Cari di Sini
Selasa, 20 Desember 2011
Kematian Kim Guncang Saham Asia
HONG KONG– Meninggalnya Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong-il memberikan sentimen negatif pada perdagangan saham di Asia kemarin.
Kabar mengejutkan tersebut membuat saham-saham Asia melorot di tengah ketidakpastian krisis utang Eropa. Pada penutupan perdagangan kemarin, bursa saham Tokyo melemah 1,26%, Hong Kong 1,18% lebih rendah pada tengah hari, Sydney jatuh sebesar 2,49%,Shanghai merosot 0,30%,dan Taipei turun 2,24%.
Adapun Seoul,Korea Selatan (Korsel),negara tetangga yang berbeda ideologi dengan Korea Utara turun tajam hampir 3,43%. Para analis menyatakan, pasar saham telah memperpanjang kerugian di tengah kegelisahan mengenai masa depan negara komunis tersebut. ”Kematian Kim Jong-il adalah kunci terbaru dalam bekerja. Meskipun rencana suksesi terang, akan ada perubahan meski masih belum diketahui baik atau tidak untuk pasar,” kata ahli strategi IG Market Stan Shamu di Melbourne kemarin.
Kantor berita Yonhap melaporkan, saat ini pemerintah Korsel sedang melanjutkan kebijakan darurat dengan melakukan sebuah pertemuan Dewan Keamanan. Deputi Menteri Keuangan Korsel Choi Jong-ku mengatakan, pihak berwenang di Seoul akan memantau pasar keuangan yang mengkhawatirkan. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melonjak ke 1.199,00 won Korea dari 1.164,30,yang kemudian bergeser ke level 1.175,40. Bank Sentral Korsel sudah menyiapkan langkah-langkah untuk menstabilkan pasar keuangan.
Petugas kepolisian juga sudah disiapkan untuk menjalankan tugas darurat. Di Jepang, kekhawatiran terhadap kelangsungan politik Korut membuat pemerintah pimpinan Perdana Menteri Yoshihiko Noda mengadakan pertemuan darurat membahas keamanan dan respons terhadap perkembangan tersebut. Pada saat bersamaan,pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama segera mengeluarkan pernyataan bahwa Washington terus memonitor situasi.
”Ketidakpastian kian meningkat karena kekhawatiran atas situasi kepemimpinan di Korut,” ujar manajer keuangan Ichiyoshi Management, Mitsushige Akino pada Senin (19/12). Dia menilai, saat ini investor panik sehingga terburu- buru melikuidasi portofolio sahamnya. Menanggapi pemangkasan ratingyang dilakukan lembaga pemeringkat internasional terhadap negara kawasan Eropa, General Manager Divisi Ekuitas SMBC Nikko Securities mengungkapkan,pemotongan tersebut bukan hal baru, melainkan akan membebani sentimen yang ada.
Pada pasar mata uang, euro dibeli sebesar USD1.2992 dan 101,31 yen pada awal perdagangan Senin (19/12) di Asia,dibandingkan dengan USD1.3032 dan 101,37 yen di New York, Jumat (16/12) malam. Sedangkandolardiperdagangkanpada 77,96 yen. Ini merupakan pertama kalinya dalam tiga hari, yen jatuh terhadap dolar. ”Karena kedekatan geografisnya, jika insiden kekacauan terjadi di Korut,Korsel dan Jepang tidak bisa menghindar. Orang-orang tidak mau membeli yen karena risiko tersebut,” kata Koji Fukaya,ketua pakar mata uang di Credit Suisse Group AG,Tokyo.
Meninggalnya Kim juga memengaruhi harga minyak bumi.Harga minyak jenis light sweet pada kontrak utama New York untuk pengiriman Januari turun 43 sen menjadi USD93,10 per barel,sementara minyak mentah brent north sea untuk Februari turun 55 sen menjadi 102,80 yen. Jika ketidakpastian di Korut membuat mata uang won Korea dan euro merosot, mata uang dolar justru naik terhadap yen dan euro. Meningkatnya ketidakstabilan di Pyongyang membuat banyak pihak menganggap dolar sebagai mata uang yang aman. Apalagi euro semakin limbung sebelum Prancis dan Spanyol menjual surat berharga sebesar 7 miliar euro kemarin.
Spanyol juga akan melelang saham-saham pemerintah dalam tiga dan enam bulan mendatang. ”Ada banyak alasan untuk memiliki dolar. Kita tidak melihat kemajuan di Eropa dan kini kita semakin tidak pasti dengan kondisi di Asia dengan apa yang terjadi di Korut,”tutur Sara Yates, pakar mata uang asing di Barclays Plc,London. Dolar menguat 0,2% menjadi USD1,3025 per euro pada 10.53 di London. Dolar juga menguat 0,2% menjadi 77,89 yen. Mata uang Euro hanya mengalami perubahan kecil di level 101,45 yen.Won melemah 1,4% menjadi 1.174,80 setelah sempat menyentuh angka 1.179,95,level terendah sejak 7 Oktober.
”Jika di sana terjadi satu guncangan besar, itu berarti akan ada lebih banyak pembelian dolar.Tapi pasar sudah sangat berisiko dengan reaksi knee-jerk risk-off lebih dari yang Anda perkirakan,” papar Simon Derrick,kepala strategi mata uang di Bank of New York Mellon Corp,London. Menteri-menteri keuangan Uni Eropa menggelar pertemuan kemarin untuk membahas pendanaan tambahan 200 miliar euro melalui Dana Moneter Internasional (IMF). ”Fokus utamanya ialah Prancis dan kemungkinan mereka akan kehilangan peringkat AAA dan itu akan kian melukai euro.Ada pesimisme yang meningkat terhadap euro,” kata Sean Callow, senior strategis mata uang di Westpac Banking Corp, Sydney,Australia.
Euro mengalami depresiasi 2,6% terhadap dolar tahun ini dan 6,5% terhadap yen. ”Perdagangan selanjutnya akan semakin memperburuk euro yang akan terus turun terhadap dolar menuju rekor terendah,” ungkap data Commodity Futures Trading Commission kemarin. chindya citra/ Syarifudin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar