LONDON- Perdana Menteri (PM) Australia Julia Gillard kemarin memperingatkan bahwa sayap kerajaan media Rupert Murdoch menghadapi berbagai pertanyaan sulit saat publik menyerukan penyelidikan atas skandal penyadapan telepon.
Gillard menolak berkomentar tentang pemeriksaan yang dilakukan anggota parlemen Inggris terkait skandal yang dilakukan tabloid News of the World. Tapi Gillard menyatakan, publik Australia sangat menyoroti skandal tersebut.
“Saya tidak ingin mengomentari pemeriksaan itu, tapi saya yakin rakyat Australia memperhatikan News Limited di sini dan ingin mengetahui jawaban News Limited untuk beberapa pertanyaan sulit,” papar PM Gillard kemarin, seperti dikutip AFP.
News Limited merupakan sayap media News Corp di Australia. News Limited mendominasi media lokal dengan sejumlah surat kabar, televisi, internet dan media massa lainnya.
Menanggapi komentar sinis Gillard, kepala News Limited John Hartigan menyebut komentar PM Australia itu tidak berdasar dan sangat disesalkan. “Mutlak tidak ada hubungan antara berbagai kejadian di Inggris dan bisnis kami di Australia. Tidak ada bukti bahwa tindakan serupa terjadi di News Limited di Australia,” papar Hartigan.
News Limited sudah memeriksa semua pembayaran yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir untuk memastikan bahwa mereka bekerja sesuai hukum. Hartigan menjelaskan, perusahaannya akan senang merespon berbagai pertanyaan dari Gillard. “Tidak ada yang lebih memperhatikan tentang apa yang terjadi di Inggris daripada kami,” tegasnya.
Sementara itu Rupert Murdoch menyatakan tidak dapat bertanggung jawab atas skandal di tabloid News of the World. Menurutnya, dia dikhianati oleh orang yang dia percaya.
Pemilik News Corporation itu mengaku tidak mengetahui terjadinya skandal penyadapan telepon itu. Murdoch juga menegaskan, dia telah dikelabui oleh sejumlah stafnya. Hearing kali ini merupakan pertama kalinya Murdoch menghadapi pemeriksaan langsung oleh anggota parlemen Inggris dalam 40 tahun karir medianya.
Saat Murdoch ditanya apakah dia bertanggung jawab atas semua skandal itu? Murdoch menjawab, “Tidak.”
Saat Murdoch ditekan tentang siapa yang dia salahkan atas skandal tersebut, Murdoch menjawab, “Orang yang saya percaya untuk menjalankannya dan kemudian, orang yang mereka percaya.”
Tapi Murdoch menegaskan, “Saya sangat shock, terkejut, dan malu saat saya mendengar tenang kasus Milly Dowler dua pekan silam.” Dowler merupakan seorang gadis remaja yang tewas. News of the World dituduh menyadap telepon remaja tersebut.
Murdoch juga mengatakan, tidak ada bukti bahwa surat kabar miliknya menargetkan korban 9/11 untuk disadap teleponnya. Tuduhan itu membuat FBI melakukan investigasi di Amerika Serikat (AS).
Saat memasuki dua jam hearing, seorang pengunjuk rasa menyerang Rupert Murdoch dengan sepotong kue saat raja media itu memberi keterangan pada anggota parlemen. Pelaku penyerangan ialah seorang pria yang memakai kaus. Dia melompat dan menyerang Murdoch dengan sepotong kue yang dilapisi krim, tapi pelaku penyerangan segera ditangkap dan digiring polisi untuk diamankan.
Hearing itu sempat terhenti 10 menit, kemudian dilanjutkan lagi. Surat kabar Guardian dan Sky News menyebutnya sebagai seorang comedian bernama Jonnie Marbles. Dalam pesan Twitter milik pelaku, beberapa saat sebelum penyerangan dilakkan, Marbles menulis, “Ini satu tindakan yang jauh lebih baik daripada yang saya lakukan sebelumnya.”
“Pria berusia 26 tahun itu ditangkap atas tuduhan penyerangan dalam pertemuan public. Dia masih dalam tahanan,” ungkap pernyataan Scotland Yard, dikutip AFP.
Penyerangan terjadi sebelum komite parlemen menyelesaikan berbagai pertanyaan pada Murdoch terkait skandal yang melilit tabloid terlaris di Inggris, News of the World.
Selama mendengarkan keterangan James Murdoch, 38, pemimpin News International, beberapa kali tapi gagal saat berusaha menambahi keterangan ayahnya. James mengakui, News International membayar biaya legal Glenn Mulcaire, seorang penyelidik swasta yang dipenjara pada 2007 saat skandal penyadapan telepon pertama kali terungkap beberapa tahun silam.
Sedangkan Rebekah Brooks yang mundur dari jabatan kepala eksekutif News International pada Jumat silam dan menjadi pemimpin redaksi News of the World saat skandal penyadapan terjadi, juga memberi keterangan pada anggota parlemen Inggris.
Brooks mengatakan, penyadapan telepon Dowler sangat mengerikan dan menjijikkan. Tapi dia menegaskan tidak tahu apa yang terjadi hingga tabloid tersebut mengetahui kasus itu dari polisi yang mendapat keterangan pengacara aktris Sienna Miller yang juga menjadi korban penyadapan. Skandal itu muncul pada 2010. Brooks, 43, ditahan dan dibebaskan bersyarat pada Minggu (17/7) dalam dakwaan penyadapan telepon dan penyuapan oknum polisi.
Sementara kemarin, Murdoch berjanji News Corp akan bangkit menjadi sebuah perusahaan yang lebih kuat, setelah diguncang skandal penyadapan telepon tersebut. Dia menegaskan tidak akan pernah mentoleransi aktivitas illegal semacam itu lagi.
“Saya ingin anda semua tahu bahwa saya memiliki keyakinan besar bahwa kita akan bangkit sebagai perusahaan yang lebih kuat. Akan memerlukan waktu bagi kita untuk membangun ulang kepercayaan dan keyakinan, tapi kami bertekad menghidupkan harapan para pemegang saham, konsumen, kolega, dan mitra kita,” ujar Murdoch pada para staf kerajaan medianya.
Murdoch mengatakan, “Saya terkejut dan ngeri dengan berbagai tuduhan terbaru terhadap News of the World, dan saya sangat meminta maaf atas luka yang diakibatkannya. Dan kami telah mengambil tanggung jawab. Saya telah memimpin perusahaan ini selama lebih dari 50 tahun dan selalu menyebarkan semangat keberanian.”
“Tapi saya tidak pernah menoleransi perilaku semacam itu yang disebutkan selama beberapa pekan terakhir. Itu tidak ada tempat di News Corporation. Berbagai tuduhan serius itu dilakukan oleh beberapa mantan karyawan kita di News of the World yang sangat bertentangan dengan kode etik kita dan tidak mecerminkan tindakan dan keyakinan sebagian besar pegawai kita,” tegas Murdoch.
Sementara itu, istri Murdoch, Wendi Deng kian populer seiring kasus yang dialami kerajaan media suaminya. Deng membela suaminya yang menurutnya memiliki loyalitas dan ambisi yang kuat. Perempuan Amerika kelahiran China itu dikenal sebagai orang berpengaruh dalam salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia tersebut.
Deng bertemu calon suaminya saat bekerja di perusahaan Star Television milik Murdoch di Hong Kong. Teman-temannya menyebut Deng sebagai pakar jaringan dengan ambisi besar. Deng lahir di kota Xuzhou, China, pada 1968 saat gejolak Revolusi Budaya. Dia meninggalkan China pada usia 19 tahun untuk belajar di Amerika Serikat, tempat dia berteman dengan pasangan Amerika Jake dan Joyce Cherry.
Deng awalnya tinggal di rumah pasangan tersebut di California, tapi pindah setelah Joyce mengetahui bahwa Deng dan Jake memiliki hubungan khusus. Deng dan Jake kemudian menikah, tapi bercerai setelah kurang dari tiga tahun bersama. Selama pernikahan itu Deng menjadi warganegara AS. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar