WASHINGTON- Para pejabat senior Libya berada dalam satu konvoi menuju Nigeria, tapi mantan Pemimpin Libya Muammar Khadafi tidak diyakini bersama mereka.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri (kemenlu) Amerika Serikat (AS) untuk menyangkal rumor bahwa Khadafi berada bersama konvoi tersebut. Keberadaan Khadafi masih menjadi teka-teki sejak Tripoli jatuh ke tangan oposisi Dewan Transisi Nasional (NTC).
“Kami tidak yakin Khadafi bersama mereka,” papar juru bicara Kemenlu AS Victoria Nuland pada AFP. “Kami tidak memiliki bukti apa pun bahwa Khadafi ada di tempat lain, namun di Libya pada saat ini.”
Khadafi tidak tampak sejak Tripoli jatuh ke tangan oposisi pada 20 Agustus silam. Namun Kamis lalu (1/9), Khadafi masih menyampaikan pesan suara yang menyeru para pendukungnya untuk mempersiapkan perang gerilya.
Mishan al-Juburi, pemilik televisi yang berkantor pusat di Suriah, Arrai Oruba, yang dekat dengan Khadafi, juga menyatakan bahwa mantan pemimpin Libya dan putranya Seif al-Islam masih berada di Libya dan dalam keadaan baik-baik saja.
“Saya dapat katakan pada Anda bahwa saya berbicara dengan Khadafi dalam waktu dekat ini. Dia berada di Libya, dalam kondisi sangat baik, semangat yang kuat, tidak takut, dan akan senang meninggal saat berjuang melawan penjajah,” kata Mishan yang pernah menjadi anggota parlemen Irak.
“Putranya Seif al-Islam juga dalam kondisi yang sama,” papar Mishan, 54, yang meluncurkan televisinya pada 2006.
Saat ditanya bagaimana dia menghubungi Khadafi, Mishan menjawab, “Saat saya ingin berbicara padanya, saya mengirimkan sebuah pesan, atau dia menghubungi saya saat dia ingin mengirimkan sebuah pesan.”
Sementara itu, kepala keamanan Khadafi, Mansour Daw, merupakan satu dari beberapa mantan pejabat Libya yang telah tiba di ibu kota Nigeria, Niamey, dalam sebuah konvoi ratusan kendaraan. Daw memasuki Nigeria pada Minggu (4/9) dan melalui kota gurun Agadez. Konvoi itu selain membawa para pendukung Khadafi juga membawa emas dan uang tunai.
Reuters mengutip sumber keamanan AS bahwa Daw tiba di Niamey bersama mantan pejabat penting di era pemerintahan Khadafi. Menteri Dalam Negeri Nigeria Abdou Labo menyatakan, Daw diijinkan masuk ke negaranya atas alasan kemanusiaan.
Konvoi terbaru yang menuju Nigeria dari Libya tiba di Agadez pada Senin (5/9) dan menuju Niamey yang terletak 950 km ke baratdaya. Konvoi itu diyakini berisi sedikitnya 50 mobil bersenjata berat dan mereka yang ikut antara lain para pejuang Tuareg yang direkrut Khadafi.
“Mobil-mobil itu membawa emas, uang euro dan dollar. Mereka melintas dari Jufra menuju Nigeria dengan bantuan Tuareg dari suku Nigeria,” papar Fathi Baja dari NTC.
AS mendesak Nigeria menahan tokoh-tokoh senior pendukung Khadafi yang masuk ke sana. “Kami mendesak pejabat Nigeria menahan anggota rezim Khadafi yang mungkin menjadi target pengadilan,” papar juru bicara Kemenlu AS Victoria Nuland.
Laporan sebelumnya yang menyatakan Burkina Faso di baratdaya Nigeria juga menawarkan suaka pada Khadafi, dibantah oleh Menteri Komunikasi Nigeria Alain Edouard Traore. “Burkina Faso tidak menawarkan suaka pada Khadafi. Burkina Faso tidak memberi informasi bahwa Khadafi datang ke negara ini,” ungkap Nuland.
Seorang komandan militer oposisi meyakini Khadafi masih berada di Libya, tapi menjauh dari wilayah-wilayah pertempuran. “Kami mendapat informasi dari banyak sumber bahwa dia berupaya menjauh menuju wilayah selatan, menuju Chad atau Nigeria,” papar Hisham Buhagiar saat diwawancarai Reuters.
Khadafi sejak awal bertekad berjuang di negaranya hingga mati, meski dia telah kehilangan kontrol di sebagian wilayah Libya. Karena itu sebagian pihak yakin Khadafi memang masih berada di Libya.
Sementara itu negosiator pemerintahan baru Libya sukses bernegosiasi dengan warga kota oasis Bani Walid yang menjadi basis pendukung Khadafi, agar bersedia menyerah dengan damai pada NTC.
“Negosiasi sukses kemarin dan kami menunggu NTC untuk memberi kami lampu hijau untuk masuk ke sana,” papar kepala negosiator NTC Abdullah Kenshil yang menyatakan mereka berkomitmen menghindari pertumpahan darah di Bani Walid, meskipun satu delegasi yang dikirim ke kota oasis itu pada Selasa (6/9) harus mundur setelah ditembaki.
“Tetua suku telah bergabung dengan revolusi,” kata Kenshil yang menambahkan, beberapa tetua berada di Tripoli dan lainnya kembali ke Bani Walid setelah milisi yang setia pada Khadafi menolak mereka. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar