Presiden Assad dan istrinya Asma membagikan bantuan. |
DAMASKUS – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menilai Suriah gagal memenuhi kewajiban menarik pasukan dan persenjataan berat dari wilayah perkotaan. Dalam surat pada Dewan Keamanan PBB, Ban juga menyerukan perpanjangan misi pemantau dari tim berjumlah kecil yang sudah berada di Suriah, menjadi 300 pemantau.
Kekerasan terus terjadi di Suriah dan mengancam menggagalkan gencatan senjata yang dimulai sepekan silam. Meski demikian, Ban juga menyatakan ada peluang untuk perbaikan. “Meskipun pasukan Suriah tidak ditarik dari kota-kota dan kekerasan meningkat sejak gencatan senjata dimulai, peluang untuk perbaikan mungkin ada sekarang, yang perlu kita bangun,” papar laporan yang ditulis Ban untuk Dewan Keamanan PBB, dikutip AFP.
Ban ingin 300 pemantau dikirim untuk misi tiga bulan di Suriah.Para pemantau itu akan dikirimke 10 lokasiberbeda,untuk mengawasi gencatan senjata yang dimulai 12 April silam. Pemantau juga mengawasi pelaksanaan rencana damai yang digagas Utusan Liga Arab dan PBB Kofi Annan yang telah disetujui pemerintah Suriah. “Misi akan memiliki kontribusi besar dalam pengawasan dan penegakan komitmen semua pihak untuk menghentikan kekerasan bersenjata dalam segala bentuk,”papar Ban.
Laporan Sekjen PBB sedang dibahas Dewan Keamanan. Para diplomat menjelaskan, resolusi untuk mengizinkan misi pengawas penuh dapat disetujui paling cepat pekan depan jika semua 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB mendukungnya. Dewan Keamanan PBB meminta Ban memberikan laporan lagi saat lembaga itu mengesahkan resolusi pada Sabtu (21/4), untuk mengirim 30 pemantau militer tak bersenjata ke Suriah.
PBB menyatakan lebih dari 9.000 orang tewas di Suriah sejak Maret 2011. Menurut Ban,kekerasan menurun saat gencatan senjata dimulai.Namun, Suriah belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban awal terkait aksi dan pengerahan pasukan dan persenjataan beratnya,atau untuk menarik mereka kembali ke barak.“Insiden kekerasan dan laporan korban meningkat lagi dalam beberapa hari terakhir, dengan laporan terjadinya penembakan di wilayah sipil dan pelanggaran oleh pasukan pemerintah,”kata Ban.
Sekjen PBB mengatakan, hanya aksi parsial yang dilakukan di beberapa bagian rencana damai Annan.“Meskipun sulit untuk dinilai, masih belum jelas sinyal yang diharapkan dari pemerintah Suriah,” tuturnya,dikutip BBC. Ban menegaskan, sangat kritis bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk melaksanakan sepenuhnya janji menarik pasukan dan persenjataan berat dari pusat-pusat populasi, dan mulai menarik sejumlah konsentrasi militer di dalam dan sekitar pusat-pusat populasi.
Saat ini ada delapan pemantau di Suriah yang dipimpin seorang kolonel asal Maroko. Misi penuh akan dipimpin oleh pejabat militer dengan pangkal paling rendah mayor jenderal. Ban menyatakan, tim itu ditolak izinnya oleh pejabat Suriah untuk menuju Kota Homs. Pejabat Suriah beralasan masalah keamanan.Aktivis melaporkan terjadi penembakan di berbagai wilayah yang dikuasai pemberontak di Homs dalam beberapa hari terakhir.
Misi pemantau itu pergi ke pusat revolusi, Deraa, pada Selasa (17/4), di mana mereka menikmati kebebasan bergerak. “Tidak ada kekerasan bersenjata atau persenjataan berat,” papar misi pemantau PBB. Namun, Sekjen PBB mengonfirmasi insiden kekerasan saat misi pemantau pergi ke Arbeen, di pinggiran Damaskus pada Rabu (18/4).“Massa yang merupakan bagian demonstrasi oposisi memaksa mobil-mobil PBB menuju ke pos pemeriksaan.
Massa dibubarkan dengan menembakkan senjata api. Pihak yang menembakkan senjata tidak dapat diketahui oleh pemantau PBB. Satu mobil PBB rusak ringan tapi tim pemantau tidak ada yang terluka,”papar laporan Sekjen PBB. Ban menjelaskan,misi baru yang disebut Misi Supervisi PBB di Suriah,(UNSMIS),akan melibatkan pemantau bidang politik, hak asasi manusia (HAM), masalah sipil, informasi publik,keamanan publik, gender, dan penasihat lainnya.
Namun, misi ini tidak akan membawa petugas bantuan kemanusiaan. Sementara itu,Prancis akan menggelar pertemuan para menteri luar negeri yang menjadi anggota “Teman-teman Suriah”. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menyerukan koridor kemanusiaan didirikan di Suriah.“Solusinya ialah mendirikan koridor kemanusiaan sehingga oposisi dapat eksis di Suriah,” paparnya pada radio Europe 1.
Rusia yang tidak menghadiri pertemuan “Teman-teman Suriah” itu menilai forum itu tidak bertujuan menemukan landasan untuk dialog di Suriah, tapi mendukung oposisi. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Liu Weimin mengatakan, negaranya mempertimbangkan untuk mengirim tim pemantaunya sendiri ke Suriah. ● syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar