DAMASKUS- Amerika Serikat (AS) menuduh pemerintah Suriah bertanggung jawab atas tewasnya lebih dari 2.000 orang selama operasi melumpuhkan demonstran.
Tuduhan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton kemarin. Pada saat bersamaan muncul laporan bahwa serangan militer Suriah kembali dilakukan di kota Hama dan puluhan orang meninggal dalam beberapa hari terakhir.
Hillary mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa AS yakin Presiden Suriah Bashar al-Assad sudah kehilangan legitimasinya. “Kami melihat rezim Assad melanjutkan dan mengintensifkan serangan terhadap rakyatnya sendiri pekan ini,” ujarnya. “Kami pikir pemerintah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 2.000 orang di semua umur.”
Menurut Hillary, AS dan aliansinya bekerja untuk menerapkan tekanan lebih keras terhadap Suriah, melampaui sanksi individual yang telah berlaku. Kelompok hak asasi manusia (HAM) menyatakan lebih dari 1.600 warga sipil tewas sejak unjuk rasa antipemerintah dimulai pada Maret silam.
Menurut kelompok HAM, sedikitnya 150 orang tewas sejak Minggu (31/7), paling banyak di Hama, saat militer mengintensifkan penembakan. Sedangkan rezim Suriah mengecam bahwa kekerasan yang terjadi dilakukan geng-geng bersenjata yang didukung kekuatan asing.
Penduduk Hama menyatakan, para sniper dan tank-tank menembaki warga sipil dan cadangan makanan serta obat-obatan mulai menipis.
Oposisi menolak dekrit yang dikeluarkan pemerintah untuk mengijinkan partai-partai oposisi berpartisipasi dalam pemilihan umum. Tuntutan sistem multipartai merupakan salah satu yang disuarakan demonstran di penjuru Suriah sejak pertengahan Maret untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Kecaman komunitas internasional terhadap Suriah semakin meningkat setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadopsi pernyataan mengecam pemerintahan Presiden Assad.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev meski merupakan aliansi Suriah, menyatakan Assad akan menghadapi nasib sedih hingga dia melakukan reformasi dan rekonsiliasi dengan oposisi.
Sedangkan Uni Eropa memperbanyak sanksi terhadap Suriah. Mereka menambah nama-nama lagi ke daftar hitam, termasuk Presiden Assad dan 34 orang lainnya, serta sejumlah perusahaan terkait militer. Namun Uni Eropa tidak menargetkan industri minyak dan perbankan dalam daftar sanksi mereka.
Puluhan orang diduga tewas dalam lima hari serangan militer di Hama. Para penduduk mengatakan pada Kamis (4/8), tank-tank menuju Lapangan Assi (Orontes) di pusat kota berpenduduk 800.000 jiwa tersebut.
Aktivis menyatakan, sebanyak 30 orang tewas di Hama pada Rabu (3/8) setelah salat tarawih. Komunikasi di kota tersebut juga terputus total, termasuk aliran air dan listrik.
Salah seorang penduduk yang melarikan diri dari kota itu mengatakan pada BBC bahwa wilayahnya seperti medan tempur, seperti kota di Jalur Gaza. “Seperti desa-desa di Irak saat militer AS menginvasi. Itulah kelihatannya,” paparnya. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar