LONDON – Duka merebak di Southampton kemarin.Kota pelabuhan di Inggris selatan itu diselimuti keharuan ketika lebih dari 650 orang berkumpul untuk mengenang pelayaran perdana kapal pesiar mewah Titanic 100 tahun silam. Siang,10 April 1912,Titanic meninggalkan pelabuhan Southampton dan memulai perjalanan panjang menuju New York, Amerika Serikat.
Namun,mimpi itu tidak pernah terwujud. Kapal berjuluk The Unsinkable (tidak mungkin tenggelam) itu karam di dasar Samudera Atlantik setelah menabrak gunung es, 15 April 1912. Southampton merupakan kediaman lebih dari sepertiga penumpang Titanic. Ratusan orang yang mendatangi pelabuhan kota itu kemarin merupakan keturunan penumpang yang tewas dalam tragedi memilukan tersebut.
Mereka menabur bunga ke laut,tempat kapal milik perusahaan pelayaran White Star Line itu melepaskan tambatan.Mereka juga mengheningkan cipta untuk mengenang seluruh korban yang mencapai 1.514 orang. Rekaman peluit Titanic dibunyikan tepat 100 tahun Titanic mulai berlayar. Acara diakhiri dengan lagu himne Nearer My God to Thee yang konon dimainkan para musisi di kapal saat Titanic mulai karam.
Vanessa Beecham, seorang warga, mengucapkan doa untuk pamannya,Edward Biggs, petugas pemadam kebakaran di kapal tersebut.Edward meninggal pada usia 21 tahun. Menurut Beecham, acara mengenang tragedi Titanic sangat mengharukan.“Saya khawatir selama peringatan tragedi itu banyak keluarga akan dilupakan dalam segala gemerlap acara yang ada, tapi ternyata tidak,” tuturnya, dikutip The Washington Post.
Setelah acara itu, ratusan pelajar sekolah berpawai keliling kota dan berkumpul di pusat kota membawa foto-foto warga setempat yang menjadi korban Titanic. Southampton juga membuka sebuah museum baru bernama SeaCity. Acara mengenang tragedi Titanic juga diisi dengan pembacaan surat milik Norman,seorang teknisi listrik asal Glasgow, Skotlandia, yang ditujukan pada saudara kandungnya di Kanada, Robert Douglas Norman.
Teknisi berusia 28 tahun itu mengungkapkan harapannya untuk memiliki rumah senilai 8.500 poundsterling. Malang, impian itu tidak pernah jadi kenyataan. Norman meninggal bersama lebih dari 1.500 orang lainnya ketika Titanic terbelah dan tenggelam. Peristiwa tenggelamnya Titanic, kapal sepanjang 268,8 meter yang dibangun galangan kapal Harland and Wolff di Belfast, Irlandia Utara itu, menyisakan banyak kisah hingga kini.Termasuk ungkapan the strongest evidence of love is sacrifice yang melekat pada John Jacob Astor IV.
Penumpang terkaya di Titanic tersebut ikut menjadi korban bersama ribuan penumpang lain setelah membantu istrinya yang tengah hamil menyelamatkan diri. Satu abad berlalu, kenangan akan Titanic tetap terpelihara dengan baik di Hotel St Regis, Manhattan, New York. Arsitektur hotel mewah ini sangat mirip dengan kapal nahas itu.Tangga marmer melingkar, lukisan di langit-langit, serta detail lain tidak pernah diubah sejak pemiliknya, Astor, ikut tewas dalam peristiwa karamnya Titanic.
Koleksi ribuan buku tetap berada di rak yang sama sejak terakhir kali Astor menginjakkan kakinya di perpustakaan hotel. Pakaian pelayan bahkan tidak pernah berganti desain. Astor,multimiliarder AS,dikenal memiliki jiwa petualang.
Dia menghabiskan masa mudanya berkeliling dunia. Pria kelahiran Rhinebeck,New York, 13 Juli 1864 ini sangat memuja Eropa.“Ini (Hotel St Regis) adalah harta terbesarnya,” ucap cucu Astor, Jackie Drextel, seperti dikutip The Washington Post.” ● syarifudin/hanna farhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar