TRIPOLI- Muammar Khadafi tidak terlacak keberadaannya meski pemberontak menguasai kompleks kediaman Pemimpin Libya di Bab al-Azizya, pusat Tripoli. Pemberontak masih terus memburu Khadafi dan sisa-sisa pasukannya.
Oposisi Libya, Dewan Transisi Nasional (NTC) berjanji akan menggelar pemilihan umum (pemilu) dalam delapan bulan dan Khadafi akan diadili di Libya. Menurut pemberontak, pasukan Khadafi bersembunyi di jalan menuju bandara Tripoli. Pemberontak menyatakan mereka tidak mendapati jejak Khadafi saat menyerbu ke Bab al-Azizya, menyita persenjataan, memasang bendera pemberontak dan memotong kepala patung Pemimpin Libya.
“Bab al-Azizya berada dalam kontrol kami sepenuhnya sekarang. Kolonel Khadafi dan putranya tidak ada di sana. Di sana tidak ada seorang pun,” papar juru bicara militer pemberontak Kolonel Ahmed Bani. “Tidak seorang pun tahu di mana mereka.”
Di mana pun Khadafi mungkin bersembunyi, orang kuat Libya itu masih dapat mengirimkan pesannya. Dalam pidato yang disiarkan oleh laman stasiun televisi yang dipimpin putranya, Seif al-Islam, Khadafi menegaskan bahwa dia telah meninggalkan kompleks kediamannya sebagai taktik mundur. Bab al-Azizya kini hancur akibat serangan bombardir pesawat-pesawat NATO.
“Bab al-Azizya tidak berarti apa pun, hanya puing setelah lokasi itu menjadi target 64 rudal NATO dan kami keluar dari sana sebagai taktik,” ujar Khadafi.
Dalam pidatonya, Khadafi tidak memberikan petunjuk tentang tempat dia bersembunyi. Dalam pesan audio selanjutnya yang disiarkan stasiun televisi Arrai Oruba yang berpusat di Suriah, Khadafi mengatakan bahwa dia telah berada di jalanan Tripoli tanpa dikenali siapa pun.
“Saya berjalan biasa, tanpa seorang pun melihat saya, dan saya melihat para pemuda siap membela kota mereka,” tutur Khadafi, tanpa menjelaskan di mana dia berjalan. “Penduduk, suku-suku, tetua-tetua ayo turun ke jalanan dan bersihkan tikus-tikus Tripoli.”
Juru bicara Khadafi, Mussa Ibrahim, melalui saluran televisi Arrai Oruba mengklaim bahwa lebih dari 6.500 sukarelawan telah tiba di Tripoli untuk berjuang bersama rezim. Ibrahim menyerukan lebih banyak sukarelawan untuk membela Khadafi.
“Kami pemenang. Kami telah sekarat selama 42 tahun dan kini kami hidup,” papar Sharif Sohail, 34, seorang dokter gigi yang memanggul senjata untuk berpatroli di pusat kota.
Pejuang pemberontak lainnya, sebagian membalutkan bendera Bebas Libya, beberapa orang lainnya mengenakan jaket, membentuk pos-pos pemeriksaan sepanjang malam. Sementara lalu lintas hanya terlibat lampu mobil karena listrik padam di Tripoli.
“Kami memeriksa semua mobil yang melintas. Kami menjaga jalanan,” papar Brahim Mukhtar, 27, di jalan utama dekat Souk al-Fatah.
Pemimpin oposisi Libya Mustafa Abdel Jalil kemarin berjanji pemerintah transisi akan menggelar pemilihan umum (pemilu) dalam delapan bulan. Jalil juga menegaskan, Khadafi akan diadili di Libya.
“Dalam delapan bulan, kami akan menggelar pemilu legislatif dan presidensial. Kami ingin pemerintahan demokratis dan sebuah konstitusi,” janji Jalil, ketua Dewan Transisi Nasional (NTC). “Selain itu, kami tidak ingin melanjutkan menjadi terisolasi di dunia karena kami sudah bangkit sekarang.”
Penduduk ibu kota merayakan dikuasainya kompleks Bab al-Azizya oleh pemberontak. Namun pada pagi kemarin, jalanan tampak lengang dari aktivitas penduduk, sedangkan pemberontak dan pasukan Khadafi masih melakukan pertempuran dan penembak jitu yang loyal pada Khadafi masih berada di atas gedung-gedung.
“Serangan di kompleks Khadafi termasuk tiga hari pertempuran di Tripoli menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai 2.000 orang lainnya,” papar Jalil tanpa memberikan spesifikasi lebih jauh.
Dalam wawancara dengan televisi France 24, Jali juga mengatakan, sebanyak 600 pasukan Khadafi telah ditangkap, tapi pertempuran belum berakhir hingga Khadafi menjadi seorang tahanan. “Tiga wilayah di ibu kota masih melawan, termasuk Abu Salim, lokasi penyerangan puluhan mortir,” katanya.
Pemberontak mengatakan, pendukung Khadafi di kota Sirte tempat kelahirannya, menembakkan satu rudal di Misrata yang dikuasai pemberontak. Sedangkan di bagian timur, pemberontak berhasil menguasai kota Ras Lanuf di jalan menuju Sirte.
Jalil menambahkan, “Libya yang baru harus menjadi sebuah negara yang berbeda dari sebelumnya, berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Kami akan memiliki hubungan kuat dengan negara-negara lain berdasarkan saling menghormati dan kerja sama.”
“Kami akan menajdi anggota komunitas internasional yang aktif dan kami akan menghormati segala traktat yang ditandatanagni di masa lalu,” kata Jalil.
Di Doha, petinggi NTC nomor dua, Mahmud Jibril menjelaskan, transisi Libya akan dimulai segera dan Qatar akan menjadi tuan rumah pertempuan untuk mengumpulkan USD2,4 miliar bantuan untuk Libya.
Sedangkan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, masih ada dua kekuatan di Libya, meski pemberontak sukses menguasai Tripoli. Medvedev menyerukan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik.
“Meski pemberontak sukses, Khadafi dan pendukungnya tetap memiliki pengaruh dan potensi militer. Kami ingin mereka duduk di meja negosiasi dan mencapai kesepakatan untuk perdamaian masa depan,” papar Medvedev. “Artinya, di sana ada dua kekuatan.”
Di London, juru bicara pemberontak Guma Al-Gamaty mengatakan bahwa kepemimpinan NTC akan menghormati kontrak-kontrak yang ditandatangani antara sejumlah perusahaan asing dan rezim Khadafi yang hampir roboh. Saat ditanya kontrak-kontrak mana yang akan dihormati, dia mengatakan, “Mereka akan dihormati.”
Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan siap memainkan peran kunci dalam pembangunan kembali Libya. “Libya membutuhkan rekonstruksi untuk menyediakan stabilitas bagi negeri. Jerman memiliki pengalaman dan keahlian khusus dalam hal ini. Kami akan bersama Libya memberi saran dan bantuan jika diinginkan,” tuturnya. Berlin menawarkan pinjaman 100 juta euro untuk NTC di Benghazi. Pinjaman itu untuk bantuan sipil dan kemanusiaan.
Sementara China meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memimpin rekonstruksi pascaperang di Libya. Beijing mendorong transisi politik yang lancar. China juga ingin membantu mengembalikan stabilitas di Libya.
“PBB harus menjadi pemeran utama dalam penanganan pasca perang di Libya,” ujar Menlu China Yang Jiechi mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. “China ingin bekerja sama dengan PBB untuk mempromosikan stabilitas di Libya. PBB harus bekerja sama dengan organisasi regional seperti Uni Afrika dan Liga Arab.”
Yang juga berbicara melalui telepon dengan Menlu Brasil Antonio Patriota dan mengatakan bahwa China ingin bekerja sama dengan negara-negara berkembang untuk membantu menstabilkan Libya.
Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) telah memberikan bantuan finansial dan diplomatik pada oposisi Libya. Komentar Yang tampaknya menunjukkan penolakan jika ketiga negara itu yang mengontrol upaya rekonstruksi di negara yang kini porak-poranda tersebut.
China awalnya mempertahankan kebijakan tidak intervensi dan netralitas publik dalam konflik. Tapi kemudian menunjukkan keinginan untuk terlibat, menggelar perundingan dengan kedua pihak, pejabat Libya dan pemberontak. “China mengharapkan transisi kekuatan politik secara lancar di Libya. Kai harap rezim baru akan mengadopsi langkah-langkah efektif untuk menyatukan faksi-faksi berbeda, mempercepat pemulihan masyarakat dan memulai rekonstruksi ekonomi dan politik,” papar pernyataan Kementerian Luar Negeri China. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar