TRIPOLI- Putra Muammar Khadafi, Saadi, melarikan diri ke Niger. Juru bicara pemerintah Niger Marou Amadou mengungkapkan informasi itu kemarin.
Saat ini pertempuran masih berlangsung di salah satu wilayah basis pendukung Khadafi dan rezim baru Libya menjanjikan pemerintahan sementara dalam 10 hari.
“Hari ini, 11 September, patroli pasukan bersenjata Niger bertemu satu konvoi dengan salah satu putra Khadafi bersamanya,” papar Amadou yang menjabat Menteri Kehakiman Niger, seperti dikutip AFP. “Itu Saadi Khadafi, pemain sepak bola.”
Amadou menjelaskan, “Pada saat ini konvoi sedang menuju Agadez (Niger utara). Konvoi dapat tiba di Niamey antara sekarang dan (Senin).”
Saadi, 38, merupakan putra ketiga dari tujuh anak laki-laki Khadafi dan dikenal sebagai seorang playboy. Dia bulan lalu sudah menawarkan untuk menyerahkan diri jika penyerahan dirinya dapat menghentikan pertumpahan darah.
Saadi pernah bermain sepakbola untuk klub divisi pertama Italia, Perugia, pada 2003. Tapi dia kemudian dilarang bermain sepakbola saat dia tidak boleh bermain selama delapan bulan karena saat dites dia positif menggunakan nandrolone, anabolic steroid. Dia kemudian meninggalkan karir sepakbolanya pada 2004 untuk bergabung angkatan bersenjata, tempat dia memimpin satu unit elit.
Niger pekan lalu berjanji menghormati komitmen internasional jika warga Libya yang menjadi target buruan internasional memasuki wilayahnya. Niger juga mengonfirmasi bahwa tiga jenderal era rezim Khadafi, termasuk panglima angkatan udara Al-Rifi Ali Al-Sharif telah tiba di Agadez. Niamey menyangkal bahwa Khadafi sudah berada di Niger.
Mahmud Jibril, deputi kepala Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) menyatakan bahwa pemerintahan transisi akan dibentuk dalam 10 hari. “Pasukan pemberontak masih dalam proses membebaskan Libya dan pasukan tempur revolusioner masih di garis depan. Pemerintahan baru akan dibentuk saat Libya terbebaskan,” paparnya.
Pejuang NTC kemarin bertempur melawan pasukan Khadafi di Bani Walid, tenggara Tripoli dan bergerak mendekat ke kota Sirte, Mediterania, kota kelahiran Khadafi. Di Bani Walid, 180 kilometer dari Tripoli, seorang koresponden menyatakan, sedikitnya tiga pejuang tewas dan 15 terluka dalam baku tembak di luar kota.
Pasukan pendukung NTC berkumpul di sana untuk menunggu isyarat akhir dari komandan mereka untuk menyerbu kota oasis tersebut. Pemimpin sementara NTC Mustafa Abdel Jalil pada Sabtu (10/9) memberi lampu hijau untuk menyerang Bani Walid, Sirte, dan Sabha di wilayah selatan. “Batas waktu bagi para pendukung Khadafi untuk menyerahkan diri sudah habis,” kata Jalil.
Kemarin, mantan pemimpin intelijen Libya Bouzaid Dorda menyangkal melakukan kesalahan saat diwawancarai wartawan Reuters. Dorda tertangkap setelah jejaknya diketahui di ibu kota Tripoli.
Dorda merupakan tokoh penting dalam pemerintahan Khadafi yang berhasil ditangkap NTC yang kini mengontrol Tripoli. Dorda tetap berkilah dari perannya sebagai kepala Organisasi Keamanan Ekternal (ESO) dan menegaskan dia tidak siap mengkritim rezim Khaadfi hanya untuk menyenangkan pemerintahan baru Libya.
“Orang-orang meninggal dari dua pihak. Anda memiliki dua partai, satunya merupakan rezim bekuasa dan lainnya merupakan orang yang memberontak terhadapnya dan itu sebenarnya,” tutur Dorda yang ditahan di rumah.
Suaranya yang keras terdengar bergema hingga ke lantai bawah rumah tersebut. Dorda berteriak, “Saya tidak menolak menerima jabatan apapun. Apakah saya menolaknya? Apakah saya menolaknya? Apakah saya menolaknya? Saya sudah melaksanakan tanggungjawab saya.”
Dorda merupakan sosok yang badannya tinggi, semampai. Saat wawancara, Dorda duduk di sebuah sofa tanpa diikat tangan atau bagian tubuh lainnya. Namun seorang penjaga bersejata duduk di sampingnya. Dia berkumis dan mengenakan pakaian khaki, kaos dengan jaket safari dan sepatu kulit.
Tim wartawan Reuters yang mengunjungi rumah tersebut di distrik Zenata, tempat Dorda, mantan Perdana Menteri (PM) dan ketua parlemen Libya, ditahan oleh satu unit pasukan anti-Khadafi. Pasukan yang menangkap Dorda ingin menampilkannya ke media untuk membuktikan klaim mereka telah menangkapnya. Saat pertengkaran antara dia dan para penangkapnya semakin memanas, tim Reuters berharap wawancara segera berakhir.
Dorda menjelaskan, dia sangat marah dengan pertanyaan yang diajukan penangkapnya, bahwa dia tidak ingin berbicara pada media secara langsung. Reuters hendak meminta padanya untuk menjelaskan mengapa dia mengambil resiko bertahan di Tripoli, tiga pekan setelah ibu kota itu jatuh ke tangan NTC. Pejuang yang menangkap Dorda menyatakan, mereka menyadap telepon antara Dorda dan anggota keluarga Khadafi yang melarikan diri ke gurun. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar