Rakyat Malaysia yang haus reformasi terus
mendesak pemerintah untuk demokrasi yang lebih hakiki. Kehadiran gerakan Bersih
3.0 di 41 kota di 14 negara, tidak bisa lagi dianggap remeh oleh Negeri Jiran
itu.
Bagaimana tidak? Bersih 3.0 hari ini bertekad
menggelar pawai serempak di 41 kota di 14 negara penjuru dunia. Tanggapan
pemerintah Malaysia terhadap gerakan ini pun menjadi semakin sinis. Padahal
sebelumnya, pemerintah mengijinkan pawai-pawai itu digelar.
“Pemerintah Malaysia harus memahami bahwa
gerakan Bersih tidak akan berhenti hingga reformasi pemilu dan demokrasi yang
berkelanjutan dan jangka panjang dapat dilaksanakan,” tutur Yolanda Augustin,
perwakilan Global Bersih di Inggris, pada Malaysia Chronicle.
Sebagai kelompok penekan, Bersih menggelar
pawai pertama pada 2007 setelah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Malaysia
Najib Razak dianggap gagal membersihkan sistem pemilu dari praktek-praktek
kecurangan. Proses pemilu di negara itu dianggap penuh kecurangan karena Komisi
Pemilu, polisi, dan otoritas lainnya dituduh berkonspirasi untuk memenangkan
koalisi berkuasa Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Organisasi Nasional Melayu
Bersatu (UMNO).
Banyak sekali “pemilih hantu” yakni mereka
yang berpindah-pindah lokasi untuk memberikan suara, menggandakan nama, dan
Komisi Pemilu menolak mempublikasikan daftar pemilih untuk diperiksa secara
independen oleh para pemantau. Berbagai hal itulah yang membuat Bersih bertekad
menggelar pawai ketiga pada 28 April.
Di Malaysia, sejumlah pawai akan digelar di
semua negara bagian. Adapun di Kuala Lumpur, pemerintah tampaknya sangat
mengantisipasi pawai yang akan digelar di Dataran Merdeka atau Lapangan Merdeka
untuk menunjukkan solidaritas dan kekecewaan terhadap pemerintahan Najib.
Tentu saja, Najib berusaha meyakinkan publik
bahwa pemerintahannya memenuhi tuntutan reformasi proses pemilu. Dia telah
mengusulkan beberapa undang-undang baru yang menurut pemerintahannya mendorong
kebebasan hak asasi manusia dan demokrasi yang lebih luas terhadap rakyat
Malaysia.
Meski demikian, sejumlah pemimpin oposisi,
civil society, dan NGO internasional mengecam janji-janji pemerintah. Mereka
menuduh sejumlah undang-undang baru itu justru lebih memperkuat kontrol
pemerintah dan kepolisian daripada sebelumnya.
Pengamat menyatakan, korupsi yang menjadi
masalah klasik, saat ini semakin meluas dan justru terkesan ditoleransi
pemerintah Malaysia. Partai UMNO yang berkuasa secara terbuka membela para
petinggi partai yang terjerat skandal mengkorupsi uang negara.
Ditambah lagi adanya kenaikan harga kebutuhan
pokok, biaya hidup, dan harga properti yang semakin mahal, membuat rakyat
Malaysia semakin gerah terhadap pemerintah. Pendek kata, anggota Bersih 3.0
atau bukan, rakyat Malaysia kian tidak percaya pada pemerintah.
“Penggerak Bersih 3.0 adalah tumbuhkan
kekuatan rakyat Malaysia di dalam dan luar negeri, yang mendesak pemilu jujur
dan adil, yang dapat dipertanggung jawabkan dengan sistem pemilu yang
transparan dan bebas korupsi,” ungkap pernyataan Global Bersih.
“Pada 28 April 2012, rakyat Malaysia yang
beradi di Dataran Merdeka harus tahu mereka tidak berjuang sendiri. Rakyat
Malaysia di Inggris, Eropa, seluruh Asia, Amerika Serikat (AS), Kanada, Timur
Tengah, dan tempat lainnya, berdiri bersama Anda dalam semangat dan untuk
alasan bahwa Kuala Lumpur telah menyatukan kita semua,” papar Global Bersih.
Pawai juga digelar di Washington DC, New York,
Tokyo, Beijing, Toronto, Paris, London, Seoul, Dubai, Zurich, dan seluruh ibu kota
negara bagian Australia.
Desakan
Bersih
Gerakan Bersih 3.0 saat ini merupakan
kelanjutan dari Bersih 2.0 yang digelar sebelumnya. Tuntutan yang dimiliki
Bersih 2.0 adalah bersihkan daftar pemilih, reformasi kertas suara, gunakan
tinta penanda yang tidak dapat dihapus, minimal 21 hari periode kampanye, akses
yang bebas dan terbuka untuk media, penguatan institusi publik, hentikan
korupsi, dan hentikan politik kotor.
Bersih menganggap pemerintah Malaysia hanya
melaksanakan satu dari delapan tuntutan tersebut, setelah proposal Bersih
diberikan pada Parlemen oleh Komite Pemilihan Parlemen (PSC). Karena itulah,
Bersih merasa harus menggelar pawai lagi untuk mendesak pemerintah melaksanakan
seluruh tuntutan mereka.
Selain meneruskan desakan dalam Bersih 2.0,
Bersih 3.0 memiliki tiga tuntutan lainnya. Pertama Komisi Pemilu harus
dibubarkan karena dianggap gagal dalam menjalankan tanggung jawab dan
kehilangan kepercayaan publik. Kedua, proses pemilu harus dibersihkan sebelum
Pemilihan Umum ke-13. Ketiga, mengundang pemantau internasional untuk mengawasi
Pemilu ke-13.
Bersih menegaskan bahwa gerakannya tidak
membawa isu yang diusung partai-partai oposisi. Mereka menyatakan gerakannya
menginginkan keadilan sosial dan politik di negeri tersebut. Untuk alasan yang
universal itulah, mayoritas rakyat Malaysia menganggap unjuk rasa itu dapat
dibenarkan dan diterima.
“Ini tidak dapat dianggap melanggar hukum
dalam demokrasi. Pawai damai ini untuk memastikan bahwa pemerintahan mana pun
yang mendapat mandat harus menaati hukum dan melihat pelaksanaan hukum dalam
proses pemilu,” papar pernyataan Bersih, dikutip laman Malaysia Chronicle.
Menurut Bersih, saat seluruh ruang-ruang
demokrasi untuk mengekspresikan kekecewaan publik tertutup bagi mereka, dan
pemerintah menjadi terlalu arogan untuk berpikir bahwa kekuasaan merupakan
kekuatan, rakyat memiliki hak untuk memperbaiki pemerintah melalui protes
damai.
Gelombang
Protes
Bersih mengumumkan pawai ketiga pada 4 April
setelah Komite Pemilihan Parlemen yang didominasi anggota parlemen Barisan
Nasional-UMNO menolak reformasi yang diusulkan komite Bersih. Pemimpin Bersih
Ambiga Sreenevasan dan tokoh nasional A Samad Said menuding Najib terburu-buru
menggelar pemilu sebelum reformasi pemilu dapat dilakukan.
Reformasi pemilu sangat beresiko bagi peluang
UMNO-Barisan Nasional pada pemilu ke-13 di negara itu. Pemilu tersebut
diperkirakan digelar pada pertengahan Juni. UMNO-BN telah berkuasa di Malaysia
selama 56 tahun. Pemerintahan mereka dipertahankan dengan kekuasaan yang hampir
absolut dengan sejumlah peraturan yang dibuat untuk kepentingan mereka.
Pada 2011, Bersih menggelar pawai kedua pada 9
Juli yang diikuti lebih dari 50.000 orang. Karena khawatir gerakan itu akan
seperti Kebangkitan Arab yang menggulingkan rezim Tunisia, Mesir, dan Libya,
Najib segera melancarkan operasi untuk melumpuhkan gerakan ini. Tindakan
pemerintah itu semakin membuat geram rakyat Malaysia.
Pemerintah Malaysia saat itu menahan ribuan
orang, melarang Bersih 2.0 dan melarang publik mengenakan kaos warna kuning.
Tindakan ini membuat citra Najib sebagai seorang negarawan luntur di mata
rakyatnya.
Keberhasilan Bersih 2.0 menggerakkan massa
mencatatkan sejarah tersendiri di Negeri Jiran itu. Desakan rakyat untuk
reformasi dan perubahan semakin bergabung menjadi gerakan serius. Rakyat
Malaysia tampaknya telah bosan hanya bisa berkeluh kesah tanpa melakukan aksi
nyata untuk mendorong reformasi. Mereka menginginkan tindakan nyata pemerintah
dan mereka akan memastikan desakan itu didengar rezim Najib.
Civil
Society Memimpin
Tentu saja, Pakatan Rakyat yang dipimpin tokoh
oposisi Anwar Ibrahim mendukung gerakan Bersih, karena reformasi pemilu akan
menolong peluang oposisi meraih kursi lebih banyak. Namun jangan salah, Bersih
terdiri dari sangat banyak gerakan civil society dan para aktivis dari berbagai
gerakan. Itu artinya, Bersih dapat membuat berbagai keputusan mereka secara
independen tanpa keterikatan dengan organisasi atau partai politik tertentu.
“Pelajar tidak perlu khawatir menunjukkan dukungan
mereka untuk pemilu yang jujur dan adil, karena ini akan menciptakan dunia yang
berbeda untuk keluarga mereka di dalam negeri,” ungkap David Teoh, koordinator
Global Bersih di Melbourne, Australia.
Selain Bersih, gerakan Himpunan Hijau 3.0 juga
sangat populer bagi rakyat Malaysia. Himpunan Hijau 3.0 menggelar protes
pembangunan pabrik pengolahan mineral langka Lynas di Gebeng, Pahang. Gerakan
itu dibentuk oleh para aktivis lingkungan yang khawatir dengan resiko kesehatan
dan radiasi radioaktif akibat dari pabrik mineral langka tersebut. Himpunan
Hijau 3.0 juga akan menggelar unjuk rasa hari ini di Kuala Lumpur.
Para mahasiswa sudah bersiap menggelar pawai
di Dataran Merdeka. Mahasiswa dari penjuru negeri itu telah mendirikan
tenda-tenda dan menolak membubarkan diri meskipun otoritas bertekad membubarkan
demonstrasi mereka.
Awalnya, unjuk rasa mahasiswa itu bertujuan
memprotes skema pinjaman uang untuk pendidikan mahasiswa. Mereka menganggap
skema pinjaman itu membuat mereka menanggung utang yang besar saat mereka
sedang merintis karirnya. Mahasiswa menuntut pendidikan gratis untuk perguruan
tinggi. Namun dengan adanya isu reformasi pemilu yang diusung beberapa gerakan
lain, para mahasiswa tampaknya akan turut menyuarakan masalah tersebut.
Yang pasti, munculkan gerakan Bersih, Himpunan
Hijau, dan demo mahasiswa, menjadi isyarat kekecewaan rakyat yang tidak
terbendung terhadap pemerintahan yang tidak responsif dan sangat otoriter. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar