TRIPOLI- Mantan Pemimpin Libya Muammar Khadafi kemarin menyangkal laporan bahwa dia melarikan diri ke Niger.
Pernyataan itu muncul saat kepemimpinan baru Libya dan Amerika Serikat (AS) menyerukan negara-negara tetangga menutup perbatasan mereka untuk para pendukung Khadafi. Hingga kini keberadaan Khadafi masih menjadi teka-teki.
Dalam pidato pertamanya kemarin, setelah beberapa hari tidak memberikan pernyataan, Khadafi menegaskan, “Mereka tidak melakukan apa pun selain perang psikologi dan kebohongan.”
“Dulu mereka mengatakan Khadafi tampak dalam sebuah konvoi menuju Niger. Mereka ingin melemahkan moral kita. Jangan membuang waktu pada musuh yang lemah dan hina ini,” kata Khadafi melalui telepon pada saluran televisi Arrai Oruba, seperti dikutip AFP.
Khadafi juga mengakan, NATO akan kalah saat kemampuan logistiknya tidak dapat melanjutkan kampanyenya. NATO melakukan serangan udara setiap hari sejak 31 Maret di berbagai wilayah Libya dengan alasan mendapat mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kami siap di Tripoli dan semua tempat untuk mengintensifkan serangan terhadap tikus-tikus itu, para tentara bayaran yang merupakan kumpulan anjing-anjing,” kata Khadafi.
Sejak markas utamanya di Tripoli dapat dikuasai pasukan oposisi pada 23 Agustus, Khadafi mengungkapkan perlawanannya dalam sejumlah rekaman suara yang disiarkan Arrai, televisi yang berpusat di Damaskus dan dimiliki mantan anggota parlemen Sunni Irak Mishan al-Juburi.
Juburi merupakan satu-satunya sosok yang dapat menghubungi Khadafi sejak dia bersembunyi setelah pasukan oposisi Dewan Transisi Nasional (NTC) mengambil alih Tripoli. Juburi menyatakan, Khadafi dan putranya Seif al-Islam masih di Libya.
“Saya dapat katakan pada Anda bahwa saya bicara dengan Khadafi dalam waktu dekat ini. Dia di Libya, dalam semangat yang sangat baik, tekad yang kuat, tidak takut, dan akan bahagia meninggal saat berjuang melawan para penjajah,” papar Juburi melalui telepon pada AFP.
NTC khawatir Khadafi akan mencoba menyusup ke perbatasan Libya. Sedangkan Niger menyangkal keras bahwa Khadafi berada di negaranya setelah sebuah konvoi membawa para pejabat senior rezim Khadafi pada Senin (5/9). Amerika Serikat (AS) juga tidak yakin Khadafi bersama konvoi itu di Niger.
Untuk memutus potensi rute pelarian Khadafi, NTC menyatakan telah mengirimkan satu tim ke ibu kota Niger, Niamey. Sedangkan AS menyatakan, para pembantu Khadafi yang memasuki Niger sedang ditahan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland menjelaskan, tidak satu pun orang yang melintas ke Niger awal pekan ini yang masuk dalam daftar hitam yang menjadi target sanksi PBB. “Setahu kami, konvoi itu terdiri beberapa pejabat senior dan militer rezim Khadafi. Mereka kini sedang ditahan di ibu kota Niger dan mereka diawasi ketat oleh para pejabat Niger,” tuturnya.
“Washington juga menghubungi Mali, Mauritania, Chad, dan Burkina Faso untuk menekankan pentingnya menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengamankan perbatasan mereka,” ujar Nuland.
Menteri Luar Negeri (menlu) Niger Mohammed Bazoum menegaskan, tidak ada Khadafi atau buronan lainnya yang tiba di negaranya. “Khadafi dapat melintas masuk Niger, tapi untuk pergi ke mana? Itu tidak mungkin. Jika Khadafi berkelana, dia akan berkelana mengelilingi Libya, bukan melintasi Afrika,” paparnya.
Duta Besar AS untuk Libya Gene Cretz menyatakan Khadafi akan menjadi ancaman bagi kepemimpinan baru Libya sepanjang dia dan keluarganya masih bebas. “Jika mereka terus bebas ke mana saja di Libya atau luar Libya, mereka menjadi ancaman untuk apa pun upaya NTC yang sedang menyusun pemerintahan,” katanya di Washington pada Rabu (7/9).
Pasukan rezim Libya yang baru masih mengepung wilayah basis pendukung Bani Walid, tenggara Tripoli, Sabha di pedalaman selatan dan kota pantai Sirte, kota kediaman Khadafi. NTC berambisi menangkap Khadafi dan mengadilinya.
Di Brussels, NATO menyatakan pihaknya menyerang sejumlah kendaraan tempur di Sirte pada Rabu (7/9) dan sistem rudal dari permukaan ke udara di oasis Waddan, 280 kilometer selatan Sirte. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar