DAMASKUS- Presiden Suriah Bashar al-Assad kemarin berjanji terus berjuang tanpa lelah melawan kelompok teroris yang menurutnya menjadi dalang unjuk rasa. Berbagai operasi militer Suriah diklaim menewaskan lebih dari 2.000 jiwa sejak pertengahan Maret.
Assad tampaknya tidak peduli meski mendapat tekanan dan kecaman dari Turki, Mesir, Irak, Rusia, dan Amerika Serikat. Sedangkan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu telah mengirim pesan tegas untuk Assad.
“Kami tidak akan mengendurkan langkah kita melawan kelompok teroris,” tegas Assad saat kunjungan Davutoglu,” seperti dikutip kantor berita SANA dan AFP. Davutoglu bertemu pemimpin Suriah di Damaskus untuk memperingatkan Suriah bahwa Ankara telah kehabisan kesabaran akibat operasi militer melumpuhkan demonstran.
Kelompok demonstran terus mendesak Assad turun. Presiden Suriah menuduh geng-geng bersenjata dan kelompok teroris sebagai dalang kerusuhan. Assad pun menjanjikan reformasi untuk menenangkan kemarahan oposisi.
Saat kembali ke Turki, Davutoglu mengatakan bahwa dia telah mendesak Assad untuk menghentikan operasi militer berdarah dan menjalankan reformasi demokratis. “Kami harap berbagai langkah itu akan dijalankan dalam beberapa hari mendatang untuk mengakhiri pertumpahan darah dan membuka jalan untuk proses reformasi politik,” tuturnya.
Saat Assad tetap menolak seruan mundur, aktivis melaporkan ada 34 orang tewas, termasuk 17 orang tewas dan 50 orang terluka, akibat serangan aparat keamanan di kota Deir Ezzor. Serangan militer di Deir Ezzor pada Minggu (7/8) menewaskan 42 orang.
“Sedikitnya 15 orang tewas di berbagai tempat di Deir Ezzor yang telah diserbu oleh tank-tank dan kendaraan yang mengangkut senapan mesin,” papar pernyataan Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah. “Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan dan tank-tank dikerahkan di sebuah masjid saat bunyi senjata bergema di berbagai penjuru kota.”
Lima orang, termasuk anak-anak berusia 13 tahun, tewas di Binnish, Provinsi Idlib yang berbatasan dengan Turki. Enam orang tewas di pusat unjuk rasa, Hama, dua orang tewas di Homs, dan dua orang tewas di wilayah Damaskus, serta satu orang meninggal di Latakia.
Seorang pria berusia 35 tahun yang disiksa aparat, tewas akibat luka-lukanya. Seorang aktivis di Hama menjelaskan, kota itu tenang setelah militer menyerbu, tapi sekarang kota itu mengalami krisis makanan.
Di barisan diplomatik, Brasil, India, dan Afrika Selatan berharap dapat membantu membuka pintu dialog antara pemerintah Suriah dan demonstran. “Perwakilan Brasil sudah di Damaskus dan dia menunggu mitranya. Pertemuan mereka dengan Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem dilakukan pada Rabu (10/8),” papar juru bicara Kementerian Luar Negeri Brasil.
Menlu Mesir Mohammed Amr menjadi pejabat Arab yang ikut mendesak diakhirinya kekerasan di Suriah. Dia memperingatkan bahwa Suriah menuju tahap tanpa jalan kembali. Dia ke Turki kemarin untuk melakukan konsultasi.
Menlu Rusia Sergei Lavrov saat berbicara melalui telepon dengan Menlu Suriah, menegaskan kembali desakan Moskow agar rezim Suriah menghentikan kekerasan dan melakukan reformasi politik. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar