WASHINGTON- Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) mendesak penyelidikan resmi, termasuk investigasi FBI, untuk mengetahui apakah skandal penyadapan telepon yang dilakukan kerajaan media Rupert Murdoch mencapai Negeri Paman Sam.
Kepala Komite Keamanan Dalam Negeri DPR (House) AS Peter King dari Partai Republik, mendesak Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Robert Mueller menyelidiki apakah pegawai News Corp menargetkan rekaman telepon para korban serangan 11 September 2001.
“Keluarga korban 9/11 sudah menderita, tapi malangnya mereka tetap harus menghadapi aktivitas penyadapan semacam itu. Kami akan terus mendukung mereka,” ungkap King dalam surat yang ditujukan pada Mueller. “Semua yang terbukti bersalah harus mendapatkan sanksi terberat berdasarkan hukum.” King juga mewakili satu distrik New York yang 150 warganya tewas dalam serangan 9/11.
Sebelumnya, Senator Jay Rockefeller dan Barbara Boxer dari Partai Demokrat mendesak Jaksa Agung AS Eric Holder dan Mary Schapiro, kepala Komisi Bursa dan Sekuritas yang mengawasi Wall Street, untuk menyelidiki apakah undang-undang AS telah dilanggar oleh kerajaan media Murdoch.
Para anggota parlemen yang berada dalam Komite Pekerjaan Umum, Lingkungan, dan Perdagangan Senat AS juga mengutip laporan bahwa pegawai Murdoch menargetkan telepon-telepon korban serangan 11/9.
“Laporan tuduhan terhadap News Corporation sangat serius, menunjukkan aktivitas ilegal dan melibatkan ribuan korban potensial,” kata para anggota parlemen dalam surat yang ditujukan pada Holder dan Schapiro. “Penting untuk memastikan tidak ada undang-undang AS yang dilanggar dan tidak ada warganegara AS yang menjadi korban.”
Mereka juga menekankan tuduhan bahwa pegawai News Corp milik Murdoch, telah menyuap polisi Inggris sebagai bagian dari skandal penyadapan. Anggota parlemen AS mengatakan, tindakan itu dapat melanggar undang-undang AS, Akta Praktek-praktek Korupsi Asing (FCPA). News Corp memiliki kantor pusat di AS.
Senator Robert Menendez dari Partai Demokrat menulis surat pada Holder secara terpisah, untuk mendesak penyelidikan atas tuduhan oleh seorang anggota parlemen Inggris bahwa pegawai Murdoch menyadap telepon-telepon para korban serangan 9/11 sepuluh tahun silam.
“Pemerintah AS harus memastikan bahwa para korban di AS tidak menjadi subjek aksi-aksi ilegal dan tidak berbudi oleh surat kabar-surat kabar yang hendak mengeksploitasi tragedi seseorang demi keuntungan,” ujar Menendez.
Senator Frank Lautenberg dari Demokrat juga menulis pada Holder dan Schapiro agar mendorong investigasi. “Investigasi selanjutnya mungkin mengungkap bahwa laporan saat ini hanya goresan permukaan masalah di News Corporation,” tuturnya.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney menyatakan, “Isu ini tidak ada dalam radar kami meski kami menyadarinya.”
Tapi Rockefeller, mantan ketua komite intelijen Senat AS menjelaskan pada wartawan, investigasi akan menyeret para kriminal. “Ini akan menjadi isu besar,” tegasnya. Rockefeller mendorong semua lembaga terkait dalam pemerintahan AS menyelidiki tuduhan penyadapan oleh kerajaan media Murdoch.
Sementara itu, anggota parlemen Inggris kemarin menggelar rapat untuk memutuskan apakah mereka akan memanggil kepala eksekutif News International Rebekah Brooks untuk dimintai keterangan tentang skandal penyadapan telepon tersebut.
Komite media parlemen Inggris juga ingin meminta keterangan dari Rupert Murdoch dan James Murdoch, tapi mereka tidak dapat memaksa keduanya untuk hadir di parlemen karena mereka bukan warganegara Inggris.
Rupert Murdoch telah menutup tabloid terbesar di Inggris, News of the World, setelah terungkap skandal penyadapan telepon. Dia juga mencabut tawarannya untuk mengontrol perusahaan penyiaran satelit BskyB.
Sementara itu, seorang pria berusia 60 tahun ditahan terkait kasus penyadapan telepon tersebut. BBC melaporkan, pria itu bernama Neil Wallis, matnan redaktur pelaksana News of the World. Wallis ditahan oleh aparat kemarin pagi dan telah diinterogasi di sebuah kantor polisi di barat London atas tuduhan konspirasi menyadap komunikasi. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar