BEIRUT – Utusan Liga Arab dan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Kofi
Annan mengharapkan dukungan Rusia untuk mengakhiri setahun kekerasan di
Suriah.
Negara-negara Barat dan Arab
mendesak Presiden Suriah Bashar al-Assad mundur, tapi Rusia mengatakan
bahwa pemberontak bersenjata juga harus menarik diri dari kotakota yang
mereka kuasai. Saat Annan hendak bertemu Presiden Rusia Dmitry Medvedev
di Moskow, kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh pasukan Assad
menggunakan tameng manusia untuk melumpuhkan pemberontakan.
Dalam
pernyataan sebelum pertemuan Annan dan Medvedev, Kremlin menyatakan,
“Akan sulit menghentikan kekerasan hingga semua dukungan politik dan
persenjataan eksternal untuk oposisi dihilangkan.” Annan telah menyusun
enam poin rencana perdamaian, termasuk desakan gencatan
senjata,penarikan pasukan rezim dari wilayah penduduk, dan akses bagi
bantuan kemanusiaan.
Namun, rencana perdamaian itu tampaknya
sulit diwujudkan karena pertempuran antara pasukan rezim dan pemberontak
masih terjadi di penjuru Suriah. Rusia menuduh Barat terlalu berat
sebelah karena lebih memihak pemberontak bersenjata di Suriah.Moskow pun
meminta agar Barat juga menekan pemberontak bersenjata untuk mengakhiri
kekerasan di negara yang menjadi lokasi satu pangkalan angkatan laut
Rusia tersebut.
Moskow dan Beijing telah mengeluarkan dua veto
untuk menolak draf resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun, dua negara itu
mendukung pernyataan Dewan Keamanan untuk mendukung misi Annan di
Suriah. Annan akan segera terbang ke China setelah perundingan di Rusia.
Di ibu kota Korea Selatan (Korsel) kemarin Presiden Amerika
Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri (PM) Turki Tayyip Erdogan
membahas cara mendukung oposisi dengan bantuan nonsenjata. Dua pemimpin
itu membahas bantuan medis dan peralatan komunikasi untuk oposisi
Suriah. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar