DAMASKUS – Tim pemantau gencatan senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa 
(PBB) mulai bekerja di Suriah kemarin. Mereka akan memastikan pasukan 
pemerintah dan oposisi menghormati gencatan senjata. 
Tim yang terdiri atas tiga 
pemantau itu tiba di Damaskus pada Minggu (15/4) malam dipimpin Kolonel 
Ahmed Himmiche dari Maroko.“Misi akan dimulai dengan mendirikan kantor 
pusat operasi pagi ini serta bertemu pemerintah Suriah dan pasukan 
oposisi,sehingga kedua pihak memahami sepenuhnya peran pemantau PBB,” 
papar Juru Bicara Utusan Liga Arab dan PBB Kofi Annan,Ahmad Fawzi, 
dikutip Reuters. “Sisanya 25 orang diharapkan tiba dalam beberapa hari 
lagi,”kata Fawzi. 
Dewan Keamanan PBB sepakat mengirimkan 
pemantau tak bersenjata untuk mengawasi gencatan senjata yang secara 
resmi dimulai Kamis (12/4) lalu. Menurut Fawzi, Dewan Keamanan PBB 
diperkirakan mengadopsi resolusi kedua pada akhir pekan untuk 
mengesahkan pengerahan misi pemantau penuh yang terdiri atas 250 
pemantau,termasuk pakar hak asasi manusia (HAM). 
“Sebanyak 25 
orang lagi akan terlibat dalam misi pemantau. Mereka berasal dari Timur 
Tengah dan Afrika, sehingga kami dapat mengirimkan orang secepatnya dan 
mereka berpengalaman di kawasan itu,” papar juru bicara departemen 
penjaga perdamaian PBB Kieran Dwyer,dikutip AFP. Misi mereka hanya satu 
dari enam poin rencana damai yang disepakati Assad dengan Annan. 
Annan
 yang merupakan mantan sekretaris jenderal PBB itu ingin ada lebih dari 
200 pemantau di Suriah. Namun, Dewan Keamanan PBB menyatakan misi 
pemantau penuh hanya akan dikirimkan jika kekerasan berhenti. Kantor 
berita pemerintah Suriah, SANA, melaporkan bahwa Damaskus menyambut 
kehadiran misi pemantau dan berharap pemantau akan melihat berbagai 
kejahatan yang dilakukan kelompok teroris bersenjata. 
Misi 
pemantau itu menanggung tugas berat karena negara- negara Barat 
meragukan komitmen rezim Suriah melakukan gencatan senjata.Apalagi, ada 
laporan bahwa pasukan pemerintah masih menembaki basis-basis pemberontak
 dan bertempur dengan pejuang oposisi. Kehadiran pemantau di Suriah 
tampaknya tidak mengurangi kekerasan yang terjadi di negara tersebut. 
Hanya
 beberapa jam setelah tim pemantau PBB tiba di Damaskus,kekerasan 
terjadi di pusat Kota Hama dan Idlib.“Pasukan pemerintah Presiden Suriah
 Bashar al- Assad menewaskan dua warga sipil di pusat Kota Hama dan 
terjadi pertempuran melawan pemberontak di Idlib dan Homs,”papar 
Pengawas Suriah untuk HAM (SOHR). 
Sejak gencatan senjata Kamis 
(12/4), sedikitnya 41 orang tewas dalam kekerasan di penjuru Suriah. 
Menurut SOHR, pasukan rezim juga bertempur melawan pemberontak di 
Khaldiyeh dan Bayyada, pusat Kota Homs,sehari setelah lima warga sipil 
tewas di sana. Otoritas menyatakan pemberontak mengintensifkan serangan 
terhadap pasukan keamanan dan warga sipil.
Rezim Suriah 
memperingatkan akan membalas serangan pemberontak tersebut. “Pasukan 
keamanan akan mencegah kelompok-kelompok teroris melanjutkan serangan 
kriminal mereka,”ujar seorang pejabat militer kepada SANA.Dia menuduh 
pemberontak sengaja meningkatkan kekerasan untuk merusak gencatan 
senjata. Jika gencatan senjata gagal, yang disalahkan oleh Barat ialah 
rezim Suriah, bukan pemberontak. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar