KAIRO- Media massa di Mesir kemarin menyebut pengadilan terhadap mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Rabu (3/8) sebagai kejatuhan “Firaun” serta kemenangan revolusi mengakhiri 30 tahun pemerintahannya.
Foto-foto Mubarak berbaring di atas kasur dorong dan mengenakan baju penjara warna putih sambil berselimut, memenuhi halaman depan semua surat kabar. Berita itu merupakan epik kejatuhan seorang penguasa yang tidak pernah terpikirkan sebelum revolusi 25 Januari.
“Firaun di Dalam Kerangkeng,” tulis harian independen Al-Masry al-Youm, kemarin, seperti dikutip AFP. Sedangkan tabloid pekanan Al-Ahram milik pemerintah mengambil judul “Akhir Mubarak yang Tak Terpikirkan.”
“Revolusi Mesir Sudah Menang,” tulis harian independen Al-Dustur yang mantan pemimpin redaksinya, Ibrahim Eissa, dihukum enam bulan penjara pada 2008 karena menulis berita tentang spekulasi kesehatan Mubarak. Ibrahim kemudian diampuni dari hukumannya.
Pada Rabu (3/8), Mubarak diterbangkan menuju Kairo dari resor Sharm el-Sheikh, Laut Merah, tempat dia ditahan di rumah sakit. Dia dituduh memerintahkan pembunuhan demonstran saat revolusi Januari-Februari yang menumbangkannya.
Pengacara Mubarak, Farid al-Deeb, mengklaim Mubarak menderita kanker dan mengalami koma bulan lalu. Dua putra Mubarak, Alaa dan Gamal, mantan Menteri Dalam Negeri Mesir Habib al-Adly dan enam mantan kepala keamanan, juga diadili dalam kasus yang sama. Sedangkan pengusaha Hussein Salem yang dekat dengan Mubarak, diadili in absentia.
Pengadilan terhadap Adly dan enam deputinya ditunda, yang seharusnya digelar kemarin, menjadi tanggal 14 Agustus, untuk mengijinkan tim pembelanya memiliki lebih banyak waktu untuk mereview bukti-bukti yang diajukan jaksa.
Adly yang divonis 12 tahun penjara dalam pengadilan sebelumnya untuk kasus korupsi, dituduh memerintahkan polisi menembak demonstran saat 18 hari revolusi yang dimulai pada 25 Januari. Dia diadili bersama Mubarak yang muncul untuk pertama kali di meja hijau pada Rabu (3/8). Adly dan Mubarak juga dituduh pembunuhan yang direncanakan. Jika tuduhan itu terbukti, keduanya dapat dihukum mati.
Sedangkan pengadilan selanjutnya terhadap Mubarak, dijadwalkan pada 15 Agustus. Pengadilan Mubarak tampaknya akan melalui proses yang panjang sebelum vonis dibacakan. Tapi sejumlah pihak ingin vonis segera dibacakan.
Selama beberapa pekan silam, tampaknya Mubarak akan diadili di Sharm el-Sheikh, karena berbagai keterangan seputar kesehatannya. Karena itu pengadilan pada Rabu (3/8) yang menghadirkan Mubarak di atas tempat tidur rumah sakit dan ditayangkan langsung di televisi Mesir, mengejutkan seluruh orang. Kota Kairo yang jalanannya biasa padat lalu lintas, tiba-tiba sepi saat pengadilan berlangsung pada Rabu (3/8).
“Hanya satu gambar mantan presiden, dengan kasurnya di dalam kerangkeng, telah mengubah semuanya. Pendukung revolusi kembali mendapat jaminan tentang fakta bahwa proses itu nyata dan bukan sandiwara,” tulis editorial di harian Al-Masry al-Youm.
Tapi sebagian pihak memperingatkan bahwa gambar-gambar Mubarak yang malang itu tidak akan menghentikan upaya gerakan revolusi untuk mendorong reformasi di negeri itu. “Bisa jadi ada upaya membungkam rakyat Mesir melalui gambar-gambar ini, dan ini bahaya yang nyata,” ujar Eissa yang kini menjadi pemimpin redaksi di harian independen Al-Tahrir, mengambil nama Lapangan Tahrir yang menjadi pusat unjuk rasa menggulingkan Mubarak.
Sebagian pihak merasa negara Mesir yang kini dipimpin ketua dewan militer Field Marshal Hussein Tantawi tidak dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan. Apalagi Tantawi merupakan mantan menteri pertahanan di era rezim Mubarak.
Pengkritik politik Carlos Latuff menggambar kartun tentang pengadilan itu seperti sandiwara. Dia menggambar Mubarak di atas kasur rumah sakit, dengan kamera menyorotinya dan pengacaranya duduk di kursi sutradara. “Bagus, sekarang perankan korban!” teriak pengacara itu dalam gambar kartun tersebut.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) yakin pengadilan Mubarak yang masih berlangsung di Mesir akan adil dan transparan. “Kami akan mengikuti pengadilan itu dari dekat. Sangat penting agar ada proses yang adil, transparan, dan jujur,” papar wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner. “Kami yakin mereka dapat melakukannya. Kami yakin otoritas Mesir dapat menjalankan pengadilan yang jujur dalam kasus ini. dan itu benar-benar tergantung pada mereka.”
Sedangkan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) yang dilarang saat rezim Mubarak dan kini membentuk Partai Keadian dan Kebebasan (FJP) setelah dia terguling, menyambut pengadilan itu sebagai kemenangan nyata bagi keinginan rakyat. “Fakta bahwa jutaan orang dapat menyaksikan pengadilan itu di layar televisi akan menjamin rakyat Mesir bahwa keadilan dalam jalur yang tepat,” papar sekretaris jenderal FJP Saad Katatni.
“Jika semuanya berlanjut seperti ini, ini akan membangun jembatan kepercayaan antara rakyat dan lembaga berkuasa di Mesir saat fase ini,” papar Katatni.
Pengamat politik Gamal Fahmy menyatakan, kejadian ini jarang terjadi tidak hanya bagi Mesir, tapi juga seluruh kawasan Arab. “Masalah paling penting ialah pengadilan ini sudah menciptakan rasa percaya diri bagi rakyat Arab yang melihat dengan mata sendiri bahwa seorang penguasa sedang dihukum oleh rakyatnya,” ujarnya.
Sedangkan kelompok hak asasi menyerukan pengadilan yang jujur dan transparan. “Penagdilan ini memberi peluang bersejarah bagi Mesir untuk menahan mantan pemimpin dan lingkaran dalamnya atas kejahatan yang dilakukan selama pemerintahan mereka,” papar Malcolm Smart, direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sarah Leah Whitson dari Human Rights Watch menyatakan, “Jika proses ini mencerminkan standar pengadilan internasional yang jujur, ini akan menghancurkan kekebalan hukum menjadi karakter pemerintahan Hosni Mubarak, berkontribusi bagi babak dan harapan baru dalam sejarah Mesir, serta menjadi tonggak penting regional.”
(syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar