Pemilu presiden Rusia pada Minggu (4/2) jelas bukan
untuk mencari figur selain Vladimir Putin. Hal ini dapat dilihat dari jajak
pendapat terbaru yang menunjukkan Putin meraih 60% suara dalam pemilu hari ini.
Pesaing utamanya, pemimpin Partai Komunis Gennady Zyuganov hanya meraih 15%
suara.
Putin jelas masih di atas angin. Itulah yang
membuatnya tetap percaya diri untuk kembali memegang jabatan presiden Rusia.
Dia memang menyatakan belum memutuskan apakah dia ingin tetap berkuasa hingga
setelah 2018, saat mandat kepresidenannya akan berakhir. Tapi keinginan itu
tentu bukan sesuatu yang mustahil bagi tokoh yang tetap mendominasi politik
Rusia tersebut.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin surat
kabar terkemuka di Rusia, pekan ini, Putin mengatakan bahwa unjuk rasa
membuatnya bahagia dan tawaran para pemimpin oposisi tidak ada yang kongkrit.
“Saya sangat bahagia tentang situasi ini,
karena itu berarti otoritas bereaksi aktif atas apa yang terjadi di negeri ini,
pada sentimen rakyat, dan untuk memenuhi berbagai harapan,” tutur Putin pada
Kamis malam (1/3) dalam jamuan bersama para pemimpin media massa, dikutip AFP.
Dalam tiga bulan terakhir, puluhan ribu orang
berunjuk rasa di Moskow dan beberapa kota lainnya. Bahkan banyak yang berencana
menggelar unjuk rasa pada Senin (5/3), sehari setelah pemilu. Menanggapi hal
itu, Putin bersikap sangat tenang, seakan gerakan oposisi benar-benar tidak
mengusik posisi dan pengaruhnya saat ini.
“Saya pikir ini pengalaman sangat bagus bagi
Rusia,” kata Putin yang yakin unjuk rasa lebih banyak diarahkan untuk menentang
partai Rusia Bersatu yang berkuasa, bukan serangan pribadi terhadapnya. “Anda
katakan populasi kota melawan. Mereka tidak melawan. Ada sedikit pendukung saya
(di sana), itu benar. Tapi secara keseluruhan, pendukung saya mayoritas, bahkan
di kota-kota besar.”
Untuk menunjukkan superioritasnya atas empat
kandidat presiden lainnya, Putin tidak melakukan debat politik dengan mereka.
Dia hanya mengirimkan perwakilan kampanyenya untuk talk show, sementara dia
menunjukkan diri secang sibuk melakukan perjalanan keliling Rusia.
Sejak awal, Putin menegaskan di berbagai
artikel yang ditulisnya tentang kebijakan domestik dan luar negeri, bahwa
lawan-lawannya kurang memiliki visi dan hanya mengumbar slogan-slogan kosong.
Dia menyatakan bahwa rakyat memihak oposisi itu tidak menarik. Debat-debat
juga, menurut Putin, tidak penting. Yang lebih penting ialah hasil dari kerja
sebelumnya.
Saat ditanya apakah normal berkuasa untuk
waktu selama itu, Putin menjawab, “Ini normal jika semua bekerja, jika rakyat
menyukainya.”
Tahun ini, Putin genap berusia 60 tahun dan
sesuai undang-undang masih dapat menjabat presiden untuk dua periode lagi. Itu
artinya pemerintahannya hingga 2024, saat dia berusia 72 tahun.
Saat ini mandat kepresidenan selama enam
tahun, karena perubahan konstitusi yang memperpanjang periode dari empat tahun,
masa pemerintahan Presiden Rusia Dmitry Medvedev saat ini.
Putin mengatakan dia tidak tahu apakah ingin
berkuasa lebih dari 20 tahun. “Saya belum memutuskan ini untuk diri saya,” kata
Putin yang telah berkuasa selama 12 tahun sebagai presiden dan PM Rusia.
Jika Putin berhasil menjadi presiden lagi, dia
berjanji untuk menunjuk Medvedev sebagai PM. Posisi itu menurutnya akan membuat
Medvedev dapat mengimplementasikan reformasi yang dia canangkan.
Beberapa pengamat mengatakan, pemilihan
Medvedev sebagai PM dapat membantu Putin menghindari gelombang ketidakpuasan
yang tampaknya bisa muncul sebagai dampak reformasi sosial dan ekonomi.
Putin tetap yakin, gerakan oposisi saat ini
mendapat dukungan Amerika Serikat sehingga Rusia lemah. Hal ini ditekankan
Putin berulang kali, sambil mengkritik rencana pembangunan tameng rudal NATO
pimpinan AS di penjuru Eropa. Putin memperingatkan, rencana tameng rudal itu
akan menargetkan kekuatan nuklir Rusia dan merusak stabilitas global. Apalagi
Putin mengatakan bahwa Washington menolak memberikan jaminan tertulis pada
Moskow bahwa sistem tameng rudal itu tidak akan bertujuan melawan kekhawatiran
Rusia.
Memang, kebijakan Presiden AS Barack Obama
untuk menekan tombol “reset” dalam hubungan dengan Rusia telah membantu
mencapai kesepakatan pengurangan senjata nuklir, New Start, dan sukses
menegosiasikan akses rusia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun
kesepakatan itu tidak secara praktis terkait dengan masalah tameng rudal
tersebut.
Penguatan
Ekonomi
Kembalinya Putin ke kursi kepresidenan Rusia
memiliki konsekuensi bagi banyak hal. Putin menjadikan isu ekonomi sebagai
jaminan untuk dukungan pemilih. Saat masalah utang menjatuhkan pemerintahan
Portugal, Yunani, dan Romania, Putin menekankan bahwa dia akan menggunakan
pendapatan minyak Rusia untuk meningkatkan pengeluaran, termasuk dalam program
sosial dan militer.
Janji Putin ini ternyata mampu meningkatkan
popularitasnya dan membuat indeks saham Micex, Rusia, naik 19% sejak 12
Desember silam. Sebelumnya, unjuk rasa anti-Putin mengakibatkan bursa saham di
level terendah dalam dua bulan terakhir.
Kepala poling VTsIOM, Valery Fedorov,
memaparkan bahwa pengangguran dan inflasi sekarang pada level yang luar biasa,
terbaik sepanjang waktu. “Ini menciptakan alasan kuat bagi terpilihnya kembali
Putin,” ungkapnya.
Putin mengungkapkan bahwa ekonomi masih tumbuh
saat krisis utang Uni Eropa mengancam perekonomian global. Gross domestic
product (GDP) per kapita Rusia naik menjadi USD12.000 pada 2011 dari USD2.400
pada 2000, setelah Putin untuk pertama kali menjabat presiden. “Adapun konsumsi
tahunan rata-rata per orang naik menjadi USD7.400 pada 2011, dari USD2.000 pada
delapan tahun sebelumnya,” papar Citigroup Inc.
Kondisi ekonomi semacam ini jelas membuat
Putin semakin di atas angin. Menurutnya, alasan mendasar di balik krisis
ekonomi Eropa tidak terjadi di Rusia dan para pembuat kebijakan bertindak lebih
tegas dalam mengatasi krisis utang. “Sulit untuk melewati jurang dengan dua
lompatan sekaligus. Anda harus lompat sekali dan Anda mungkin berhasil.
Beberapa keputusan memang terlambat,” ungkap Putin.
Salah satu kunci keberhasilan Putin ialah
Rusia berhasil mengatasi masalah property dan pemukiman kumuh dalam industri
konstruksi dengan menghubungkan semua sumber daya ke proyek-proyek
infrastruktur dan perumahan untuk militer.
Kementerian Perekonomian Rusia memperkirakan,
ekonomi Negeri Beruang Merah tumbuh 1,5% pada kuartal keempat dari tiga bulan
sebelumnya, dan meningkat 4,9% pada basis tahunan. Dibandingkan dengan GDP di
17 negara Uni Eropa yang pada kuartal keempat turun 0,3% dari tiga bulan
sebelumnya.
Dengan prestasi ekonomi semacam itu, Putin
berhasil menciptakan stabilitas di negaranya dan mempertahankan suara pemilih
setelah diguncang unjuk rasa terbesar di Moskow sejak robohnya Uni Soviet 20
tahun silam. Dalam setiap kampanyenya, Putin berjanji meningkatkan pengeluaran
pemerintah hingga USD164 miliar atau 5% GDP, pada 2018.
Kebangkitan
Militer
Di tengah hiruk pikuk kembalinya Putin ke
kursi kepresidenan, salah satu hal utama yang dikhawatirkan Barat ialah
kebangkitan militer Rusia. Putin dua pekan sebelum pemilu menjanjikan anggaran
USD772 miliar untuk persenjataan dalam satu dekade mendatang.
Putin menegaskan bahwa Rusia perlu meluncurkan
pembangunan militer besar-besran untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia yang
berbahaya saat hukum internasional hancur. Kondisi ini dapat dilihat dari
berbagai intervensi Barat ke negara-negara berdaulat di Timur Tengah. Putin
memperingatkan bahwa musuh-musuh dapat menginvasi Rusia untuk menguasai submer
daya alam yang sangat kaya.
Dalam salah satu artikelnya, Putin menjelaskan
bahwa saat dia menjabat presiden lagi, dia akan menjalankan program
persenjataan terbesar di Rusia sejak robohnya Uni Soviet. Sebanyak USD772
miliar akan digelontorkan untuk 400 rudal balistik antarbenua baru, 2.300 tank
generasi terbaru, 600 pesawat tempur modern, termasuk sedikitnya 100 pesawat
antariksa bertujuan militer, delapan kapal selam balistik nuklir, 50 kapal
perang, serta satu persediaan artileri baru, sistem pertahanan udara, dan
sekitar 17.000 kendaraan miltier baru.
“Proses transformasi global yang sekarang
sedang terjadi, mungkin mengakibatkan sejumlah resiko yang sebagian besar tidak
dapat diprediksi. Dalam situasi ekonomi global dan kondisi sulit lainnya,
sangat mungkin bagi beberapa pihak menyelesaikan masalah mereka melalui tekanan
dan kekerasan. Ini tidak mengherankan karean kita telah mendengar beberapa
suara yag mengatakan, sangat alami bahwa sumber daya sangat penting di atas
kedaulatan nasional. Kita harus melihat semua kemungkinan, meskipun masih
hipotesis, terkait Rusia. Ini berarti kita tidak membuat pihak lain tergiur
dengan kelemahan kita,” tulis Putin dalam artikel tersebut, dikutip Christian
Science Monitor.
Angkatan bersenjata Rusia telah mengalami
transformasi dramatis selama lima tahun terakhir, dengan langkah restrukturisasi.
Salah satunya, menghapus angkatan darat mobilisasi skala besar, menjadi ratusan
divisi “hantu” yang dapat dikerahkan secara efektif di saat perang.
Puluhan ribu pejabat tinggi militer juga
dipensiunkan, dan perpanjangan masa jabatan tentara pria dikurangi tiga tahun
menjadi satu tahun. Selain itu, sekitar 100 brigade tempur mobile saat ini
menggantikan ratusan divisi senjata era Perang Dunia II, sebagai inti angkatan
bersenjata Rusia.
Semua kebijakan baru di bidang militer yang
dilakukan Putin itu jelas membuat Barat semakin khawatir dengan kekuatan Rusia
di masa depan. Dan kemenangan Putin dalam pemilu kali ini akan memastikan
ketakutan Barat tersebut. (syarifudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar