BOGOR- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon
menganggap situasi di Suriah tidak dapat diterima. Dia mendesak Dewan
Keamanan PBB bersatu dalam isu tersebut.
“Situasi di Suriah sudah
menjadi situasi yang tidak dapat diterima dan ditoleransi,” ujar Ban
saat berada di Bogor kemarin. Pernyataan Ban itu muncul menjelang
pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (20/3) untuk membahas draf
seruan untuk kemungkinan langkah- langkah selanjutnya jika Presiden
Suriah Bashar al-Assad tidak melaksanakan rencana damai dari Utusan Liga
Arab dan PBB Kofi Annan.
Draf pernyataan Barat terhadap Suriah
telah diajukan ke Dewan Keamanan PBB pada Senin (19/3) oleh Prancis.
Draf itu bertujuan mendukung upaya Annan menghentikan 12 bulan kekerasan
di Suriah. Dokumen itu dapat divoting pada Selasa (20/3) dalam
pernyataan kepresidenan, yang kurang kuat dibandingkan resolusi, namun
diadopsi secara konsensus dan dapat dinegosiasikan lebih cepat.
Draf
yang diperoleh AFP menyatakan adanya keprihatinan mendalam atas krisis
di Suriah dan menyesalkan ribuan orang yang tewas pada tahun lalu. Draf
itu mendesak Assad dan oposisi Suriah melaksanakan segera dan sepenuhnya
enam poin rencana damai Annan. Utusan Prancis di PBB Gerard Araud
berharap draf itu akan diadopsi setelah voting dilakukan.
Rencana
itu termasuk menghentikan kekerasan, akses kemanusiaan, pembebasan
tahanan yang ditangkap tahun lalu, dan penarikan pasukan keamanan dari
kota-kota basis oposisi. Sementara, Rusia kemarin menyerukan gencatan
senjata kemanusiaan di Suriah. Langkah ini dipuji Amerika Serikat (AS)
karena selama ini Moskow merupakan aliansi dekat rezim Assad. Di Moskow,
Ketua Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Jakob Kellenberger
bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
“Dua pihak
menyeru Pemerintah Suriah dan kelompok bersenjata untuk segera
menyepakati gencatan senjata kemanusiaan setiap hari untuk membuka akses
ICRC pada korban yang terluka dan warga sipil yang harus
dievakuasi,”papar pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia dikutip AFP.
Rusia dan China telah dua kali menggunakan hak vetonya untuk
menggagalkan draf resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengecam Suriah.
Dua
negara itu menganggap draf resolusi bertujuan melakukan perubahan
rezim.Moskow dan Beijing juga menolak semua bentuk sanksi terhadap
Suriah. Sementara, istri Presiden Suriah, Asma Assad, menyatakan bahwa
dia adalah diktator sesungguhnya. Pernyataan itu diungkapkan Asma dalam
e-mail pada teman-temannya. Asma juga menyatakan dia tidak menyesalkan
tindakan suaminya yang melumpuhkan pemberontak anti-pemerintah.
E-mail
Asma itu bocor dari akun pribadi keluarga Assad. E-mail itu berhasil
diperoleh pemberontak Suriah dan dikirim ke harian The Telegraph,
London, pekan lalu. Dalam sebuah e-mail pada temannya pada 10
Januari,Asma memuji pidato suaminya, saat Assad berjanji menggunakan
tangan besi untuk melawan demonstran anti-pemerintah.Asma mengatakan
pada temannya bahwa pidato itu menunjukkan kekuatan di tengah kekacauan
yang terjadi.
Dalam e-mail yang dikirim sebulan
sebelumnya,Asma,36, berkelakar tentang reputasi suaminya di penjuru
dunia sebagai kepala gangster.“Untuk didengarkan, saya diktator
sesungguhnya, dia tidak punya pilihan,” tulis The Telegraph, mengutip
isi e-mail Asma. syarifudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar