SEOUL– Korea Utara (Korut) mengundang pengawas Badan Energi Atom
Internasional (IAEA) untuk memonitor kesepakatan nuklir dengan Amerika
Serikat (AS). Undangan ini merupakan yang pertama dalam tiga tahun
terakhir.
Negara komunis itu juga menegaskan bahwa
kesepakatannya dengan Washington tetap berlaku meskipun Korut
mengumumkan peluncuran satelit pada April mendatang. Dalam kesepakatan
itu,AS menawarkan bantuan pangan jika Korut bersedia membekukan program
nuklirnya. Rencana peluncuran satelit itu memicu protes dari sejumlah
negara, termasuk AS, karena dianggap melanggar resolusi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Washington menganggap
peluncuran satelit akan merusak kesepakatan bilateral yang diumumkan
pada 29 Februari. Korut yang memiliki pemimpin baru, Kim Jong-Un, pada
Desember silam, menegaskan sebaliknya.“Peluncuran satelit itu satu hal
dan kesepakatan AS-DPRK merupakan hal lain. Korut akan
mengimplementasikan sepenuhnya kesepakatan dengan AS,” papar Kepala
Negosiator Nuklir Korut Ri Yong-Ho di Beijing, dikutip AFP.
DPRK
kependekan dari Republik Rakyat Demokratik Korea yang merupakan nama
lengkap Korut. Ri Yong-Ho menambahkan, “Untuk melaksanakan kesepakatan,
kami telah mengirim surat undangan pada IAEA agar mengirim pengawasnya
ke negara kami.” Kantor berita resmi Korut, KCNA, menyatakan,
“Peluncuran satelit itu isu yang secara fundamental sangat berbeda dari
rudal jarak jauh.Ada lebih dari 100 peluncuran ke antariksa per tahun
dan rencana Korut ini murni untuk tujuan ilmiah.”
KCNA menuduh
pemerintah konservatif Korsel berupaya merusak kesepakatan Korut- AS
untuk menguatkan pengaruh Seoul terhadap Washington. “Kekuatan boneka
Korsel sibuk dengan kampanye buruk atas isu ini,” tulis KCNA. Korut
menegaskan bahwa peluncuran satelit itu bertujuan damai dan tidak untuk
uji coba rudal.Namun,AS,Jepang, Rusia, dan negara-negara lain mendesak
Pyongyang menghentikan peluncuran itu.
Bahkan, aliansi dekat
Korut,China menyatakan kekhawatirannya atas rencana tersebut.
Kesepakatan Washington- Pyongyang itu meningkatkan harapan untuk
menghentikan program nuklir Korut. Bulan lalu Pyongyang bersedia
menghentikan program pengayaan uraniumnya,beserta peluncuran rudal jarak
jauh dan tes nuklir, dengan imbalan bantuan pangan 240.000 ton dari AS.
Negara
komunis itu juga berjanji mengundang kembali pengawas IAEA yang mereka
usir tiga tahun silam. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria
Nuland menganggap semua bentuk akses terhadap IAEA akan menguntungkan.
“Tapi ini tidak mengubah fakta bahwa kita akan menganggap peluncuran
satelit itu sebagai pelanggaran, tidak hanya terhadap kewajiban mereka
pada PBB, tapi juga komitmen yang mereka buat terhadap kami sebelumnya,”
katanya.
Beberapa pengamat mengatakan, Korut biasanya akan
melakukan uji coba nuklir setelah peluncuran rudal.Tes nuklir pertama
pada Oktober 2006 dilakukan tiga bulan setelah peluncuran rudal. Uji
coba nuklir kedua dilakukan pada Mei 2009, kurang dari dua bulan setelah
DK PBB mengecam peluncuran roket sebelumnya yang dilakukan untuk
menempatkan satelit ke orbit.
Resolusi DK PBB kemudian disetujui
pada tahun itu untuk melarang Korut melakukan uji coba nuklir atau
meluncurkan rudal balistik untuk tujuan apa pun. Peluncuran roket yang
direncanakan pada 12–16 April itu bertepatan dengan peringatan 100 tahun
kelahiran pendiri Korut Kim Il-Sung.Korut menegaskan bahwa peluncuran
satelit itu akan menjadi tonggak sejarah bagi seluruh rakyat Korea.
Korsel
sangat mengecam rencana peluncuran satelit tersebut. Seoul bahkan
menuduh Korut berupaya mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir. Ralph
Cossa, pengamat politik mengatakan, Korut tampaknya berupaya
memanfaatkan perpecahan yang terjadi terkait respons negara-negara lain
terhadap peluncuran satelit tersebut.
“Menciptakan perpecahan di
dalam dan antara mereka telah menjadi permainan DPRK. Dengan adanya
pemilu presiden di AS dan Korsel musim gugur ini,apa waktu yang lebih
baik untuk bermain daripada saat ini?” tulis Presiden Pacific Forum CSIS
yang berbasis di Hawai itu.
Cossa berpendapat, pengumuman
peluncuran satelit itu juga untuk mengacaukan perhatian atas kesuksesan
diplomatik Korsel menggelar konferensi tingkat tinggi keamanan nuklir di
Seoul pekan depan. “Pyongyang tidak peduli jika dipandang rendah,tapi
mereka benci diabaikan atau dipunggungi,” ungkapnya. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar