia dan Gates kemudian akan menghadapi berbagai pertanyaan berat dari komite Kongres AS dalam pertemuan tertutup pada Rabu (30/3).
Dalam poling Gallup pada 22 Maret silam, sebanyak 47% rakyat Amerika menyetujui tindakan terhadap Libya.
Sementara itu, tentara Khadafi kemarin menahan laju pasukan pemberontak di kota kelahiran pemimpin Libya di Sirte, 360 kilometer timur ibu kota Tripoli. “Pemberontak selama dua hari terakhir terus menuju barat ke arah Sirte dan mendapat serangan sengit dari tentara Khadafi yang mengendarai truk-truk di jalan dari Bin Jawad ke Nofilia,” kata wartawan AFP kemarin.
Kota itu sudah dibombardir sepanjang malam oleh jet-jet tempur koalisi setelah NATO mengambil alih operasi militer di Libya. “Sembilan ledakan besar mengguncang Sirte pada Senin (28/3), saat pesawat tempur asing terbang di atasnya dan zona larangan terbang memasuki hari kesembilan,” kata wartawan AFP.
Sejumlah ledakan terjadi antara pukul 04.20 GMT dan 04.35 GMT, diikuti dua ledakan besar pada Minggu malam (27/3). Menghadapi serangan udara dari pasukan koalisi, tentara Khadafi tetap bertahan di Sirte dan menggencarkan serangan ke pasukan pemberontak.
Setelah diserang tentara Khadafi kemarin, pemberontak yang mendekati Sirte segera mundur ke Bin Jawad dan melakukan serangan balasan dengan artileri berat.
Pemberontak pada Minggu (27/3) berhasil menguasai Bin Jawad, 140 kilometer timur Sirte, setelah mengambil alih lagi kota minyak Ras Lanuf, dengan dukungan serangan udara koalisi terhadap tentara Khadafi.
NATO akhirnya mengambil alih komando penuh operasi militer di Libya dari koalisi pimpinan AS pada Minggu (27/3). Ini membuat NATO dapat menyerang tentara Khadafi kapan saja. Namun sejumlah pejabat NATO memperingatkan, pemindahan komando akan membutuhkan waktu 48 hingga 72 jam.
“Tujuan kami melindungi warga sipil dan wilayah berpenduduk sipil yang terancam serangan rezim Khadafi. NATO akan menerapkan semua aspek resolusi PBB. Tidak lebih, tidak kurang,” kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.
Rasmussen akan bergabung bersama menlu dari 35 negara dalam konferensi di London pada Selasa (29/3) untuk mendiskusikan aksi militer koalisi di Libya.
Pemindahan komando ke NATO terjadi saat Tripoli diserang pesawat tempur koalisi. Serangan udara menargetkan jalan menuju bandara, 10 kilometer luar kota. Serangan udara koalisi juga dilakukan di Ain Zara, timur Tripoli.
Kantor berita JANA melaporkan, pesawat tempur koalisi melancarkan serangan fajar di wilayah berpenduduk di Sebha. “Pasukan asing membombardir wilayah pemukiman Sebha saat fajar, menghancurkan rumah-rumah dan menewaskan beberapa orang,” ungkap JANA.
Saat ini, oposisi Libya membentuk Dewan Nasional Transisional Provinsi (PTNC) yang terdiri 31 anggota yang mewakili sejumlah kota. Qatar kemarin menjadi negara kedua, setelah Prancis, yang mengakui PTNC sebagai perwakilan resmi rakyat Libya di dunia internasional.
Oposisi Libya berencana mengekspor minyak dalam waktu kurang dari sepekan. “Kami memproduksi 100.000 hingga 130.000 barrel per hari. Kami dapat meningkatkan hingga 300.000 barrel per hari,” kata Ali Tarhoni, perwakilan pemberontak yang bertanggung jawab untuk ekonomi, keuangan, dan minyak. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar