MOSKOW– Partai Rusia Bersatu pimpinan Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin meraih 49,5% suara dalam pemilihan umum (pemilu) parlemen yang digelar Minggu (4/12).
Perolehan suara ini merupakan kemunduran besar bagi partai berkuasa,karena empat tahun silam Rusia Bersatu berhasil meraih 64% suara. Rusia Bersatu sekarang hanya mendapatkan 238 dari 450 kursi di majelis rendah Duma. Bandingkan dengan pemilu 2007 saat partai itu meraih 315 kursi. ”Ini hasil optimal yang mencerminkan situasi nyata di negeri ini. Berdasarkan hasil ini kami dapat menjamin pembangunan stabil di negara kita,” ungkap Putin, 59, dikutip Reuters.
Urutan kedua ditempati Partai Komunis yang mendapat 92 kursi di parlemen, dari sebelumnya 57 kursi pada pemilu 2007.Urutan ketiga diraih Partai Rusia Adil yang mendapatkan 64 kursi di Duma, naik dari sebelumnya 38 kursi.Adapun, peringkat keempat ditempati Partai Demokrat Liberal Rusia (LDPR) beraliran nasionalis yang mendapatkan 56 kursi,naik dari 40 kursi.
Hasil pemilu kali ini tampaknya mencerminkan kekhawatiran pemilih dengan pria yang mendominasi politik Rusia selama lebih dari satu dekade dan berencana kembali menjadi calon presiden pada pemilu mendatang. Putin tampaknya masih akan memenangkan pemilu presiden pada Maret 2012. Namun, hasil pemilu parlemen pada Minggu (4/12) dapat mengurangi otoritas Putin yang telah berkuasa 12 tahun dengan berbagai kebijakan keamanan garis keras, kecerdasan berpolitik.
Putin menciptakan citra dirinya sebagai pria yang tangkas,dengan kegiatan menunggang kuda dengan dada telanjang,memburu harimau, dan menerbangkan pesawat tempur. Namun, publik tampaknya mulai jenuh dengan sosok tunggal Putin. Banyak pemilih yang melihat korupsi terus menyebar, menganggap partai berkuasa menciptakan kesenjangan yang semakin besar antara kelompok kaya dan miskin.
Beberapa pihak juga khawatir jika Putin kembali menjadi presiden, kondisi ekonomi dan politik akan stagnan. Putin dan Presiden Rusia Medvedev hadir dalam pertemuan di kantor pusat Rusia Bersatu pada Minggu (4/12) waktu setempat.
Medvedev yang menjabat pada 2008 mengatakan, Rusia Bersatu yang sebelumnya memiliki dua pertiga mayoritas sehingga dapat mengubah konstitusi tanpa dukungan oposisi saat ini bersiap membentuk aliansi dalam sejumlah isu untuk mendapatkan dukungan pengesahan rancangan undang-undang. Jalan bagi Putin kembali ke kursi presiden tampaknya semakin sulit.
Apalagi muncul kesan bahwa pemilih merasa dibodohi oleh keputusannya bertukar jabatan dengan Medvedev tahun depan. Publik juga cemas dengan kemungkinan bahwa Putin akan memimpin Rusia lebih dari satu dekade lagi. Lawan-lawan politik Putin mengatakan, hasil pemilu kali ini dipenuhi kecurangan.
Partai- partai oposisi menganggap pemilu ini tidak adil sejak awal karena otoritas mendukung Rusia Bersatu dengan uang tunai, pengaruh kekuasaan, dan liputan televisi. Pemimpin Partai Komunis Gennady Zyuganov menganggap pemilu ini merupakan yang terkotor sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.”Negara ini tidak pernah melihat pemilu sekotor ini,” ujar Zyuganov pada Reuters.
Menurut Zyuganov, polisi melarang para pengawas pemilu dari Partai Komunis di sejumlah tempat pemungutan suara. ”Beberapa pengawas kami harus dirawat di rumah sakit dengan luka patah tulang,” ujarnya. ”Beberapa kotak suara sudah terisi sebelum pemungutan suara dimulai.” ”Rusia memiliki realitas politik baru meskipun jika mereka menulis lagi semuanya,” tutur Sergei Obukhov,anggota parlemen dari Partai Komunis.
Pengamat menganggap,pemilih saat ini mulai berani mengungkapkan sikapnya.”Banyak pemilih Rusia menentang sistem dan Putin merupakan pemimpin sistem tersebut. Putin mendapatkan suara yang sangat sulit. Untuk selamat secara politik, dia perlu reformasi tapi dia hanya bisa reformasi jika dia mendapatkan banyak kesamaan kepentingan dalam lingkaran kekuasaan,” ungkap pengamat politik Stanislav Kucher pada radio Kommersant FM.
Banyak pemilih mengungkapkan protes terhadap Rusia Bersatu dengan memilih partai- partai oposisi, karena bagi sebagian pemilih,partai merupakan kekuatan oposisi yang paling kredibel.
”Saya memilih menentang Rusia Bersatu untuk mendukung sebagian oposisi di negeri ini. Saya telah melihat sistem satu partai dan kami tidak bisa kembali ke sistem itu,” papar Tamara Alexandrovna, pensiunan di Moskow. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar