BEIRUT – Suriah bersedia mengizinkan pengawas sipil dan militer Liga Arab datang ke negaranya, tapi dengan beberapa syarat.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah Walid al-Mualem mengungkapkan hal itu dalam suratnya pada Liga Arab.Beberapa syarat yang diajukan Suriah ialah pencabutan berbagai sanksi Liga Arab, pengembalian keanggotaan Suriah di organisasi itu, dan penolakan terhadap intervensi asing. “Beberapa syarat itu berisi elemen-elemen baru yang belum pernah kami dengar sebelumnya,” kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil Elaraby di Kairo,Mesir,dikutip Reuters.
Saat ini para menlu Liga Arab sedang membahas respons atas surat tersebut.Nabil menyatakan, meskipun Suriah bersedia mengizinkan pengawas ke negara itu, Liga Arab tidak dapat segera mencabut berbagai sanksinya.“ Sanksi-sanksi itu berlaku hingga ada keputusan lain yang diambil oleh menlu Liga Arab,” tuturnya.
Sejak awal Suriah meminta untuk membahas proposal Liga Arab untuk mengirim 500 pengawas jika syarat-syarat itu dipenuhi. Namun,Suriah kemudian meminta perubahan atas rencana itu karena menurut pejabat Damaskus hal itu dapat melanggar kedaulatan negara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah Jihad al- Makdesi menjelaskan,
Mualem meminta perubahan kecil terhadap proposal Liga Arab serta meminta lebih banyak penjelasan, termasuk kewarganegaraan dan nama-nama para pengawas.
Menurut Makdesi, permintaan perubahan itu lebih kecil daripada yang sudah diungkapkan Nabil. “Proposal itu segera ditandatangani. Pemerintah Suriah telah merespons positif terhadap draf proposal Liga Arab. Saya optimistis,meskipun saya menunggu respons Liga Arab terlebih dulu,”ucap Makdesi.
Suriah menyatakan proposal Liga Arab untuk mengizinkan kehadiran pengawas asing melanggar kedaulatannya. “Sanksi-sanksi Liga Arab mengejutkan semua rakyat Suriah dan Arab karena sanksisanksi ini datang dari negara bersaudara.Suriah akan menghadapi sanksi-sanksi itu dengan memanfaatkan lokasi strategisnya dan keragaman sektor produksinya,” papar laporan kantor berita SANA.
Damaskus mendapatkan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Turki. Perusahaan minyak Prancis,Total,menyatakan segera menghentikan produksi di Suriah.Adapun Turki telah menerapkan sanksi berupa pengenaan tarif 30% untuk impor dan memperketat aturan bea cukai untuk minyak dan barang lainnya. Liga Arab sudah memutuskan akan menerapkan sanksi terhadap Suriah,tapi sanksi itu belum dilaksanakan karena batas waktunya terus diperpanjang beberapa kali.
Damaskus juga terus meminta perubahan atas proposal Liga Arab. Kekerasan masih terjadi di Suriah. Aktivis di Homs menyatakan lebih dari 60 jasad dibawa ke beberapa rumah sakit di kota itu.Kondisi puluhan jenazah itu belum jelas. Aktivis dan penduduk di beberapa daerah melaporkan terjadi penculikan, taktik yang digunakan dalam kekerasan sektarian di Homs.
Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah menyatakan, milisi pro-Assad menculik dan menewaskan sedikitnya 34 orang dari wilayah penentang pemerintah pada Senin (5/12). Seorang aktivis mengatakan, 32 jasad dibawa ke rumah sakit pada Senin (5/12), yang terdiri atas pendukung dan penentang Assad.
Tatkala tekanan internasional meningkat terhadap Suriah, militer Damaskus menggelar latihan menembak dengan melibatkan unit-unit rudal dan pesawat untuk menguji kemampuan mereka menghadapi serangan ke negara itu. “Ini merupakan latihan perang yang rutin dilakukan dan tidak bertujuan mengirimkan pesan apapun,”ujar Makdesi, dikutip Reuters.
Konflik di Suriah juga mengakibatkan perpecahan di jajaran polisi rahasia. Sedikitnya sepuluh anggota polisi rahasia desersi dari kompleks Intelijen Angkatan Udara di kota Idlib, 280 kilometer barat laut Damaskus.Tindakan desersi ini memicu baku tembak yang menewaskan 10 orang dan melukai beberapa orang lainnya.
Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) pekan lalu melaporkan lebih dari 4.000 orang tewas di Suriah sejak unjuk rasa pertengahan Maret silam dan sedikitnya 14.000 orang ditahan. PBB juga menyatakan ada bukti bahwa militer dan aparat keamanan Suriah melakukan kejahatan kemanusiaan, termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan terhadap rakyat Suriah, termasuk anak-anak.
Sementara itu, Menlu AS Hillary Clinton bertemu anggota oposisi Suriah di Jenewa pada Selasa (6/12) waktu setempat. Hillary menyatakan dukungan terhadap oposisi untuk menggulingkan Presiden Assad. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar