WASHINGTON– Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama bertemu Perdana Menteri (PM) Irak Nuri al-Maliki di Gedung Putih pada Senin (12/12). Pertemuan ini menandai penarikan seluruh pasukan AS dari Irak.
Setelah bertemu di Gedung Putih, kedua pemimpin menggelar konferensi pers di dekat Permakaman Nasional Arlington, tempat disemayamkannya 4.500 tentara AS yang tewas dalam invasi di Irak sejak 2003. Puluhan ribu warga Irak juga tewas akibat invasi AS ke Negeri Seribu Satu Malam itu. Setelah invasi itu berakhir,Irak masih mengalami masalah dalamsistempolitiknya danmenghadapi menguatnya pengaruh dari negara tetangga,Iran.
Pertemuan Obama dan Maliki menjadi momen yang penting bagi pemerintahan Obama karena dialah yang menentang perang di Irak yang dicanangkan presiden George W Bush pada 2003. Maliki bertemu Obama kurang dari sebulan sebelum penarikan seluruh pasukan AS dari Irak, lebih dari delapan tahun setelah invasi AS dicanangkan untuk menggulingkan rezim Saddam Hussein.
Maliki akan bertemu Wakil Presiden AS Joe Biden dan anggota parlemen untuk membahas keamanan, energi,pendidikan, dankeadilan.”Pemimpin ASdan Irak akan membicarakan penarikan pasukan AS dari Irak dan upaya kita memulai babak baru dalam kemitraan strategis komprehensif antara AS dan Irak,” ungkap pernyataan Gedung Putih kemarin,dikutip AFP.
Penarikan seluruh pasukan AS dari Irak merupakan mandat dalam kesepakatan yang dibuat oleh pemerintahan Bush.Perundingan jangka panjang dilakukan untuk misi pelatihan di masa depan oleh pasukan AS.Meski ada penarikan pasukan AS, tapi tetap ada peluang bagi pertukaran militer. Sebelum pertemuan Obama dan Maliki, penasihat keamanan Irak menyatakan, NATO akan mengikuti penarikan seluruh pasukan AS dengan menarik misi pelatihan NATO di Irak pada akhir tahun setelah Irak menolak memberikan kekebalan hukum.
Namun, pejabat di markas pusat NATO di Brussels menyangkal telah ada keputusan yang dibuat.”Saat mereka meminta kami memperpanjang misi, kami perlu melihat kerangka kerja hukum yang ada,” papar pejabat itu pada AFP. Irak menyatakan, berakhirnya misi NATO itu mengejutkan karena pakta pertahanan itu sebelumnya menyatakan sepakat dengan prinsip untuk tetap di Irak hingga akhir 2013.
”Kami menyesalkan bahwa NATO menyatakan akan menarik misinya dari Irak karena kekebalan hukum merupakan sesuatu yang tidak dimilikinya,” papar Penasihat Keamanan Nasional Irak Falah al- Fayadh dalam wawancara selama penerbangan bersama PM Maliki menuju Washington. Menurut Falah, Irak telah memberitahukan keputusan itu pada Kamis (8/12).
Kegagalan untuk memberikan kekebalan hukum dari pengadilan terhadap pasukan NATO juga sama dengan penolakan Irak memberikan perlindungan yang sama pada tentara AS pada awal tahun ini. Penolakan itu membatalkan kesepakatan kedua negara yang berarti seluruh tentara AS meninggalkan Irak pada 31 Desember.
Hingga saat ini sebanyak 6.000 pasukan AS masih tetap berada di Irak di tiga pangkalan militer. Jumlah tersebut sudah berkurang dari sebelumnya yang berjumlah 170.000 tentara dan 505 pangkalan militer. Sedikitnya 157 tentara AS tanpa seragam dan lebih dari 763 kontraktor keamanan sipil asing akan tetap membantu melatih pasukan Irak berdasarkan otoritas yang diberikan Kedutaan Besar AS di Baghdad. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar