LONDON- Anggota parlemen Inggris memanggil Rupert Murdoch dan para eksekutif perusahaannya untuk ditanya tentang skandal penyadapan telepon, kemarin.
Pemanggilan itu bersamaan dengan tuduhan polisi bahwa sejumlah surat kabar milik Murdoch menghalangi investigasi mereka. Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Gordon Brown juga menambah tekanan terhadap kerajaan media Murdoch. Brown menuduh kelompok media Murdoch menyewa para penjahat untuk memperoleh berbagai dokumen pribadinya serta menggunakan beragam cara ilegal untuk mengulik berita tentang penyakit putranya.
Pemerintah Inggris menyatakan pihaknya akan mendukung mosi parlemen yang diajukan oposisi Partai Buruh untuk mendesak Murdoch membatalkan upaya kontroversial mengontrol perusahaan penyiaran satelit BskyB.
Murdoch terbang ke Inggris pada Minggu (10/7) untuk menangani masalah skandal tersebut. Pada Selasa (12/7), dia menggelar pertemuan dengan kepala eksekutif News International Rebekah Brooks yang menjadi pemimpin redaksi News of the World saat terjadi sejumlah penyadapan, dan beberapa petinggi kelompok medianya.
Pengusaha media itu bersedia menghadiri pemanggilan anggota parlemen Inggris tersebut. Dia, putranya, esekutif News Corp James Murdoch, dan Brooks akan hadir sebelum mereka menghadapi berbagai pertanyaan tentang penyadapan dan tuduhan bahwa surat kabar Murdoch membayar polisi untuk mendapat informasi.
“Kami akan bekerja sama dengan permintaan dari komite budaya, media, dan olah raga House of Commons untuk hadir pekan depan,” ungkap pernyataan News International.
Skandal penyadapan yang berlangsung bertahun-tahun itu membuat Murdoch menutup tabloid News of the World yang telah berusia 168 tahun pada pekan lalu. Secara tidak langsung, kasus tersebut membuat pemerintah Inggris mempertimbangkan ulang upaya News Corp menguasai saham mayoritas BskyB.
Tapi Murdoch bukan satu-satunya orang yang berada dalam tekanan. Para pejabat polisi senior juga dipanggil komite parlemen Inggris pada Selasa (12/7) untuk menjelaskan mengapa penyelidikan mereka terhadap News of the World pada 2006 gagal mengungkap semua skandal yang tercium sekarang.
Asisten Komisaris Scotland Yard John Yates yang memutuskan untuk tidak membuka lagi investigasi pada 2009 itu menyatakan penyesalan atas keputusannya dan meminta maaf pada para korban. Tapi Yates mengecam News International karena tidak menyerahkan bukti-bukti penting. “Bukti yang seharusnya kami miliki pada 2005-2006 dan pada 2009 hanya yang saat ini diberikan oleh News International. Perusahaan itu jelas mengecoh kami,” katanya.
Yates juga mengaku bahwa teleponnya juga disadap pada 2005 hingga 2006. Tapi dia menyangkal bahwa dia memutuskan untuk tidak membuka lagi penyelidikan polisi karena dia khawatir data pribadinya akan bocor di media massa.
Kepala komite parlemen Keith Vaz menyatakan dia mendapati Yates tidak meyakinkan.
Investigasi polisi yang baru dibuka pada Januari dan kini para petugas harus meneliti 11.000 dokumen yang disita dari detektif swasta Glen Mulcaire yang dipenjara pada 2007 sebagai hasil investigasi awal.
Peter Clarke, mantan deputi asisten komisaris polisi yang mengawasi penyelidikan awal juga menuduh News International memegang bukti-bukti. “Ini sebuah organisasi global besar dengan akses pada penasehat hukum terbaik, dalam pandangan saya berupaya menggagalkan investigasi polisi,” kata Clarke pada komite parlemen.
Clarke membela keputusannya untuk tidak menyelidiki lagi 11.000 dokumen saat itu dengan mengatakan bahwa saat itu terjadi pengeboman Juli 2005 di London sehingga operasi kontraterorisme menjadi prioritas aparat penegak hukum.
Sejumlah klaim mengatakan, dalam 11.000 dokumen itu terdapat berbagai tuduhan bahwa tabloid terlaris di Inggris itu menyadap voicemail seorang remaja yang terbunuh dan kerabat para tentara yang tewas. Pengungkapan skandal ini membuat publik Inggris marah.
Pemimpin Partai Buruh Ed Miliband mengatakan, skandal ini merupakan penghinaan terhadap keluarga gadis pelajar Milly Dowler yang terbunuh. Telepon Dowler diduga disadap saat Rebekah Brooks masih menjadi kepala eksekutif News International. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar