NEW DELHI- Satu bom yang disembunyikan di sebuah tas meledak di tengah kerumunan orang di luar gedung Pengadilan Tinggi New Delhi, kemarin. Sebanyak 10 orang tewas dan 62 orang lainnya terluka akibat ledakan bom tersebut.
Sebagian besar korban merupakan para pemohon yang menugngu kasus mereka diperiksa pengadilan. Polisi menyatakan, tas berisi bom itu diletakkan dekat pintu masuk ruang resepsionis, tempat lebih dari 100 orang antri untuk masuk kompleks pengadilan di pusat ibu kota India.
Setelah ledakan bom terjadi, orang-orang dievakuasi dari kompleks gedung pengadilan. Polisi segera menutup wilayah serangan bom dan petugas gawat darurat bertindak cepat menyelamatkan korban luka-luka yang sebagian dalam kondisi kritis.
“Sepuluh orang dikonfirmasi tewas,” papar juru bicara kepolisian New Delhi Rajan Bhagat pada kantor berita AFP.
Ledakan terjadi pada pukul 10.15 pagi waktu setempat. Rekaman video yang diambil dengan telepon seluler dari lokasi ledakan segera ditayangkan sejumlah saluran berita televisi. Dalam rekaman itu para korban berteriak di lantai yang dipenuhi kertas-kertas berserakan dan genangan darah.
Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh mengecam serangan tersebut dengan mengatakan, India tidak dapat ditakuti oleh terorisme. “Ini sebuah tindakan pengecut dari teroris,” tegasnya saat masih berada di Bangladesh, seperti dilaporkan televisi di Dhaka. “Ini satu perang panjang yang dilakukan semua partai politik, semua rakyat India. Kita harus bersatu sehingga terorisme dapat ditumpas.”
Menteri Dalam Negeri India P. Chidamabaram dalam pernyataan di parlemen menyeru seluruh rakyat untuk tetap tenang dan bersatu dalam menghadapi upaya mengacaukan stabilitas negara. Seorang polisi menyatakan, investigasi awal menunjukkan bom itu mengandung potassium nitrate.
Investigator federal India kemarin menyatakan sedang mempelajari sebuah email dari kelompok militan aktif di Asia Selatan yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di Pengadilan Tinggi New Delhi tersebut.
Email itu dikirim ke media India dan mengklaim berasal dari Harkat-ul-Jihad al-Islami (HUJI) yang diduga terkait sejumlah serangan sebelumnya di India. “Kami bertanggung jawab atas ledakan bom hari ini di pengadilan tinggi Delhi,” ungkap pesan email tersebut.
Pesan itu berisi peringatan bahwa berbagai fasilitas pengadilan lainnya, termasuk Mahkamah Agung (MA) India, akan menjadi target serangan hingga pemerintah mencabut vonis hukuman mati terhadap seorang pria yang didakwa berkonspirasi dalam serangan di parlemen India pada 2001.
Sejumlah korban dan saksi mata menceritakan kejadian tersebut. “Lebih dari 100 orang antri di meja resepsionis. Lalu terjadi sebuah ledakan besar. Saya melihat banyak orang bergelimpangan di lantai dalam genangan darah,” ujar Rahul Gupta, seorang pemohon yang kasusnya sudah terdaftar untuk diperiksa pengadilan kemarin.
Rajesh Gupta, 45, pengusaha yang ikut antri untuk mendapatkan ijin masuk pengadilan, menjelaskan, “Tangan saya terluka. Teman saya mengalami luka serius di kakinya. Dia sudah dibawa ke rumah sakit,” tuturnya. “Tempat itu sangat ramai, pasti ada sekitar 200 orang di sana. Lokasi kejadian sangat kacau. Orang-orang panik dan khawatir dengan kondisi teman-teman dan kerabatnya.”
M.I. Chowdhary, pengacara yang berada di gedung pengadilan menjelaskan pada AFP bahwa dia sedang bekerja di kantornya saat bom meledak. “Saya di kamar saya saat saya mendengar satu ledakan keras dan jendela-jendela di ruangan saya pecah. Orang-orang membawa korban yang terluka untuk keluar gedung. Beberapa orang tampak luka parah,” katanya.
“Waktu itu merupakan jam sibuk bagi para pemohon dan orang lain yang hendak minta ijin di bagian resepsionis. Tampaknya pelaku telah menentukan waktu tersebut agar korbannya banyak. Keamanan benar-benar tidak bagus. Perlu pengetatan keamanan di lokasi yang sensitif,” papar M.I. Chowdhary.
Serangan ini merupakan yang terbesar pertama di India sejak tiga ledakan beruntun di Mumbai pada 13 Juli yang menewaskan 26 orang. Hingga saat ini tidak diketahui siapa yang melakukan serangan tersebut.
Pengeboman sebelumnya di ibu kota India terjadi pada September 2008 saat serangkaian ledakan menghancurkan beberapa lokasi perbelanjaan hingga menewaskan 22 orang dan melukai sekitar 100 orang. Gerakan militan yang disebut Indian Mujahideen mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pengadilan Tinggi New Delhi pernah menjadi target serangan sebelumnya. Pada Mei tahun ini, sebuah bom berkekuatan kecil meledak di tempat parkir, tapi tidak ada korban tewas dan hanya mengakibatkan sedikit kerusakan. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar