Cari di Sini

Senin, 20 Februari 2012

Solusi Damai Masih Bisa Terwujud


AMMAN- Solusi damai masih mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis Suriah. Pernyataan itu diungkapkan pejabat Negeri Tirai Bambu, sehari setelah Wakil Menteri Luar Negeri China Zhai Jun bertemu Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus.

Zhai Jun meminta semua pihak menghentikan kekerasan di Suriah. Zhai Jun juga mendukung rencana Assad menggelar referendum dan pemilu multipartai dalam empat bulan. China yang menjadi salah satu pendukung Assad, muncul sebagai pemain utama dalam upaya mengakhiri kekerasan di Suriah.

“China yakin, seperti banyak pihak lainnya, masih ada harapan krisis Suriah diselesaikan melalui dialog damai antara oposisi dan pemerintah, berbeda dengan beberapa argumen negara-negara Barat bahwa waktunya sudah habis untuk perundingan di Suriah,” papar pejabat China, dikutip kantor berita Xinhua.

China mengkritik sikap Barat. “Negara-negara Barat lebih mementingkan tujuan mereka sendiri untuk meliberalisasi rakyat Suriah daripada mempertimbangkan geopolitik,” ungkap sumber tersebut.

Sikap ini tampaknya akan menenangkan Assad yang sekarang mendapat tekanan dari Barat untuk segera melepas jabatannya. China dan Rusia merupakan pendukung Suriah dengan mengeluarkan veto untuk menolak draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang mengecam rezim Assad. Beijing dan Moskow pekan ini juga menolak resolusi mengecam Suriah di Majelis Umum PBB yang tidak memiliki kekuatan mengikat.

Amerika Serikat (AS), Eropa, Turki, dan negara-negara Arab mendesak Assad mundur dari jabatannya. Barat tidak secara terang-terangan mendukung intervensi militer asing di Suriah, seperti terjadi di Libya. Namun Liga Arab, dipimpin Arab Saudi, mengindikasikan beberapa negara anggotanya bersiap mempersenjatai oposisi Suriah.

Menteri Luar Negeri (menlu) Inggris William Hague menegaskan hal itu lagi pada BBC. “Kita tidak dapat intervensi seperti yang kami lakukan di Libya. Kami akan melakukan banyak hal lainnya,” katanya. “Saya khawatir Suriah menuju perang sipil dan kekuatan kami untuk melakukan sesuatu sangat terdesak, seperti semua orang lihat, kami tidak dapat mengesahkan resolusi di DK PBB karena oposisi Rusia dan China.”

Di Washington, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Martin Dempsey menegaskan, intervensi di Suriah akan sangat sulit karena negara itu bukan Libya yang lain. “Akan menjadi satu kesalahan besar untuk berpikir ini seperti Libya lainnya,” ungkapnya pada CNN. “Angkatan bersenjata Suriah sangat mampu, dengan sistem pertahanan udara terintegrasi yang canggih, dan persenjataan kimia serta biologi.”

Menurut Dempsey, terlalu dini untuk mempersenjatai gerakan oposisi di Suriah. “Saya akan menantang semua orang untuk dengan jelas mengidentifikasikan pada saya gerakan oposisi di Suriah pada saat ini,” tegasnya.   

Sementara, dua kapal angkatan laut (AL) Iran berlabuh di Tartous, Suriah. Perkembangan ini tampaknya akan meningkatkan kekhawatiran Barat. “Kapal-kapal itu berlabuh pada Sabtu (18/2) dan bertujuan memberikan pelatihan pada AL Suriah sesuai kesepakatan yang ditandatangani setahun silam oleh dua aliansi,” papar Press TV, media yang dikelola pemerintah Iran.

“Kapal-kapal kami melintasi terusan Suez dan hak Iran untuk berada di perairan internasional,” ujar Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi, dikutip kantor berita Fars.
(syarifudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar