Cari di Sini
Rabu, 21 Desember 2011
UnjukRasa Mesir Memanas Lagi
KAIRO– Bentrok antara demonstran dan aparat keamanan Mesir memasuki hari kelima kemarin. Sedikitnya 12 orang tewas sejak Jumat silam (16/12).
Polisi dan tentara kemarin menembakkan senjata api,gas air mata,dan tongkat pemukul untuk mengusir pengunjuk rasa dari Lapangan Tahrir.
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) yang berkuasa di Mesir kemarin menyangkal tuduhan pihaknya memerintahkan penggunaan militer untuk menghadapi demonstran. Tapi,SCAF mengakui tentaranya memukuli seorang perempuan berjilbab hingga bajunya terbuka dan pakaian dalamnya terlihat. Perempuan itu dipukuli dengan tongkat kayu hingga tampak pingsan kemudian diseret dan ditendangi aparat keamanan. Insiden itu sempat terekam dan videonya diunggah di You- Tube.Kejadian ini mengakibatkan kemarahan rakyat Mesir yang mayoritas muslim.
“Kekuatan yang melanggar kehormatan (wanita),”tulis harian independen Al-Tahrir di atas sebuah foto seorang tentara sedang menyeret seorang perempuan di bagian rambutnya dan tentara lainnya memukulinya dengan tongkat. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengecam kebrutalan aparat terhadap perempuan tersebut. Hillary menuduh penguasa militer Mesir tidak memperlakukan perempuan dengan layak.“Degradasi sistematis terhadap wanita Mesir itu melecehkan revolusi, memalukan negara dan seragam aparat, serta tidak patut bagi rakyat,” kata Hillary saat berpidato di Georgetown University, Washington, mengomentari insiden tersebut.
“Berbagai kejadian di Mesir sangat mengejutkan. Perempuan dipukuli dan dihina di jalanan yang sama tempat mereka mempertaruhkan nyawa untuk revolusi yang hanya beberapa bulan sebelumnya,” ungkap Hillary. SCAF menyangkal pihaknya memberikan perintah untuk menyerang demonstran. “Militer tidak menggunakan kekuatan terhadap demonstran. Orang-orang berupaya merusak negara, tidak menghormati revolusi rakyat 25 Januari,” tutur pejabat senior SCAF Jenderal Adel Emara, dikutip AFP. Menurut SCAF, ada rencana yang berhasil terungkap oleh beberapa pihak untuk membakar gedung parlemen.
“Saya menerima pemberitahuan bahwa sebuah rencana terungkap hari ini untuk membakar parlemen dan di sana sekarang ada massa dalamjumlahbesardiLapangan Tahrir yang siap melaksanakan rencana itu,”kata Emara. Koresponden AFP di Tahrir menjelaskan, tepat saat pernyataan Emara muncul bahwa tidak ada tanda-tanda ketegangan apa pun di lapangan atau di jalanan sekitarnya. Di dekat Lapangan Tahrir terdapat sebuah gedung bersejarah yang menyimpan arsip-arsip nasional yang dihancurkan dan demonstran berupaya menyelamatkan dokumen apa pun yang tersisa.
Emara juga menjelaskan tentang insiden pemukulan terhadap seorang perempuan. “Ya, ini terjadi.Tapi,Anda harus melihat kondisi sekitar (insiden itu).Kami sedang menyelidikinya, kami tidak menyembunyikan apa pun,” ungkapnya, dikutip AFP. Komentar Emara muncul seiring kecaman kelompok hak asasi manusia (HAM) terhadap penasihat SCAF Jenderal Abdelmoneim Kato yang menyebut orang-orang di Tahrir berada di jalanan yang layak dimasukkan dalam tempat pembakaran Hitler.
Mantan Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei yang kini menjadi tokoh oposisi yang dicalonkan sebagai Presiden Mesir mendatang mengatakan, pernyataan Kato menunjukkan pola pikir kejahatan negara. Sejumlah anggota parlemen Mesir yang baru terpilih kemarin mendesak segera diakhirinya kekerasan terhadap demonstran dan meminta investigasi atas berbagai insiden berdarah. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Kimoon menuduh aparat keamanan Mesir menggunakan kekerasan berlebihan terhadap demonstran.
“Ban sangat khawatir dengan memburuknya kekerasan. Hillary mendesak aparat keamanan Mesir menghormati dan melindungi hak asasi manusia seluruh rakyat Mesir,” ujar juru bicara Ban,Martin Nesirky. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menilai kekerasan di Mesir saat ini tidak konsisten dengan proses demokrasi yang sedang berlangsung di negara tersebut. Pengawas HAM, Amnesty International, mendesak negara- negara pemasok persenjataan untuk menghentikan pengiriman untuk militer Mesir.
“ Tidak dapat lagi dibenarkan untuk menyuplai militer Mesir dengan jenis persenjataan, amunisi,dan peralatan lain yang digunakan untuk membantu melakukan aksi-aksi brutal yang kita lihat digunakan terhadap demonstran,” papar Juru Bicara Amnesty Hassiba Hadj Sahraoui. syarifudin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar